Jalan Raya Mulus Hanya Ada di DIY

bergabungbukan berarti melebur (kaskus)

Mungkin ini ada sedikit metaforanya tapi bisa jadi ada juga benarnya: jalan raya mulus hanya ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kang Kombor sudah belasan kali bolak-balik Tangerang - Sleman baik lewat jalur pantura Jabar - Jateng maupun jalur tengaj Jabar - Jateng. Banyak ruas jalan rusak di kedua jalur itu. Jalur pantura Jabar - Jateng lebih parah. Setiap tahun menjelang lebaran pasti ada pekerjaan 'perbaikan' jalan. Bukan pemeliharaan ya tapi perbaikan.

Dulu setiap kali mau mudik Kang Kombor harus berjudi: lewat pantura atau tengah. Berjudi di situ maksudnya memilih jalur mana yang tidak rusak. Pernah suatu kali mudik, kami berangkat lewat pantura dan jalan rusak. Baliknya ke Tangerang kami lewat tengah. Rusak juga! Kacau to?


Setiap kali pula, apabila memasuki wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jalan raya yang mulus selalu didapati. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memang mantap. Hampir seluruh jalan penghubung sekarang sudah diaspal. Pengubung pedukuhan, penghubung desa, penghubung kabupaten, apalagi jalan negara, sudah pada diaspal.

Mulusnya jalan-jalan di DIY bisa Kang Kombor maknai sebagai absennya korupsi dalam proyek pembangunan dan pemeliharaan jalan raya. Bandingkan saja dengan jalanan di Provinsi Banten sana. Ampun deh, jalan menuju ke Pusat Pemerintahan Provinsi Banten saja jelek, apalagi jalan ke kampung-kampung?
Pernah Kang Kombor berdua teman pergi mengunjungi seorang kawan di Rangkasbitung. Kami berangkat dari Cikupa (Tangerang). Menuju Rangkas kami ambil jalan kekiri di Cikande. Aduh, Kawan, itu jalan ampun deh jeleknya. Sangat tidak pantas untuk Provinsi Banten yang kaya, yang PAD-nya termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia.

Kembali ke DIY, kok ya tega-teganya ada Presiden yang pernah jadi Komandan Korem di Yogya, punya pembantu Menteri Dalam Negeri dan jajarannya yang ingin merusak Daerah Istimewa Yogyakarta melalui RUU Keistimewaan Yogyakarta. Kepala Daerah di Yogyakarta akan dipilih melalui pilkada. Ada-ada saja.
Kang Kombor bukan anti-demokrasi. Siapa sih Kang Kombor sampai bisa melawan nilai-nilai dari Amerika Serikat dan Barat itu. Kang Kombor tidak anti tetapi mbok ya kalau belajar sejarah itu yang benar. Daerah Istimewa Yogyakarta itu kan ada sejarahnya mengapa jadi sebuah Daerah Istimewa, bukan ujug-ujug jadi karena RUU KY. Keistimewaan Yogyakarta sudah ada sejak negara ini masih bayi melalui Amanat 5 September 1945.

Kang Kombor tidak anti-demokrasi tetapi lihatlah pilkada di seluruh nusantara ini. Ampun deh... Demokrasi kok seperti itu. Banyak yang tidak sportif mengakui kemenangan kandidat lain.

Konon dulu DPR RI akan menyelesaikan RUU KY pada April 2011. Ini sudah mau April 2012 itu UU tidak selesai juga. Pemerintah jangan indecisive seperti Mr. Presiden. Kalau memang mau membuat Kepala Daerah di DIY dipilih melalui pilkada ya segera saja diundangkan. Setelah itu mari kita lihat apa yang akan terjadi.
Jalanan di provinsi yang kepala daerahnya dipilih melalui pilkada nggak ada yang mulus. Gitu aja kok mau bikin yang seperti itu di DIY. Maaf aja deh! Nggak butuh.

Komentar

  1. Hihihi....
    aku nyumbang sumeh wae wis Kangg.....
    Ncen ra nggenah owkkk, ku inget banget pas abis ontran2 monarkhi, trus abis itu banyak perwakilan dari semua kabupaten n kodya Jogja diundang ke Senayan, njuk ngapa cobaa..?
    endi hasile...
    hemm...

    #politis
    dan o'onnya, wong demokrasi kok di mungsuhke monrakhi, apa ya pener.? Itu khan sama ama bilangan variable n satuannya taa...?
    Apa tumon lima dimungsuhke centimeter...?

    susilo susi loooo #sengitaku #ehhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. hasil semua anggota dewan dari diy dan kab/kota se-diy dipanggil adalah agar mereka tetap mendukung sikap demokrat agar gubernur diy dipilih melalui pilkada to, maz.

      ya soal mbandingkan lima dengan sentimeter, itu karena nafsu sehingga pikirannya nggak jernih. sing penting karepe dielu uwong.

      soale pancen nek gubernur diy ora dipilih melalui pilkada, wong pacitan kae ketoke ora isa nyekel diy. padahal diy kuwi sentral kanggo politike ri.

      Hapus
  2. haha..iya akang...meski saya bukan warga jogya, tapi karena belajar disana,jadi merasa memiliki jogya juga.
    dan jogya, biarlah seperti sekarang, disnilah keunikan dari jogya sehingga dinamai daerah Istimewa, ada kerajaan dalam negara, so gak ada deh masalah dengan itu, dan pilkada, sebaiknya tetap dari kalangan kesultanan karena ikatana batin warga jogya dengan rajanya rasanya tidak dimiliki oleh daerah lain...itutlah kenapa jogya relatif aman, tindakan pemerintah pusat saya karena adalah tindakan tidak bijaksana.
    Bravo Jogya, jogya itu indah, jogya itu dagadu hehe
    kog jadi promosi dagadu ya :)

    BalasHapus
  3. kalo saya warga jogja yang sdh pindah ke tangsel...tapi saya punya planning untuk balik lagi ke jogja dan tinggal rumah saya di sleman

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau sudah kembali lagi ke sleman bisa kopdar bareng kbj. tangselnya mana? sepertinya semua kecamatan di tangsel sudah pernah saya lewati.

      Hapus

Posting Komentar