Ngawurnya Detik: Impor atau Ekspor?

Banyak orang yang bilang, "Detik kok dipercaya!" apabila kita sampaikan suatu isu yang berasal dari portal berita daring nasional yang paling banyak diakses orang itu.

Memang banyak orang termasuk Kang Kombor yang mengakses Detik hanya untuk mencari tahu tentang isu/peristiwa terkini yang terjadi. Sedangkan untuk isi beritanya, bacanya di media lain yang lebih bermutu.
Sebagai portal berita daring yang tercepat, okelah Detik memang top. Akan tetapi, dari segi isi, maaf saja, Detik banyak tidak mutunya. Sebagai salah satu bukti, silakan baca berita dari Detik yang Kang Kombor sampaikan di bawah ini. Isi berita Kang Kombor salin apa adanya. Taut ke berita itu juga Kang Kombor berikan. Dus, apabila setelah Kang Kombor publikasikan kiriman ini nanti kemudian isi berita sudah tidak seperti yang Kang Kombor salin, jangan salahkan Kang Kombor. Mungkin Detik sudah menyuntingnya.

Berikut taut dan isi berita ngawur itu:

-----*-----
http://m.detik.com/read/2011/12/01/185653/1780527/4/impor-malaysia-ke-ri-melonjak-gara-gara-produk-telekomunikasi

Kamis, 01/12/2011 18:56 WIB
Impor Malaysia ke RI Melonjak Gara-gara Produk Telekomunikasi
Ramdhania El Hida : detikFinance

detikcom - Jakarta, Pemerintah masih kesal karena ada sebuah perusahaan produsen alat telekomunikasi tidak memilih membuka pabrik di Malaysia ketimbang Indonesia. Ini membuat impor Malaysia melonjak.
Wakil Mentero Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, Indonesia selama ini hanya digunakan sebagai pasar, sementara basis produksinya di negara lain.

"Naiknya importasi itu adalah sesuatu yang menunjukkan betapa menariknya pasar Indonesia. Terjadi peningkatan di berbagai produk konsumsi seperti pakaian, makanan olahan, dan elektronik terutama yang berkaitan dengan komunikasi," ujar Bayu di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (1/12/2011).

Bayu memperkirakan tingginya nilai tersebut karena masuknya produk elektronik terutama untuk komunikasi. Pihak Kemendag betul-betul mengamati perkembangan impor barang dari Malaysia.

"Pemerintah melihat bahwa kita harus benar-benar menyikapinya dengan baik termasuk misalnya tidak mau hanya menjadi pangsa pasar. Oleh sebab itu, kita kecewa kepada perusahaan-perusahaan elektronik komunikasi yang mereka menjadikan indonesia sebagai pasar utama tapi misalnya membuat basis produksi di negara lain, kita memandang itu sebagai suatu hal yang tidak simpatik," tegasnya.

Namun, Bayu menyatakan pihaknya tidak mau terburu-buru mengambil keputusan mengingat adanya kebutuhan masyarakat Indonesia akan teknologi yang murah meriah.

"Pemerintah sedang melihat hal ini secara seksama, kira-kira akan memberi langkah yang terbaik, dan tentu kita tidak ingin merugikan konsumen Indonesia yang tentu berhak mendapatkan barang yang bagus dengan harga yang terjangkau, tapi terus terang kita kecewa karena kepada perusahaan-perusahaan seperti itu sudah kita lakukan pendekatan, kita tawarkan dan kita ajak datang ke Indonesia," ujarnya.

Bayu pun tidak mau menceritakan senjata apa yang dipersiapkan pihaknya untuk mengantisipasi serangan impor elektronik komunikasi dari negara tetangga ini.
"Jangan dikasih tahu dulu, nanti mereka siap-siap ya," pungkasnya.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan nilai impor Indonesia dari Malaysia melonjak tajam hingga 60%. Hal itu disebabkan karena adanya lonjakan impor digital automatic data dari negeri jiran tersebut.
Pada bulan Oktober 2011, impor Indonesia dari Malaysia senilai US$ 138 juta. Padahal pada bulan September, nilai impor Indonesia dari Malaysia hanya US$ 55 juta.
----*----

Mari kita lihat judulnya. Dari situ saja sudah kelihatan ngawur. Penulis berita tidak dapat membedakan impor dengan ekspor. Impor mestinya dari, bukan ke. Kalau ke, pasti ekspor. "Impor Malaysia ke RI Melonjak Gara-gara Produk Telekomunikasi", impor Malaysia ke RI? Mestinya ekpor Malayia ke RI atau Impor RI dari Malaysia. Kontributor Detik Finance ini payah, editornya juga tidur.

