Itu bukan komentar basa-basi. Terus terang kalau kebetulan sudah sampai di rumah pada jam-jam sinetron ditayangkan, saya lebih suka menuju saluran Trans-7 yang suka muter film jam 7 malam. Kalau pukul 21, saya milih Trans TV untuk menikmati Bioskop Tran TV. Sinetron sama sekali nggak pernah saya lihat. Sinetron-sinetron yang diputer di televisi saat ini nggak ada mutunya sama sekali. Nggak ada unsur pendidikan di dalamnya.
Coba kita bandingkan dengan sinetron zaman dulu. Kang Kombor masih ingat sinetron ACI (Aku Cinta Indonesia) di mana ada Amir, Cici dan Ito. Sinetron itu selain menghibur juga sarat dengan ajaran-ajaran. Lalu mari kita ingat-ingat sinetron Serumpun Bambu, di mana ada Mas Barep dan Ragil (hanya tokoh itu yang nyangkut di memory Kang Kombor). Serumpun Bambu juga memiliki kandungan pendidikan, bukan hanya hiburan semata. Tengok pula Losmen. Walaupun sederhana namun berisi. Tak ketinggalan adalah Rumah Masa Depan. Di zaman stasiun televisi sudah mulai bertambah, kita bisa menikmati Sengsara Membawa Nikmat, atau Si Doel Anak Sekolahan.
Kini zaman semakin maju tetapi sinetron kita makin tak bermutu. Di zaman maju ini, kita dipaksa nonton sinetron dengan skenario ala kadarnya. Dari apa yang ditayangkan sangat terlihat kalau skenario itu tidak disiapkan dengan matang. Ini tercermin dari apa yang Mbak Lita sampaikan di atas. Mosok ada air raksa kodenya H2SO4? Mosok merkurius bisa dipegang? Yang lebih memuakkan adalah melihat anak SMA (laki-laki) kupingnya ditindik dan diberi anting lalu baju seragamnya dikeluarin. Memang zaman Kang Kombor SMP, ada anak-anak yang bajunya dikeluarin tetapi kalau di kelas bajunya dimasukin. Kalau kuping ditindik, antingnya tidak berani dipake di sekolahan. Di luar sekolah berandalan-berandalan itu baru berani make anting.
Mudah-mudahan, kemerosotan di segi ekonomi gara-gara krisis moneter tahun 1997 yang lalu tidak membuat kita mengalami kemerosotan budaya. Budaya kita yang luhur tergantikan dengan budaya pasar yang instan dan tidak berumur panjang. Keanggunan goyangan biduanita dangdut digantikan dengan goyangan ngebor Inul, goyang patah-patah, atau goyangan Trio Macan dengan busana yang menonjolkan lekuk tubuh yang murah. Memang di alam globalisasi di mana liberasi ekonomi tidak bisa dibendung, kita tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi kekuatan kapital. Akan tetapi, setidak-tidaknya kita bisa tetap menjaga mutu tontonan kita karena yang akan tercekoki oleh tontonan tidak bermutu itu adalah generasi penerus kita. Apakah karena umumnya sinetron kita ini diproduksi oleh Raam Punjabi yang India itu makanya sah-sah saja sinetron kita dibuat tidak bermutu? Dengan bendera Multivision Plus, semua slot prime-time di sebagian besar stasiun televisi dikuasai. Mau buka RCTI, SCTV atau stasiun yang lain, akan ketemu sinetron-sinetron Raam Punjabi. Rumah Produksi kecil tidak akan mampu menggeser sinetron-sinetron MultiVision Plus walopun sinetronnya lebih bemutu. Di sini, kembali kekuatan kapital yang bicara.
Atau, jangan-jangan sinetron itu bukan budaya? Kok kayak-kayaknya nggak ada budayawan yang mau bicara soal sinetron tidak bermutu yang setiap malam merusak ruang-ruang keluarga kita?
beul juga ya, kayaknya gak ada budayawan yang menangani sinetron. Coba kalau gus mus turun tangan, aau budayawan lainnya...mungkin lebih manrik ya?
BalasHapusTapi, kalau ternyata capital yang lagi-lagi menang, apa mau kata ya?
@Kang Tajib:
BalasHapusJangan-jangan sinetron itu memang bukan budaya makanya nggak ada budayawan yang mau bicara sinetron. Budaya itu kalau kethoprak, ludruk, wayang kulit, wayang golek, tari piring, ... Sinetron? No way!
sinetron yg ada kan kebanyakan buat hiburan tok...sama sekali ga ada unsur pendidikannya..kalaupun ada paling
BalasHapussinetron=sinema elektronik. betul tak? :P
BalasHapus@joesatch:
BalasHapusBetulll...
Sampai kapanpun yang namanya sintron tidak akan saya tonton. Semua itu bohong, dan bohong.
BalasHapusSINETRON Makasi deh
Hehehe, sama. Sementara puasa nonton sinetron. Paling-paling isinya nangis, batuk-batuk, mati.
