Lepet Oh Lepet


Sebelumnya Kang Kombor pernah bercerita tentang bacang dan Kang Kombor berjanji untuk bercerita tentang lepet. Bukan karena bacang dan lepet itu punya hubungan diplomatik seperti hubungan suami istri seperti kata Menteri Pertahanan Malesah ketika berbicara tentang penerobosan TLDM di Ambalat melainkan karena bacang dan lepet itu dijual bersamaan oleh pedagang di mana Kang Kombor membeli bacang dan lepet itu.

Sejujurnya, pedagang itu menjual bacang, lepet dan telur asin. Ah... Kang Kombor lupa tanya mengapa ia menjual tiga dagangan itu sekaligus. Apakah bacang dan lepet akan lebih nikmat apabila disantap bersama telur asin? Ah, betapa bodohnya Kang Kombor tidak menanyakan hal itu. Baiklah, lain kali Kang Kombor akan tanyakan pada pedagang itu sekaligus Kang Kombor beri foto sebagai bukti bahwa ia menjual bacang, lepet dan telur asin di lapak di atas krombong sepedanya.

Lepet ternyata dibuat dari ketan dan dibungkus daun kelapa muda. Di dalam ketan terdapat butiran-butiran kacang merah. Bentuknya silinder seperti lemper. Rasa bacang ini agak asin. Ini menguatkan dugaan Kang Kombor bahwa lepet ini makanan khas Tangerang yang penduduknya sebagian besarnya adalah orang Sunda. Orang Sunda terkenal dengan rasa asin masakannya. Beda dari orang Yogyakarta yang masakannya manis.

Kemarin Kang Kombor pergi ke pedagang bacang dan lepet itu sekitar pukul 16:30 sore sehingga Kang Kombor masih dapat lepet. Kang Kombor membeli bacang dan lepet karena Kang Kombor mengundang beberapa (calon) pengurus RW07 Desa Ciakar untuk ngopi-ngopi. Kang Kombor sudah ditagih susunan pengurus RW oleh panitia pemilihan RW karena akan segera dilaporkan ke Kepala Desa untuk diproses pengukuhannya. Sekalianlah Kang Kombor kenalkan bacang dan lepet kepada mereka karena Kang Kombor pun mulai menyukai bacang dan lepet itu. Rasa-rasanya Kang Kombor pun sudah menemukan oleh-oleh yang akan dapat Kang Kombor bawa ke Sleman apabila mudik nanti.

[+] Halah, Kang! Belum apa-apa kok sudah mikirin mudik.
[=] Itulah gunanya punya udik sehingga belum lebaran pun mudik sudah dipikirkan.

Ditemani lepet dan bacang serta kopi susu, kepengurusan RW07 terbentuk. Kawan-kawan yang sebelumnya menjadi calon bersedia menempati pos masing-masing. Kang Kombor bersyukur akhirnya kawan-kawan bersedia walaupun ada perasaan keberatan dari istri masing-masing. Kang Kombor sampaikan, apabila semua orang tidak mau memberikan pengabdian sebagai pengurus RW, apa jadinya masyarakat kita nantinya. Memang jadi pengurus RW tidak ada gajinya. Bahkan yang didapat nanti bisa saja suara-suara negatif dari sebagian warga yang memang pikirannya selalu negatif. Akan tetapi, asal kita berbuat sebaik-baiknya dan tidak mengajak warga untuk maksiat, Kang Kombor kira sebagian terbesar dari warga akan mendukung. Apalagi apabila yang kita kerjakan itu bermanfaat, dukungan akan dapat kita menangkan dari sanubari para warga.

[+] Memangnya ada orang yang pikirannya selalu negatif, Kang?
[=] Kalau tidak ada, dari mana Edward De Bono bisa mendapat ilham menulis buku "Enam Topi Berpikir"?

Nah, Ki Sanak, Kang Kombor rasa Sampeyan perlu mencoba lepet dan bacang. Namun, mohon maaf Kang Kombor hanya dapat berbagi gambarnya saja.


-------------

Sent from my KomborBerry® smartphone





Komentar

Posting Komentar