Saatnya Kaum Muda Memimpin Bangkit Indonesia

Pada 28 Oktober 2007, saat memperingati 79 tahun Sumpah Pemuda yang bertema "Saatnya Kaum Muda Memimpin", para pemuda dan tokoh pemuda berikrar bangkit membangun Indonesia yang sejahtera sebagaimana diserukan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Gedung Arsip Nasional menjadi saksi ikrar para pemuda dan tokoh pemuda Indonesia. Menurut Kompas hadir sekitar 600 orang dengan tokoh pemuda yang hadir di antaranya: Anies Baswedan, Usman Hamid, Patra M Zen, Agung Putri, Hilmar Farid, Benny Susetyo, Yudi Latif, Fadjroel Rachman, Faisal Basri, serta budayawan Mudji Sutrisno, Franky Sahilatua, dan Rieke Dyah Pitaloka.

Pada 31 Oktober 2003, giliran dideklarasikan Komite Bangkit Indonesia. Rizal Ramli mengetuai Komite Bangkit Indonesia tersebut. Menurut Komite Bangkit Indonesia, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Indonesia membutuhkan jalan baru yang berlandaskan kebhinnekaan, pluralisme dan keragaman budaya karena jalan yang selama ini digunakan justru memicu kemerosotan dan kemiskinan struktural serta memperkokoh neokolonialisme. Dalam deklarasi Komite Bangkit Indonesia itu banyak tokoh nasional yang hadir, di antaranya: Try Sutrisno, Moerdiono, Syarwan Hamid, Amien Rais, Akbar Tanjung, Taufik Kiemas, Wiranto, Syafii Maarif, Natan Setiabudi, Rosihan Anwar, Ichlasul Amal. Tokoh muda yang hadir di antaranya: Yudi Latif, Sukardi Rinakit, Pramono Anung, Yenny Wahid, Drajad Wibowo dan Khofifah Indar Parawansa.

Dalam 40 tahun terakhir ini Indonesia menjadi negara yang tertinggal dari negara lain di Asia Timur. Pada tahun 1960-an, pendapatan per kapita Indonesia hampir sama dengan Malaysia, Taiwan, dan Tahiland, yaitu sekitar USD 100. China hanya USD 50. Pada tahun 2005, semua negara itu pendapatan per kapitanya sudah lebih besar dari Indonesia. Menurut Rizal ada tiga penyebab atas kerjadinya hal di atas, yaitu:
  1. Karakter Feodal. Karakter seperti itu membuat pemimpin merasa tidak punya kewajiban untuk menyejahterakan rakyat.
  2. Praktik Neokolonialisme. "Kebijakan ekonomi Indonesia hanya menjadi subordinasi dan alat kepentingan internasional. Uang pinjaman harus ditukar dengan dengan undang-undang dan peraturan pemerintah yang sesuai dengan garis neo liberal."
  3. Kepemimpinan yang tidak efektif serta lemah secara visi dan karakter. Kepemimpinan seperti itu mudah berubah karena perubahan kepentingan taktis, opini, dan respons pencitraan situasional.
Untuk keluar dari keterpurukan ini dan menciptakan kesejahteraan bagi mayoritas rakyat Indonesia, Indonesia harus memperjuangkan jalan baru, yaitu jalan yang antineokolonialisme dan lebih mandiri. Jalan itu harus membuat rakyat lebih kreatif dan inovatif, bukan sekedar menjadi masyarakat terbuka yang sering hanya menjadi korban globalisasi. Hal tersebut yang akan diperjuangkan oleh Komite Bangkit Indonesia.

