Mari Terus Berkarya Sampai Senjakala

Mau mengetahui denyut ekonomi mikro? Pergilah ke pasar-pasar tradisional, di sanalah tempat transaksi ekonomi mikro setiap harinya terjadi. Tentu saja, di lokasi-lokasi lain juga ada. Akan tetapi, di pasar transaksi tentu lebih beragam karena pasar memang tempat bertemunya pedagang dan pembeli.

Hampir setiap hari Kang Kombor mengantarkan Yu Kombor ke Pasar Sleman yang jaraknya dari rumah kira-kira 3,5 km - 4 km. Di Pasar Sleman kebutuhan sayur-sayuran, buah-buahan dan lauk-pauk cukup tersedia, tinggal pilih mau beli apa. Jajanan pasar untuk oleh-oleh anak-anak pun cukup tersedia.

Berbeda dengan mal di Jakarta di mana hampir semua penjaga toko atau kios di sana adalah manusia usia produktif, di pasar tradisional terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta, masih banyak manusia berusia lanjut (manula) yang masih berdagang. Usia lanjut tidak menghentikan mereka untuk berkarya mencari nafkah. Salah satu contohnya adalah nenek penjual gathot yang gambarnya Kang Kombor pasang sebagai ilustrasi pada kiriman ini.

Di pasar-pasar masih banyak kakek dan nenek tua yang berdagang mencari nafkah. Sebaliknya, di kampung-kampung banyak pemuda-pemuda perkasa yang bermalas-malasan tanpa karya. Seharusnya kita pemuda malu dengan kakek-kakek dan nenek-nenek yang terus berkarya sampai usia senja mereka.

Marilah kita pemuda bangkit dan berkarya. Kita diberi waktu yang sama oleh Sang Pencipta. Apakah waktu 24 jam akan kita biarkan lewat negitu saja atau kita isi dengan karya, itu pilihan kita. Saran Kang Kombor, isilah dengan karya. Karya apa saja yang penting positif. Membersihkan kebun apabila punya kebun. Membersihkan kali dari sampah. Mengumpulkan barang bekas. Menanami pekarangan dengan sayuran atau bunga-bungaan. Apa saja!

Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja dan membunuh kita tetapi sebaliknya mari kita bunuh waktu dengan karya-karya kita. Terus berkarya sampai senjakala...

Komentar

Posting Komentar