Untuk yang berasal dari Pulau Jawa kemungkinan besar tahu. Yang berasal dari luar Pulau Jawa, entahlah. Bisa tahu, bisa juga belum tahu. Baiklah, kali ini Kang Kombor akan bercerita tentang buah kokosan.
Kokosan ini merupakan buah yang masuk ke dalam falili Meliaceae. Buah kokosan sekeluarga dengan duku tetapi masuk ke dalam golongan kokosan. Nama latin kokosan adalah Lansium Aqueum.
Bentuk pohonnya hampir sama dengan pohon duku; namun bentuk daunnya lebih lanset, bulu daun lebih lebat dan kasar; malai bunga lebih panjang; buahnya lebih kecil. Kulit buahnya berwarna kuning kemerah-merahan, bergetah, dan sukar dikupas. Daging buahnya berair dan berasa asam agak manis. Tumbuhan ini diperbanyak dengan cara okulasi dan dengan biji; dapat tumbuh baik di tanah yang lembab dan teduh, pada dataran rendah sampai pada ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. (jakarta.go.id)
![]() |
Setandan kokosan |
Buah kokosan walaupun seperti duku tetapi sukar untuk dikupas. Cara makan kokosan biasanya dengan diceplus (digigit) lalu diseruput daging buahnya. Atau, bisa juga dibuka dengan cara dipencet bagian pangkal buahnya.
![]() |
Kokosan yang dipencet |
Umumnya, kokosan rasanya masam. Apabila beruntung, kita bisa juga mendapatkan kokosan yang manis. Buah ini berbuah bersamaan dengan waktu berbuahnya pohon duku, dan langsat. Mereka kan satu keluarga sehingga waktu berbuahnya pun bersamaan.
![]() |
Daging buah kokosan |
Kalau makan kokosan hati-hati jangan sampai bijinya tergigit. Biji kokosan rasanya pahit.
Kebetulan di kebun, di tanah milik adik Kang Kombor ada sepokok pohon kokosan yang sedang berbuah. Ketika buah kokosan itu diunduh oleh tetangga yang akan menjualnya ke pasar, Kang Kombor menyempatkan diri untuk memfoto buah kokosan itu untuk keperluan membuat kiriman ini. Maaf kalau fotonya kurang jelas karena diambil hanya dengan kamera ponsel.
Kiriman ini, selain untuk menginformasikan mengenai kokosan, juga untuk memberi inspirasi kepada Kawan-Kawan narablog yang kadang bingung mau nulis apa. Apa saja bisa ditulis, Kawan. Kiriman ini contohnya. Buah sepele bernama kokosan bisa juga menjadi sebuah tulisan di blog.
Ngomong-ngomong, kemarin Kang Kombor hanya mencicipi sebutir saja kokosan itu. Bukan karena tidak doyan melainkan karena panennya hanya satu setengah keranjang. Kang Kombor kalau makan bisa habis sepuluh tandan. Kasihan nanti kokosannya nggak jadi dijual oleh yang nebas. Hahaha...

Pohon kokosan lain belum berbuah. Satu setengah keranjang lumayanlah. Kata yang nebas, kalau seratus ribu saja ada itu duitnya. Beda dengan rambutan yang sekilonya di pasar kurang dari seribu rupiah.
kokosan agak asem atau kecut atau perpaduan antar keduanya, kalo saya makan bnyk perut sakit.
BalasHapusLebih enak dukunya.
Makannya jangan banyak-banyak, Mas, hehehe...
Hapuswah, jangan diabisin dong kang, boleh sih kalau mau di kasih, hehe ;)
BalasHapusSudah dibawa ke pasar sama yang ngunduh tuh...
HapusLangsat bukan tuh kang? Iyya deh persis...
BalasHapusFamili buah ini terdiri dari 3 golongan, Mbak: duku, langsat dan kokosan. Memang kokosan mirip langsat karena satu keluarga.
HapusKalo di kampung saya di Lombok, NTB, namanya celuring he he...
BalasHapusNamanya bagus juga, Mas, celuring...
Hapusuntung bukan CELURIT bang he hehe
Hapusaku seneng duku
BalasHapuswahhhh... nek bar nebas kie mbok kondo2 kang..
BalasHapusben iso ke tekape :D
Aku wae ngertine san wis rampung... wkwkwkwk...
HapusAku dari Pulau Jawa tapi gatauuuu... :D
BalasHapusSekarang kan jadi tahu. Kang Kombor orang kampung makanya tahu yang namanya kokosan, mundhung, mundhu, kepel...
HapusHaaa..?
BalasHapusSepuluh tandann...?
njuk wetenge kaya ngapa rasanee kang..?
Wareg
Hapuswaahh abang sip bang
BalasHapusbtw gambar nya walau dari ponsel tetp bagus bang
LANJUT KAN!!!
lebih cepat lebih baik, hehehe...
HapusNice info. Thanks for sharing.
BalasHapus