Setuju SBY

Membaca berita di Kompas.com berjudul Presiden SBY: Jangan Ikuti Strategi Ekonomi Asing, Kang kombor setuju. Kesetujuan Kang Kombor terutama pada pernyataan Presiden SBY:

"Indonesia tidak perlu ekonomi yang berorientasi ekspor. Itu yang biasanya dipakai oleh asing, seperti Malaysia, Singapura, China, Jepang, dan sebagainya,"

Menurut SBY, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung didominasi oleh konsumsi domestik sehingga Indonesia dinilai tidak perlu mengikuti strategi ekonomi asing yang berorientasi ekspor.

Flag-map_of_Indonesia

Kang Kombor setuju. Penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa adalah pasar yang besar. Lihat saja betapa banyak perusahaan asing yang menjual produknya di Indonesia mulai dari sabun mandi hingga produk berteknologi tinggi. Mulai dari susu bayi hingga pelumas mesin. Mulai dari pakan ternak sampai produk olahan ternak. Indonesia adalah pasar yang besar dan masih memiliki potensi pasar yang sangat besar. Meninggalkan pasar domestik dengan membuat ekonomi Indonesia berorientasi ekspor adalah sebuah kesalahan dalam melihat pasar.

Pasar di luar nusantara memang sangat besar. Ya, itu pasti. Jumlah penduduk Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk dunia secara keseluruhan memang kalah jauh. Akan tetapi, 240 juta jiwa dengan ekonomi yang terus tumbuh dan dikatakan paling stabil di dunia serta kelas menengah yang terus bertambah adalah pasar yang sangat menarik dan potensial. Terbukti perusahaan asing pun tidak berhenti memasukkan produk mereka ke Indonesia.

240 juta jiwa butuh makan dan minum. Butuh obat jika sakit. Butuh alat kesehatan. Butuh pakaian. Butuh sabun mandi. Butuh sabun cuci. Butuh pasta gigi. Coba lihat perusahaan-perusahaan dari mana yang bermain dalam pasar tersebut. Ada P&G. Ada Unilever. Ada Nestle. Ada apa lagi? Oh ya, Orang Tua Group, Garuda Food, Indomie… