Mari Bawa Anak-Anak Ke Bioskop Nonton Garuda Di Dadaku dan KING!


“Libur tlah tiba, libur tlah tiba, hatiku gembira…” Itulah sepenggal lagu Libur Tlah Tiba, yang kalau ingatan Kang Kombor masih baik, dinyanyikan oleh Tasya waktu pipinya masih gembul menggemaskan.

Ya, libur telah tiba. Anak-anak sekolah sudah libur. Kecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta di mana anak-anak SD dan SMP baru akan terima rapor pada hari Sabtu (27 Juni 2009) besok. Liburan kenaikan kelas adalah libur yang panjang. Hampir sebulan lamanya. Liburan kenaikan kelas biasanya dimanfaatkan oleh sekolah maupun orang tua murid untuk membawa anak-anak mengunjungi tempat-tempat wisata. Candi Borobudur di Magelang dan Candi Prambanan di Sleman ramai dikunjungi turis-turis kecil dari luar daerah. Turis-turis kecil dari daerah pun banyak juga yang dibawa ke Jakarta untuk mengunjungi Monas, Dufan atau Taman Mini Indonesia Indah. Untuk tidak melupakan, Bali pun tentu juga ramai dengan para turis kecil itu. Bahkan pantai-pantai tempat wisata di Indonesia pun ramai dikunjungi. Sebut saja Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Kukup, Krakal, Baron, Pantai Panjang, Senggigi, Losari, dll.

Bagi Sampeyan yang tidak memiliki rencana untuk membawa anak-anak ke tempat wisata, ada baiknya Sampeyan membawa anak-anak ke bioskop.

[+] Ke bioskop, Kang? Nggak salah nih…?
[=] Iya, benar. Ke bioskop. Apanya yang salah?
[+] Anak-anak diajak nonton film hantu dan kuburan?

Oalah… memang bisa juga timbul pertanyaan seperti itu. Bioskop kita memang sudah kembali menerima film nasional. Akan tetapi, bioskop itu pun isinya kebanyakan film horor lokal, kalau bukan film untuk anak-anak remaja yang digiring ke budaya luar sana. Sedikit sekali atau hampir tidak ada film untuk memberi hiburan bagi anak-anak. Apalagi film yang memiliki muatan pendidikan.

Nggak percaya? Lihat saja televisi kita. Setiap liburan datang, stasiun televisi kita akan menayangkan film spesial liburan. Seminggu berturut-turut film anak-anak ditayangkan di televisi. Sayangnya, film-film itu bukan film nasional melainkan film-film impor dari Amerika. Di negara Paman Sam itu, pembuat film tidak egois. Mereka memperhatikan juga bahwa anak-anak butuh hiburan. Film yang dibuat oleh para pegiat film di Hollywood bervariasi mulai dari film anak-anak, film remaja dan film dewasa. Jumlah film untuk anak-anak atau film yang bisa ditonton oleh semua umur (bahkan bayi baru lahir pun boleh nonton, hehehe…) tidak kalah jumlahnya dari film remaja dan dewasa. Coba bandingkan dengan film nasional kita. Bahkan anak-anak pun terpaksa harus nonton film remaja atau dewasa. Kasihan kan…

Untunglah pada musim liburan kali ini, telah hadir dua film nasional untuk anak-anak. Film yang tidak hanya berisi muatan hiburan tetapi juga pendidikan. Pendidikan mental untuk meumbuhkan semangat pantang menyerah kepada anak-anak. Kedua film tersebut adalah Garuda di Dadaku dan KING. Garuda di Dadaku sudah tayang di bioskop mulai 18 Juni 2009 sedangkan KING tayang mulai 25 Juni 2009.

poster film king poster film garuda di dadaku

Kang Kombor tidak akan menceritakan soal isi film Garuda di Dadaku. Silakan saja langsung ke website Garuda di Dadaku. Sedangkan, untuk film King, Kang Kombor sarankan Sampeyan untuk membaca ulasannya di sini. Menurut Kang Kombor, kedua film tersebut layak untuk ditonton oleh anak-anak. Terlepas dari kritik, bahkan boikot dari Komnas Perlindungan Anak dan YLKI terhadap film KING karena menggunakan PT Djarum sebagai sponsor, Kang Kombor menyarankan Sampeyan mengajak anak-anak untuk nonton film itu. Sebagai orang tua Sampeyan tentu tidak akan begitu bodoh mengatakan bahwa anak-anak Sampeyan akan dijadikan target iklan rokok Djarum. Sampeyan pun dapat memberikan nasehat pada saat mendampingi anak-anak itu nonton film KING.

Kang Kombor tidak mewawancarai Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen yang memproduksi film ini. Akan tetapi, Kang Kombor dapat memberi informasi bahwa PT Djarum Kudus merupakan perusahaan yang memberikan sumbangsih besar kepada dunia bulu tangkis Indonesia. PT Djarum Kudus memiliki sebuah klub bulu tangkis dengan fasilitas pelatihan yang baik. Ada beasiswa untuk anak-anak berbakat bulu tangkis yang lolos seleksi. Anak PakLik Kang Kombor pernah diterima di sekolah bulu tangkis milik Djarum walaupun akhirnya tidak betah karena sifatnya yang masih mbok-mboken. Tidak sedikit pemain bulu tangkis nasional alumni Klub Djarum. Sebut saja Christian Hadinata, Liem Swie King, Ivana Lie, Minarti Timur, Alan Budi Kusuma, Eddy Hartono, Yuni Kartika, Yuliani Sentosa, Zelin Resiana, Rudy Gunawan, Hastomo Arby, Hartomo Arby, Ardi B Wiranata, Budi Santoso dan Denny Kantono. Nah, karena film KING bercerita mengenai bulu tangkis, maka tentu tidak ada salahnya apabila Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen meminta/menerima sponsorship dari PT Djarum Kudus. Terlalu dibesar-besarkanlah masalah sponsorship ini sehingga KPA dan YLKI sampai memboikot film yang membangkitkan semangat pribadi dan semangat mencintai tanah air itu.

Kesimpulannya, mari bawa anak-anak ke bioskop untuk nonton Garuda di Dadaku dan KING. Kang Kombor juga akan membawa Si Berseri-seri Cahaya Kemuliaan ke bioskop. Masa Kungfu Panda saja yang ditonton?

Komentar

Posting Komentar