Sungai Nyoho Yang Merana

Sungai Nyoho atau Kali Nyo, biasa Kang Kombor menyebut, kini merana. Sungai yang bermata air di lereng Gunung Merapi dan membujur melewati sebagian Kecamatan Tempel, sebagian Kecamatan Turi, Kecamatan Sleman, Kecamatan Seyegan dan terus ke Selatan itu menjadi tempat pembuangan sampah. Di Pedukuhan Jetis sampah dibuang oleh sebagian warga di beberapa lokasi di sepanjang aliran Kali Nyo yang melewati Pedukuhan Jetis, Desa Caturharjo. Di Mrisen, sampah menumpuk di bawah jembatan di Jalan Penthung - Caturharjo - Cemara. Ternyata, banyak orang yang membuang sampah sembari lewat untuk berangkat beraktivitas dengan cara melempar sampah dari atas jembatan ke Kali Nyo. Memprihatinkan sekali.


Kang Kombor memiliki memori tentang Kali Nyo yang berair bening tanpa sampah. Sampah yang ada adalah sampah dari dedaunan yang gugur dari pepohonan yang tumbuh di tebingnya. Di saat kemarau, ikan yang hidup di Kali Nyo kelihatan berkejaran di bening airnya. Kang Kombor sering mancing di Kali Nyo. Kang Kombor juga sering mencari udang yang hidup di balik bebatuan. Bahkan, dulu Kang Kombor sering mandi bermain air di sana. Kini, entahlah... Ketika Kang Kombor pulang untuk menetap, Kang Kombor malah mendapati Kali Nyo dicemari sampah di banyak tempat.

Ternyata masalah sampah di sungai bukan monopoli Jakarta saja. Di desa pun permasalahan itu maujud. Entah apa yang salah dengan kearifan yang diwariskan oleh para leluhur dulu yang dapat mewariskan sungai yang bersih tidak tercemar sampah. Kok bisa-bisanya terjadi kemunduran dalam memperlakukan lingkungan padahal seharusnya dengan semakin majunya tingkat literasi (melek huruf) penduduk Indonesia, penduduk Indonesia bisa semakin maju dalam menjaga kelestarian lingkungan hidupnya. Atau, kelelahan dalam mencari penghidupan telah menggerogoti kepekaan terhadap lingkungan hidup? Entahlah.

Kang Kombor sudah berbicara dengan Pak Dukuh mengenai keadaan Kali Nyo yang memprihatinkan itu. Sepertinya harus segera dilakukan tindakan untuk menghentkan kebiasaan membuang sampah ke sungai. Pedukuhan ini harus mampu mengelola sampah rumah tangga dengan baik. Sampah organik dapat dimanfaatkan untuk membuat kompos sedangkan sampah non organik dapat dipilah-pilah untuk memisahkan mana yang dapat didaur ulang dan yang harus dimusnahkan.

Mari kita jaga sungai-sungai yang mengalir di wilayah kita agar tetap bersih terjaga. Kalau dulu kakek-nenek kita mewariskan sungai yang dapat dipergunakan untuk kita mandi dan bermain di bening airnya, mengapa kita tidak mewariskan hal yang sama untuk anak cucu kita nanti?

Komentar

  1. weh,saiki wes ng kampung toh kang?

    BalasHapus
  2. iya, om hakim. balik kampung wae. jabodetabek wis sumpeg.

    BalasHapus
  3. miris sekali mas baca artikel diatas...terbukti masyarakat indonesia masih blm sadar benar arti kebersihan ^_^

    BalasHapus
  4. Sangat disayangkan sungai yang indah sudah mulai dicemari oleh berbagai sampah.

    BalasHapus
  5. @aingindra:
    betul kang indra. nampaknya perlu revolusi budaya nih: budaya buang sampah sembarangan dijadikan budaya mengelola sampah dengan baik

    @cheap:
    betul sekali, sangat disayangkan. anak saya jadi tidak bisa mandi dan bermain air di sungai.

    BalasHapus
  6. Sebenarnya sudah ada cara untuk mengatasi semua itu hanya saja pemegang tongkatnya yg.slalu merasa paleng kuasa,tinggi dan tidak mau menerima masukan dari setiap warga yg.mempunyai niat baik,terus terang saya penemu cara mengatasi soal sampah dimana saja,berapa saja dan juga kondisi apapun pasti teratasi(mhn.maaf saya bukannya nsombong berkata pasti,yg.saya maksud sudah merupakan rumus sehingga hasilnya pasti teratasi)apa bila cara saya di trapkan untuk mengatasi sampah yg.biasa di buang ke sungai pasti jitu, juga dan gak mungkin akan adanya sampah-2 yg.mengotori sungai,bila berkenan buka teknologi pemusnah sampah.Trimakasih.

    BalasHapus
  7. @salikun:
    Saya sudah berkunjung ke blog Pak Salikun. Saya akan baca-baca lebih lanjut. Kalau saya ingin belajar lebih lanjut boleh kan, Pak?

    BalasHapus
  8. Trima kasih sdr.kombor,itu cara y.mudah,seperti y.saya jalaniselama ini(sejaktl.3 Jan.2006)membantu lingkungan saya atasi sampah 1.pasar yg.tidak kecil,dengan sampah warung sekitar 50 juga sampah warga beberapa Desa,dengan hanya 1 tungku pemusnah sampah tanpa bahan bakar apapun,nyatanya sampek sekarang tidak ada masalah terkait persoalan sampah,kalo panjenengan sudah buka blog saya,itu ada bbrp.foto pd.bbrp.tempat dan tdk.semua tertampil,misalnya di Cenkareng,Depok,Bekasi perumahan,juga di Wil.Mojokerto sangat banyak yg.tertampil hanya sebaean saja,semuanya berasil atasi sampah yg.ada.Salam terbaik buat panjenengan juga teriring doa smg.dpt.rido Nya.amin

    BalasHapus

Posting Komentar