Joged di Gunung Kelir

Sudah tiga kali Kang Kombor naik ke Gunung Kelir dan sampai kiriman ini ditulis, Kang Kombor belum menceritakan satu pun kisah ziarah Kang Kombor ke Tanah Perdikan Menoreh itu. Apabila tidak Kang Kombor ceritakan, Kang Kombor takut hal itu akan menjadi hutang yang membebani ruh saat nanti Kang Kombor dipanggil kembali ke hadapan Gusti Kang Murbeng Dumadi.


Kunjungan pertama Kang Kombor ke Gunung Kelir adalah kunjungan solo alias ijen alias sendirian. Kang Kombor mendapat kabar bahwa Mas Totok sedang ngasah pedang di Tanah Perdikan Menoreh sehingga Kang Kombor pun menunggangi Si Ngorok mendaki Perbukitan Menoreh demi untuk mengunjungi Juragan Kambing Etawa itu.

Tak banyak yang dapat diceritakan. Itu adalah pertemuan darat perdana Kang Kombor dengan Mas Totok.

Pertemuan kedua berlangsung tidak lama setelah pertemuan perdana itu. Selain Kang Kombor yang hadir di sana adalah Maztrie, Muhammad Amrun dan Khairul. Kang Kombor naik ke sana sore hari dan pulang bersama-sama sekitar jam 8 malam. Kami harus membelah kabut Perbukitan Menoreh yang tebal saat turun dari pegunungan menuju peradaban kosmopolitan Yogyakarta. Kang Kombor menjadi penuntun jalan diikuti Muhammad Amrun + Khairul dan Maztrie sebagai Sapu Jagad.

Pada pertemuan kedua itu, selain gojeg kere, kami juga sempat berdiskusi mengenai pemberdayaan masyarakat. Mas Totok adalah praktisi pemberdayaan masyarakat yang selalu haus untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Tentu pendekatannya bukan pendekatan utopis untuk memberdayakan masyarakat secara langsung melainkan melakukan pemberdayaan diri sendiri dulu baru setelah diri sendiri terberdayakan maka barulah masyarakat diberdayakan. Omong kosong apabila praktik pemberdayaan masyarakat tetapi diri sendiri masih belum berdaya.

Nah, pertemuan ketiga terjadi pada saat Mas Totok menyelenggarakan syawalan di kediamannya pada 23 Agustus 2012. Mas Totok menyembelih kambing etawa dan mementaskan jathilan/kuda lumping yang dibinanya. Pada saat syawalan ini ada beberapa narablog dan pegiat sosial media yang hadir, di antaranya @muhammadamrun (tidak ketemu), @wkf2000, @utamiutar, @suryaden, @tomytaslim, @maztrie, @gempurmedia dan bekas murid Kang Gempur. Wong Kam Fung membawa kopi liong dari Bogor yang menjadi pengganjal mata setelah kenyang makan tongseng etawa.

Kang Kombor gemar nonton jathilan. Makanya, begitu tiba di Gunung Kelir dan jathilan pentas, Kang Kombor khusyu' di tepi arena pentas untuk menikmati pertunjukan jathilan tersebut. Kang Kombor pun merekam pertunjukan itu dengan kamera ponsel tetapi karena mic ponsel itu rusak (baru nyadar setelahnya) maka video jathilan putri dari Perbukitan Menoreh itu tidak ada suaranya. Malu lah mau ngunggah ke Youtube.

Kang Kombor juga sempat berjoged di arena jathilan karena @wkf2000 dan @tomytaslim tidak mau berjoged waktu seorang pemain jathilan yang sedang ndadi (trans) mendekati mereka mengajak untuk menari. Bahkan @maztrie pun hanya sekedar pelotot-pelototan dengan seorang penari putri ketika ia dikalungi sampur untuk menari. Untunglah @maztrie tidak diamuk oleh jathilan itu...

Sebenarnya Kang Kombor masih ingin melihat pertunjukan jathilan yang akan pentas pada malam harinya. Sayang, sampai pukul 21:00 WIB para penari jathilan masih dandan. Murid Kang Gempur harus masuk kos-kosan paling lambat pukul 22:00 WIB. Maka, Kang Gempur + muridnya, Maztrie dan saya pun pamit kepada Mas Totok. Tomy Taslim dan Suryaden sudah pulang duluan karena harus mengantar Wong Kam Fung dan Utami Utar ke Jombor. Tamu dari Bogor itu rencananya akan langsung pulang ke Salatiga tetapi akhirnya malah harus bermalam di Secang karena sudah tidak ada bus ke arah Semarang pada malam itu.

Catatan:
Foto Kang Kombor joged berasal dari GunungKelir.com

Komentar

Posting Komentar