Banyaknya bencana tak ada hubungannya dengan dosa manusia

Kadang-kadang Kang Kombor tidak membawa mobil kantor ke rumah. Kalau sudah begitu, Kang Kombor akan ngojek sampai terminal Citra Raya Trans menuju Blok M dan dari Blok M nyambung dengan Kopaja 615. Suatu hari Kang Kombor ngojek dan terjadi percapakan seperti di bawah ini:

Tukang Ojek (TO): "Kok tidak bawa mobil, Pak?"
Kang Kombor (KK): "Iya Bang. Mobil sedang masuk bengkel."
TO: "Saya dengar Bapak dari Jogja. Keluarga tidak apa-apa kena gempa?"
KK: "Alhamdulillaah keluarga selamat semua. Hanya genting saja yang pada mlorot. Kenapa ya Bang, kok akhir-akhir ini di Indonesia banyak bencana?" Kang Kombor mulai mencari tahu pendapat Tukang Ojek tersebut.
TO: "Ini karena Pak SBY tidak disukai para leluhur."
KK: "Maksudnya?"

TO: "Iya, Pak. Pak SBY itu tidak disukai oleh arwah para leluhur bangsa ini. Mungkin berbeda dengan presiden-presiden yang lain, kebatinan Pak SBY ini kurang tebal. Sepertinya tidak suka tirakat seperti yang lain-lain."
KK: "Loh... tapi kan Pak SBY itu orang beriman?"
TO: "Memang benar, Pak. Pak SBY terlihat sebagai orang beriman, rajin ibadah dan jujur. Tapi menurut saya, beliau tetap tidak disukai oleh arwah para leluhur."
KK: "Mengapa tidak disukai?"
TO: "Ya itu tadi, Pak, kurang tirakat."
KK: "Bukan karena Pak SBY itu tidak memiliki titisan darah raja?" Kang Kombor menanyakan ini karena banyak yang mengatakan kalau Soekarno itu keturunan Raja di Bali. Soeharto memiliki itu dari istrinya yang keturunan dari keluarga Kraton Solo. Megawati dapat titisan darah karena putri Bung Karno. Habibie...? Wis embuh...
TO: "Itu bisa juga, Pak. Tapi sepertinya hal itu kepercayaan Jawa. Saya kan bukan orang Jawa."

Kang Kombor garuk-garuk kepala karena Tukang Ojek ini memang orang Tangerang alias orang Sunda. Ah... embuh, orang Banten itu Sunda apa bukan ya?

Percakapan di atas benar-benar terjadi dan suka atau tidak suka, itu adalah pendapat Tukang Ojek yang bisa jadi mewakili pendapat banyak orang. Kang Kombor sih tidak dalam kapasitas mengiyakan atau menolak pendapat Tukang Ojek tadi. Kang Kombor hanya melemparkan salah satu pandangan rakyat tentang penyebab terjadinya bencana yang beruntun melanda negeri ini.

Kang Kombor ingat, pada saat awal gerakan reformasi dulu Amien Rais dalam menyikapi krisis multidimensi yang melanda bangsa ini pernah menyerukan agar dilakukan tobat nasional, taubat nasuha secara serentak di seluruh Indonesia. Kang Kombor juga teringat pada seorang ahli tafsir dari Indonesia yang waktu itu dikabarkan akan menjadi meneri agama yang menyatakan bahwa, "Segala krisis yang melanda bangsa Indonesia ini tidak ada hubungannya dengan dosa manusia." Kang Kombor serasa disamber bledheg. Ki Ageng Selo tidak sempat menolong Kang kombor karena sejak kuping Kang Kombor mendengar pernyataan itu hingga detik ini, Kang Kombor tidak lagi percaya bahwa dia adalah ahli tafsir. Ahli tafsir kok bisa-bisanya ngomong begitu.

Syukurlah, dia tidak berkomentar apa-apa terhadap segala macam bencana yang secara beruntun dan tanpa henti menebar penderitaan di seluruh Indonesia ini. Kalau dia ditanya (dengan iming-iming kursi Menteri Agama tentunya) pasti dia akan kembali mengatakan:

"Segala maca bencana, baik bencana alam maupun kecelakaan transportasi yang kita alami ini tidak ada hubungannya dengan dosa-dosa kita. Bencana alam adalah peristiwa alam biasa, tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Tuhan. Kecelakaan transportasi hanyalah peristiwa biasa yang juga sering terjadi di tempat-tempat lain."