Selanjutnya, mari kita lihat paragraf pertama berita tersebut:
"detikcom - Jakarta, Pemerintah masih kesal karena ada sebuah perusahaan produsen alat telekomunikasi tidak memilih membuka pabrik di Malaysia ketimbang Indonesia. Ini membuat impor Malaysia melonjak."
Kalimat pertama sudah ngawur. Mestinya "Pemerintah masih kesal karena ada sebuah perusahaan produsen alat telekomunikasi lebih memilih membuka pabrik di Malaysia ketimbang Indonesia." Kata tidak akan lebih baik dihilangkan atau diganti dengan kata lebih.

Kalimat kedua paragraf pertama itu makin memperlihatkan bahwa kontributor Detik Finance itu tidak dapat membedakan antara impor dengan ekspor. Mestinya kalimat kedua berbunyi "Ini membuat ekspor Malaysia melonjak."

Pada paragraf selanjutnya barulah kontributor Detik Finance di atas dapat membedakan impor dan ekspor kecuali untuk kalimat "Bayu pun tidak mau menceritakan senjata apa yang dipersiapkan pihaknya untuk mengantisipasi serangan impor elektronik komunikasi dari negara tetangga ini." Kang Kombor tidak tahu apa Wakil Menteri Bayu Krisnamurthi yang mengatakan "serangan impor" atau kontributor Detik Finance. Kalau serangan mestinya ekspor, bukan impor.

Grup Detik sebaiknya menyeleksi dengan ketat kontributornya. Keterampilan berbahasa para kontributor perlu dilihat dengan baik. Sungguh memalukan, Detik sudah tayang sejak 1998 tetapi bikin judul dan isi berita saja ngawur.

Selain itu, mestinya editor Detik disuruh bekerja. Jangan sampai hanya kuantitas berita saja yang dikejar sedangkan kualitas laporan tidak diperhatikan. Blogger saja berusaha memperbaiki kualitas menulisnya, apalagi kontributor berita yang semestinya mengantongi kartu pers.

Komentar

  1. sungguh memalukan.
    mungkin ini disebabkan oleh target kejar tayang mereka yang memang dituntut untuk serba cepat dalam penayangan berita.

    BalasHapus
  2. Biasa mas, kontributornya kejar tayang, editornya pun dah pusing duluan melihat banyaknya calon berita yg masuk, akhirnya jurus "Kebut Posting" dikeluarkan redaksi. Kayaknya detik agak terbebani dengan image masyarakat selama ini yg menyebutkan detik adalah portal berita terupdate, sehingga demikianlah hasilnya.

    Salam kenal dari Jogja, Ditunggu mampir ngombenya ke blog ane.

    BalasHapus
  3. pengen jadi yang tercepat ya kang Kombor, jadinya melupakan kualitas

    BalasHapus
  4. Yahh..
    begitulah Kang, seperti komentarku pada journal Knag Kombor terdahulu... DETIK pancen njelehii..

    berulangkali ku menemukan case sama, demi mengejar sok tercepat, ehhh isinya ngeblank...
    Sebagaimana kang Bimo cerita pas sowan ke ndlame panjenengan itu Kang, mung judhul tok..
    jiannn tetekone ra pantes di nggo tuladha ...
    #sengitaku

    BalasHapus
  5. FaiK, citra tercepat ternyata menjadi beban buat Detik ya, Mas Faik... Kasihan karena demi citra tercepat, kualitas dikorbankan.

    Ami, betul Mbak Ami. Sungguh sangat disayangkan.

    Maztrie, hehehe, betul Maz. Aku juga punya pengalaman baca detik hanya judulnya saja yang muncul. Entah karena kabotan merga kakehan diakses atau memang hanya judulnya saja yang dipublikasikan...

    BalasHapus
  6. Wah iya, masak dengan brand image portal berita tercepat nulis ekspor atau impor aja salah penggunaannya? harusnya harus diimbangi dengan kualitas dan mutu isinya hehehehe, mantap om baru nyadar xixixixixi :D

    BalasHapus
  7. FajaR, detik mengorbankan kualitas demi kecepatan. kalau soal tata bahasa, banyak situs berita online yang salah menggunakan, bahkan hanya untuk hal kecil seperti kata depan dan awalan.

    BalasHapus
  8. namanya saja detik, identik dengan waktu, hubungan berita dan waktu sangat dekat, apalagi masalah up to date, dadine lali isine... sing penting judul karo up to date, hadew *ngelus dodo* *gedek-gedek*

    BalasHapus

Posting Komentar