Untuk Sampeyan yang belum memperoleh, Ikrar Kaum Muda Indonesia yang dibacakan di Gedung Arsip Nasional naskahnya sebagai berikut:
IKRAR KAUM MUDA INDONESIA
Indonesia lahir dari rahim perjuangan melawan ketidakadilan. Kalimat pertama Pembukaan UUD 1945 dengan tegas menyatakan, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Dari zaman ke zaman kaum muda menyumbang tenaga, pikiran dan jiwa mereka untuk menegakkan cita-cita ini: bebas dari segala bentuk penjajahan, oleh asing pun bangsa sendiri.
Saat ini kita semakin jauh dari cita-cita mulia ini. Sistem ekonomi yang dipakai sekarang bertumpu pada rumus sederhana: kekayaan yang satu hanya mungkin didapat dari kesengsaraan yang lain. Kesetaraan dan keadilan yang pernah digariskan para pendiri bangsa sebagai landasan hidup bersama dianggap sebagai nyanyian usang dari masa lalu. Kekayaan alam habis dikuras meninggalkan kehancuran lingkungan yang tidak terbayar. Manusia Indonesia seperti dihantui kutuk sejarah: menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa.
Reformasi politik 1998 yang mengganti kediktatoran Soeharto sempat memberi janji bahwa perubahan akan segera datang. Presiden demi presiden berganti, kabinet dibongkar-pasang namun keadaan tidak beranjak membaik. Justru krisis semakin membelit: kemiskinan dan pengangguran merajalela, komunalisme  bangkit, kebencian etnik dan agama dikobarkan, di pusat dan daerah orang memperebutkan lembaga negara dan menjadikannya sumber akumulasi kekayaan. Korupsi memporak-poranda tatanan politik, tidak ada lagi adab dan nilai. Indonesia terancam hilang dari pergaulan dunia.
Dalam keadaan ini kaum muda kembali terpanggil untuk bangkit. Republik ini berdiri untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Inilah arah dan jalan keluar dari krisis kita sekarang. Dan menjadi tugas sejarah kaum muda untuk mewujudkannya.
Di dunia kini bergema slogan kekuasaan lama: sejarah sudah berakhir. Kaum muda Indonesia menolak jalan buntu ini. Zaman ini bukan akhir dari sejarah, tapi awal dari sejarah baru. Saatnya kaum muda dengan visi pembaruan berhimpun dalam pergerakan menghapus penjajahan dan menegakkan negara kesejahteraan.
Saatnya kaum muda memimpin!
Jakarta, 28 Oktober 2007
Pergerakan Kaum Muda Indonesia







Perbandingan Ikrar Kaum Muda dan Deklarasi Komite Bangkit Indonesia
 
Baik Ikrar Kaum Muda Indonesia maupun pidato Rizal Ramli memotret keterpurukan Indonesia. Kaum Muda Indonesia melihat Indonesia semakin jauh dari cita-cita mulia dan melihat tujuan negara yang Kang Kombor sebut sebagai utopi sebagai arah dan jalan keluar dari krisis. Sementara, Rizal Ramli mempresentasikan tiga sebab keterpurukan Indonesia dan untuk keluar dari keterpurukan dan mencipatakan kesejahteraan bagi mayoritas masyarakat Indonesia maka harus diperjuangkan jalan baru. Jalan yang antineokolonialisme dan lebih mandiri, yang berlandaskan kebhinnekaan, pluralisme dan keragaman budaya.

Ikrar Kaum Muda Indonesia memiliki dimensi yang lebih daripada deklarasi Komite Bangkit Indonesia. Walaupun sama-sama memotret keterpurukan bangsa, kaum Muda Indonesia melihat bahwa tujuan negara yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa harus menjadi arah dan jalan keluar. Kita tidak hanya butuh untuk sejahtera. Kita juga butuh dilindungi oleh negara, dan juga dicerdaskan.

Kang Kombor memang penuh dengan sinisme. Ketika menulis tujuan negara hanya utopi, sebenarnya Kang Kombor mengingatkan setiap orang bahwa kita bernegara ini memiliki tujuan. Kita bernegara bukan untuk dipaksa memakai paspor Republik Indonesia atau dipaksa membayar pajak. Kita bernegara untuk sebuah cita-cita bersama. Cita-cita yang oleh para pendiri negara sudah dirumuskan dengan apik tetapi dilupakan oleh para penguasa dan penyelenggara negara.