Bencana alam berupa gempa, teknologi manusia sepertinya memang belum mampu mendeteksi kapan akan terjadinya. Akan tetapi, bencana berupa banjir sebenarnya bisa dicegah. Tanah longsor korbannya bisa diminimalisir atau di-zero-kan. Kecelakaan transportasi sangat mungkin ditekan sampai titik paling minimal.

Mengenai bencana alam, Kang Kombor tetap yakin bahwa itu ada hubungannya dengan dosa kita. Minimal, dosa kita bersama telah merusak lingkungan yang seharusnya kita jaga. Bukankah hanya manusia saja yang bisa membuat kerusakan di muka bumi ini?

Kecelakaan transportasi? Itu jelas-jelas dosa regulator dan operator.

Komentar

  1. yesss.akhirnya gue juara 1.

    BalasHapus
  2. Asyik yah bisa ngebrol dengan TO yang lumayan cerdas. maaf sedikit OOT: Gimana kang kabar Partai Gerbang Revolusi - nya, saya tadi sempat nyasar ke sana, karena invit pakai email yg itu tuh.
    Serius nih bikin Partai Baru? :D

    BalasHapus
  3. @labtelkom:
    Selamat, Sampeyan juara!

    @Pak Guru:
    Terimakasih dudah diaturi jadi author. Saya kan pernah nulis tentang menggagas sebuah partai beraliran ultranasional. Coba cek idenya cocok dengan Pak Guru atau tidak.

    BalasHapus
  4. Itulah kang, wong2 iku puinter neng embuh lek wis ndik ndukur malih lali.., ga ada yg mikirin keselamatan manusia, nyawa terlalu murah, alam di exploitasi abis2an...abis itu di gledakno...pesawat dan pilot ga pernah di uji kelayakan...jelas pesawat itu transportasi paling penting di negara perairan spt kita...gitu nyalahin SBY sing fengshui nya jelek lah, sing dudu turunan lah, lha jogja gubernurnya malah raja...

    BalasHapus
  5. emang bencana/musibah tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan dosa2 manusia. banyak contohnya misalnya jaman nabi yusuf jadi menteri di mesir, dapat wahyu dari Allah bahwa Mesir bakal dapet bencana kelaperan 7 tahun lamanya. makanya Nabi Yusuf mempersiapkan diri dengan jalan mengumpulkan persediaan makanan buat 7 tahun masa paceklik itu. terus kisah Nabi Muhammad yang juga mendapat boikot dari kaum Quraisy selama masa penyebaran agamanya. Apa gak kurang Nabi Muhammad dan pengikutnya berdoa supaya dihindarkan dari mara bahaya tapi kok tetap saja mendapatkan tekanan dari orang2 di sekitarnya dan juga alam yang tak ramah menambah kesedihan beliau, sehingga akhirnya orang2 yang dicintainya wafat, seperti pamannya Hamzah dan istrinya, Khadijah.

    Jadi, bagaimana kita membaca tanda2 alam. Tidak buru2 menyalahkan (apalagi menyalahkan pihak lain tapi diri sendiri tidak berbenah). Seperti halnya, gara2 lu nih maling, gue jadi ikutan masuk penjara. Kok bisa gitu lho? :) Kan dosa ditanggung masing2. Salam salim :)

    BalasHapus
  6. Manusia di ciptakan oleh tuhan dan tuhan pulahlah yg mengatur kehidupan kita di bumi ini.
    walau pun banyak terjadi bencana itu bukan karena ulah manusia melainkan takdir tuhan yg telah memberi kita jalan kehidupan.
    Maka dari itulah kita bisa mengoreksi diri kita sendiri mana yg baik dan mana yg buruk.
    Kehidupan manusia bagaikan panggung sandiwara ,kadang kita bahagia dan kadang kita sedih. Walau pun kesedihan selalu datang bertubi - tubi yg saya maksud adalah bencana alam yg selalu datang silih berganti ,kita sebagai umat manusia hanya bisa pasrah dan berdoa semoga alam kita ini damai selalu dan tak ada bencana lagi.
    Walapun kamu pernah mengalami sesuatu yg tak pernah kamu lupakan ,namun langkahkan kakimu untuk mencapai tujuan yg kamu inginkan.
    karena sesuatu harapan dan doa selalu terbentang jalan di depan kita untuk kita capai .

    BalasHapus
  7. TO saja meyakini (adanya kemungkinan) karena kurang tirakat, boleh jadi tidak disukai arwah leluhur. Jadi Oom TO berpikir juga bahwa ketidaksukaan arwah leluhur yang di alam barzah pada SBY memicu kemarahan Tuhan sehingga dimunculkan bencana. Sebagian juga karena ulah manusia (misal, banjir yang melanda) sedangkan, tsunami tentu tidak bisa disebabkan ulah manusia karena skala dan keterbatasan manusia mengendalikannya. Jadi, memang rakyat juga perlu bertobat.