BalasHapusKira-kira kapan ada sinetron mendidik Kang ?
Tanya balik nih, kalo sinetron ga mutu, kenapa terus-menerus diproduksi? Walau pemilik blog, komentator dan saya sendiri ga doyan konsumsi sinetron, di luar sana masih banyak fans setia ternyata. Ditunggu analisanya.
BalasHapusskrg dah gak nonton sinetron lagi. film2 TV juga nggak aku tonton. paling2 nonton berita doang....
BalasHapus@kang Prayogo:
BalasHapusTak cathet, Kang.
@Cak Moko:
Kalau Multivision dah bubar kali... hehehe
@Mbak Shinta:
Karena UUD: ujung-ujungnya duit. Sinetron itu ditonton kebanyakan oleh ABG yang memang haus akan budaya pop, ibu-ibu yang kurang kerjaan di rumah dan orang yang suka klenik (sinetron-sinetron hidayah, ilahi, dll.). Maaf ya itu pernyataan tanpa data. Untuk melakukan penelitian perlu dana nih, mau nyeponsori po?
@Khaidar:
Berita banjir ya?
semua berita sih, nggak banjir aja... salah satunya top 9 news-nya metro tv....
BalasHapusTidak banyak pilihan sinetron untuk dijadikan tontonan lagi sekarang kang, lain jaman kita dulu. Semoga kisah lama membuat tv untuk mendidik bisa terulang lagi. tidak ngejar untung yang bikin orang semakin tidak terdidik amalah teracuni.
BalasHapusTentu saja sinetron itu sangat menghibur. Buktinya, terus ditayangkan. Artinya mendapatkan rating yang tinggi. Pemirsanya SANGAT menunggu tayangan ini. Jelas ini sebanding dengan mutunya dong. Sebanding dengan mutu bangsa ini. Jelas kita perlu menghargainya, jelas sangat menghibur, dan yang paling saya sukai dari sinetron-sinetron ini, seluruh gelak tawa dan lagunya, seluruh atribut dan perhiasannya adalah saya tidak perlu menggunakan otak kiri dan otak kanan. Cukup dengan menggunakan otak di atas lutut saja. Inilah kelebihan sinetron indonesia.
BalasHapus@Khaidar:
BalasHapusKirain berita seputar kehidupan selebritis...
@Pak Guru:
Weleh Pak, dari sekian banyak sinetron yang disiarkan lebih dari 10 stasiun tv, ternyata pilihannya nggak banyak yang bisa dijadikan tontonan? Walah ... rsak tenan ki negoroku.
@Om Agorsiloku:
Nyuwun sewu, Om. Menurut saya menghibur juga tidak. Siapa tahu rating bisa dibeli. Atau, sepertinya sinetron itu dilihat oleh pemirsa padahal tv dibiarkan nyala saja tanpa ditonton acaranya. Saya sering lo seperti itu, ninggalin tv nyala tanpa dilihat. Kan boros listrik? Halah ... (nyuwun sewu) nanti kalau dah nggak kuwat mbayar takpatenane tipine.
Astagfirullah, sampeyan tidak boleh main mengustadkan agor. Ini benar-benar "dosa". Masya Allah, Kang Kombor tega-teganya memasukan saya pada penjara blogger. Apa salah ana sehingga dimasukkan dalam kurungan?. Biarkan saya tetap memilih sinetron hidayah atau nonton insert setiap hari. Ini puanting sekali untuk mengistirahatkan otak....
BalasHapusKang Kombor bertanggung jawab penuh untuk menghilangkan kata itu pada kata agor. Semoga permintaan ini dikabulkan. Tengkyu. agor
@Om Agor:
BalasHapusSudah Kang Kombor ganti jadi Om. Kalau Om, nggak cuma nonton insert, nginsert-nginsert juga boleh... hehehe...
Tengkyu Kang, Om bolehlah, biar nonton insert..
BalasHapusada ko sinetron yang bagus jaman skarang,tunggu ya dipikir-pikir dulu...mmm...apa ya...tunggu tunggu...pasti ada...ooiya ngga ada deng...
BalasHapus@Om Agor:
BalasHapusSama-sama.
@Agoy:
Ada kaleee...
[...] Metro TV yang digemari publik walaupun menurut lembaga pemeringkat acara tv ratingnya tidak sebagus sinetron tak bermutu terancam akan disomasi oleh pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika, Tuan Sofyan [...]
BalasHapussama, ga seneng nonton sinetron, kecuali: kalau yg main Cut Tari / Mulan, eh Wulansari.
BalasHapuspusing sinetron indonesia payaaah
BalasHapusHari Gini Nonton Sinetron?
BalasHapusAPA KATA DUNIAAAA...
BalasHapushanya satu sinetron yg bermutu saat ini,walaupun tayang hanya pada bulan ramadhan,ya....Para Pencari Tuhan...!
itu juga saya tidak pernah nonton :D
HapusNice info. Thanks for sharing.
BalasHapus