Dalam hal ini, Kang Kombor setuju kepada Ikrar Kaum Muda Indonesia yang menjadikan tujuan negara sebagai arah dan jalan keluar dari segala krisis yang melanda bangsa ini. Kang Kombor tidak setuju dengan sinisme M Sobary dalam acara Republik Mimpi pada 28 Oktober 2007 yang mengatakan Ikrar Kaum Muda Indonesia tidak memiliki konsep yang jelas. M Sobary mengomentari paragraf pertama Ikrar Kaum Muda Indonesia dengan mengatakan bahwa kaum tua pun juga seperti itu. Mungkin karena tidak membaca teks Ikrar Kaum Muda Indonesia dan hanya menyaksikan dari studio MetroTV, M Sobary kurang bisa menangkap apa yang ditegaskan oleh Kaum Muda Indonesia sebagai arah dan jalan keluar dari krisis.

Konsepnya sudah jelas, yaitu menjadikan tujuan negara sebagai arah dan jalan keluar. Kalau dalam ikrar tersebut tidak ada detil dari langkah-langkah untuk mewujudkan hal tersebut, Kang Kombor bisa memahami. Tidak mungkin sebuah ikrar dibuat 1000 halaman. Yang penting ikrar dengan tegas menyatakan apa yang menjadi maksud dari ikrar tersebut.

Agar ikrar tersebut tidak menjadi sekedar ikrar, para tokoh yang berada di balik Ikrar Kaum Muda Indonesia harus menindaklanjuti. Ajakan yang berbunyi "Saatnya kaum muda dengan visi pembaruan berhimpun dalam pergerakan menghapus penjajahan dan menegakkan negara kesejahteraan" harus diejawantahkan. Perlu sebuah wadah bersama bagi kaum muda yang bervisi pembaharuan agar bisa menjadi lokomotif kepemimpinan nasional.

Apa perlu kaum muda berhimpun dalam sebuah partai politik baru di mana hanya kaum muda yang menjadi anggota? Saatnya kaum muda memimpin bangkit Indonesia!





Komentar

  1. Semoga saja semua itu tidak panas2 tahi ayam dan bukan pula idealisme sesaat...
    Bangkitlah Indonesiakuy

    BalasHapus
  2. kalo begitu perlu pengawalan, agar semua berjalan sesuai dengan yang diikrarkan

    semoga tidak tiap tahun kita selalu mengucapkan sumpah-sumpah yang selalu diingkari sendiri

    BalasHapus
  3. Yak, di setiap peradaban, kaum muda memang sudah seharusnya tampil sebagai agen perubahan dan pencerah peradaban. Yang lebih penting sebenarnya tak hanya sebatas ikrar, sumpah, atau apa pun namanya, tetapi realisasi aksi sebagai manifestasi sumpah yang telah diikrarkan agar tak hanya terapung-apung dalam slogan dan retorika belaka.
    OK, salam, Kang Kombor.

    BalasHapus
  4. kang, mo tanya nih, pengen bikin design blog kayak gini gmn? klo model kayak gini buat blog agregator bisa nggak? kira2 butuh anggaran berapa untuk bikin blog seperti ini?

    makasih sebelumnya ...

    oiya kaum muda memimpin lewat blog ajah yah .. soalnya yang mimpin beneran bapak2 yang banyak utang butuh duit

    BalasHapus
  5. Bisa. Rp200rebu setahun cukuplah untuk beli domain dan sewa hosting 200MB bandwidth unlimited selama setahun.

    BalasHapus
  6. semoga semuanya tidak hanya teori sesaat.mari kita bersama-sama membangun bangsa indonesia kita tercinta......

    BalasHapus

Posting Komentar