    BalasHapus
  8. hmm mbahku di kampung sana juga bilang kalau presiden yang sekarang ini akan bikin banyak musibah karena nama dia yudoyono yang artinya perang...kebenarannya..ya mboh kang!!

    BalasHapus
  9. @Bu Dokter:
    Khusus Jogja gubernurnya harus selalu raja ya. Keputusan HB IX untuk gabung RI dulu merupakan kesalahan sejarah yang hanya bisa dikoreksi dengan hal itu.

    @wikan:
    Dosa memang ditanggung masing-masing. Akan tetapi, mengenai bencana, baik yang dosa maupun yang tidak dosa akan kena semua. Contohnya ya banjir pada masa Nabi Nuh.

    @zaki:
    Hahaha....

    @Bli Made:
    Mosok Tuhan iseng-iseng saja bikin tsunami, gempa dan banjir di mana-mana?

    @Kang Agor:
    Saya setuju, rakyat juga perlu bertobat.

    @Mbak Mei:
    Yudha = perang seperti Bharata Yudha = perang barata, manggal yudha = pemimpin perang. Kalau Yudhoyono = Yono perang ya? Aku nggak ngerti artinya Yono, Mbak.

    BalasHapus
  10. ya seh...bencana alam ada kaitannya dosa. sayangnya kita gak tau seberapa dosa kita. apa kita bisa menghitung dosa kita lebih besar atau lebih kecil ketimbang misalnya malaysia, AS, Arab, Russia..dan seterusnya. kalo mereka lebih besar kenapa mereka tidak mengalami bencana alam yg lebih dahsyat dari indonesia???
    Ini adalah Ujian, Cobaan. Dia berhak menguji siapa saja dan kapanpun, tidak pandang bulu. Dia Yg Merencanakan. Sabar dan tawakal....
    Ya....usahanya..gimana bikin SISTEM transportasi kita lebih safety, Pengembangan SISTEM tehnologi deteksi bencana yang akurat.. SISTEM pencegahan illegal logging dst...

    BalasHapus
  11. assalamualaikum semua.. Jangan suka menyalahkan satu sm lain apalg pas nama pres kt berhubngan dgn perang.Kt smua hrs intr0speksi diri.Kt smua lg diuji sjauh mana ksbaran dan keimanan kt.Musibah dtng krn sbagian dr tangan manusia.Ku yakin yudhayanapun akan berbuat yg terbaik untk negara ini..krn memang itu tgs dan kewajibannya.Jd alam yg tdk menerima dia atau hanya 0rang2 yg k0ntra kedia,atau cm ikut2an ng0m0ng aja..Ku yakin semakin banyak kt berd0a,smakin dkt kt kepada Allah,mk negara kt akn jauh dr bncana

    BalasHapus
  12. haduhh lucu ya,,, ceritanya,, ya kita gak bolehlah menh just,, sesuatu dg hanya mendengar kata orang

    BalasHapus
  13. wah ya,,, ii semua dah ketentuan yang maha segalnaya,,, jadi kita gak bisa menyalahkan orang lain,,,

    BalasHapus
  14. sebenarnya ini merupakan hal yang biasa karena sang pencipta sudah mengaturnya sedemikian rupa,,,

    BalasHapus
  15. haduhhhh ,, ya,,, kita berdoa aja moga kedpannya,, gak terjadi bencana yang besar lagi,,,

    BalasHapus
  16. kita tidak bisa mng just sesorang dengan seperti itu, ,, ya,, ini sih menurut saya,, kita serahkan semua pada sang pencipta aj heheheh

    BalasHapus
  17. ya bagaimana kita menyikapinya,,, ini bukan salah satu orang sih ,, ni sebagai intropeksi kita semua,,,

    BalasHapus
  18. ya,, aku nagnut aelah,,, heheh ini semua dah ada yang ngatur bukan karena siapa dan apa heheheh

    BalasHapus
  19. Kalo dilihat dari Prespektif agama memang bisa di kait-kaitkan, tetapi kalo dilihat secara ilmu pengetahuan, memang tidak ada keterkaitan dengan bencana sosial. bencana terjadi karena Gejolak alam

    BalasHapus
  20. ada dua sudut psndang yang membenarkan dan menyalahkan... yaitu dari sisi kondisi alam, dan sudut pandang realigi.

    BalasHapus

Posting Komentar