Mancing Uceng

Ini hari Senin. Hari pertama setiap minggunya para pekerja memulai aktivitas kerjanya. Ini juga hari pertama murid-murid SD melakukan UTS. Dus, Kang Kombor mau bercerita yang ringan-ringan saja. Kang Kombor akan bercerita tentang mancing uceng.

Uceng itu apa, Kang?

Uceng itu nama ikan air tawar yang hidup di sungai-sungai berair jernih di sekitar DIY dan Jawa Tengah. Kang Kombor sebut sungai-sungai berair jernih karena Kang Kombor belum pernah menjelajahi sungai-sungai berair keruh di Pulau Jawa sehingga belum tahu apa uceng hidup di sungai berair keruh atau tidak.

Ikan uceng itu ukurannya kecil-kecil. Paling besar hanya sebesar jari kelingking. Badannya panjang dan kulit punggungnya ada motif loreng-loreng seperti Harimau.

Halah Kang, kalau hanya ikan kecil-kecil mending cerita tentang komodo atau Sumpah Pemuda saja!


Ealah, kalau yang itu sudah ada, Bro! Sampeyan saja yang ketinggalan. Kang Kombor lanjutin ya, cerita tentang mancing uceng itu.

Pada suatu hari, tepatnya Sabtu, 22/10/11, Dhenok mengajak Kang Kombor mancing di sungai. Dulu waktu di Tangerang Dhenok suka tanya apa Kang Kombor suka mancing atau tidak. Kang Kombor jawab suka. Dhenok tanya lagi kenapa Kang Kombor tidak pernah mancing. Kang Kombor jawab karena Kang Kombor sukanya mancing di sungai yang airnya jernih. Nah, karena kini kami sudah tinggal di Sleman di mana sungai-sungainya berair jernih, Dhenok mengajak Kang Kombor mancing. Kang Kombor janjikan Hari Minggu saja mancingnya karena belum punya pancing.

Pada Hari Minggu (23/10/11) pagi Kang Kombor bersama Yu Kombor ke toko alat pancing di Wadas untuk membeli pancing no. 1, senar, pelampung, timbal untuk pemberat dan sebuah joran. Sengaja beli pancingnya pagi-pagi karena siang hari Kang Kombor akan melihat siaran langsung balapan motogp di televisi.
Sekitar pukul sembilan WIB kemarin Dhenok menanyakan jam berapa mancingnya dan Kang Kombor jawab pukul setengah satu setelah dhuhur. Dhenok pun kemudian pergi ke Medari Gedhe bersama teman-temannya untuk melihat pertunjukan jathilan (kuda lumping).

Pukul dua belas kurang seperempat Dhenok pulang dari nonton jathilan karena hujan. Tiba di rumah hujan reda dan Dhenok mengajak segera ke sungai untuk mancing. Karena pancing belum disiapkan, Kang Kombor katakan nanti setengah satu. Kang Kombor pun kemudian membuat sebatang joran lagi dari bambu karena kemarin memang hanya beli joran sebatang. Kang Kombor lebih suka mancing di sungai menggunakan joran dari bambu buatan sendiri daripada joran buatan pabrik. Mungkin karena ndeso seperti Tukul Arwana, hahaha...

Malang bagi Dhenok karena ternyata setelah itu hujan kembali turun dan reda pukul setengah lima petang tetapi mendung masih menggantung sehingga suasana pun mulai menggelap. Kang Kombor mengatakan pada Dhenok mancingnya Senin siang saja bakda dhuhur dan Dhenok setuju.

Nah, siang ini mulau pukul tigabelas Kang Kombor, Dhenok dan seorang temannya ke Kali Nyo ke tempat bronjong yang baru dipasang sekitar dua minggu lalu, di bawah saluran air yang dikerjakan secara gotong royong sebulan yang lalu. Kami pun mancing di sana. Di Kali Nyo ada ikan wader, uceng, cethul, dan kotes. Ikan lain seperti ikan mujahir, ikan mas, ikan tawes dan lele sudah sangat jarang. Ikan-ikan itu kebanyakan habis karena dicari dengan cara disetrum atau diracun dengan potas pada beberapa tahun yang lalu.


Di tempat kami mancing ada ikan wader tetapi karena umpan yang kami pakai adalah cacing tanah, yang mau makan umpan hanya ikan uceng dan ikan kotes. Ikan wader mau makan apabila umpannya menggunakan cacing yang diambil dari pohon pisang atau cacing yang berwarna merah. Sayangnya di musim kering seperti ini sangat sulit mencari cacing di pohon pisang karena pohon pisang sebagian besar pada kering.
Kami mancing di bronjong itu sampai pukul tiga sore. Hasilnya tidak terlalu buruk walaupun tidak dapat dibilang bagus. Kami mendapatkan 15 ekor uceng, 1 ekor wader dan 1 ekor gonjilan. Gonjilan adalah nama anak ikan kotes, ikan sungai yang memangsa ikan-ikan lain yang lebih kecil. Bentuknya seperti lele tetapi tidak memiliki patil dan ukuran tubuhnya lebih kecil. Ikan kotes paling besar kepalanya hanya sebesar jempol kaki. Waktu Kang Kombor masih remaja dulu kalau memancing di Kali Nyo bisa dapat antara 30 sampai 50 ekor ikan campuran anatara wader, uceng dan kotes. Bahkan dulu kalau dapat uceng sering Kang Kombor buang. Eh sekarang mancing dapat uceng ya dibawa pulang karena hanya uceng dan kotes yang mau makan cacing tanah sedangkan kotes pun hanya mengirim seekor anaknya yaitu Si Gonjilan!

Pulang mancing Dhenok dan temannya membersihkan ikan di balai-balai di bawah rumah pohon. Kang Kombor sengaja membiarkan anak-anak itu membersihkan sendiri ikan-ikan hasil memancing itu agar mereka menjadi gadis-gadis yang tidak jijikan seperti anak-anak kota. Hahaha, lihat Jessica Iskandar nangkapin ikan mas di acaranya Ruben Onsu kok Kang Kombor jadi pengin ngajarin Dhenok agar tidak jijik memegang ikan dan membersihkannya untuk dimasak.


Dhenok minta ikan-ikan itu dibakar tetapi karena ukurannya yang mini-mini, Kang Kombor goreng kering saja ikan-ikan itu. Dhenok suka ikan bakar bikinan Kang Kombor walaupun rasanya tidak selezat ikan bakar di restoran ikan. Eh, sialnya... Kami mancing selama hampir tiga jam, begitu menjadi ikan goreng kering, Dhenok dan temannya kurang dari 5 menit menghabiskannya...
Nah, itu cerita yang ringan dari Kang Kombor bersama Dhenok dan temannya. Kawan-Kawan punya cerita ringan apa? Beginilah asyiknya di desa, kita dapat bercerita hal-hal yang ringan dan remeh-temeh, tidak seperti di kota yang tidak ada hal-hal yang ringan dan remeh-temeh.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Komentar

  1. jujur om klo w yang mancing ga sabar, mendingan w pake jabruk aja biar cepet dapet a kekekeke

    BalasHapus
  2. sama to ma yang diatas ane jg gk sabar pa lg mancinge di sungei yang gk jelas ikane

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan mancing di sungai yang nggak ada ikannya ya, hahaha

      Hapus
  3. @direxer: memang mancing itu untuk melatih kesabaran. kalau kegiatan mancing uceng itu sekaligus untuk mengajari anak-anak karena praktek memancing itu tidak diajarkan di sekolah.

    glewonews: ikannya jelas kok: ada kotes, wader, uceng, cethul, pelus, nila, dan lele.

    BalasHapus
  4. mancing emang butuh kesabaran, dan keuletan tersendiri. kemarin ane mancing uceng, mulai jam 1 siang kelar jam 4 sore. dapet buanyak gan. itulah hasil dari buah kesabaran . sayang ane dak tau cara kirimin foto hasil mancing uceng ane. hehehehe salam kenal

    BalasHapus
  5. buat kang kombor, ini dia buah dari kesabaran

    http://www.facebook.com/photo.php?fbid=226809190766835&set=o.123797227631902&type=1&ref=nf

    http://www.facebook.com/groups/123797227631902/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap itu ucengnya.

      Sayangnya ternyata img tag tidak boleh dipakai di sini.

      Hapus
  6. di daerahku, Temanggung, jg banyak ikan uceng dan wader (unjar), untuk mancing umpannya kroto pasti afdol. Pancing no. 05 cucut pasti dech asyik. Walesan ujungnya gunakan enthul yaitu baja tipis yang lentur. So pasti bakal ketagihan mancing, bahkan bagi yang seneng mancing jog jogan atau galatama sekalipun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wader di tempatku juga banyak. tapi aku belum bisa menaklukkan wader... kalau uceng gampang banget, hehehe...

      Hapus
  7. terima kasih inponya mas ,http://lesprivatmusic.blogspot.co.id/

    BalasHapus
  8. Yang penting seneng!!!!!! Mancing apapun sensasinya luar biasa....,😀😀😀. Buat kang kombor......strike ucengnya kang!!!!

    BalasHapus
  9. Nuwun Sewu Kang, Kulo butuh ueng dr daerah Jogja. Kulo saget nyuwun Tulung njenengan padoske? Mangke Kulo tumbase. Kontak Kulo 081803846300. Saya tunggu nggih...

    BalasHapus
  10. Nuwun Sewu Kang, Kulo butuh ueng dr daerah Jogja. Kulo saget nyuwun Tulung njenengan padoske? Mangke Kulo tumbase. Kontak Kulo 081803846300. Saya tunggu nggih...

    BalasHapus

Posting Komentar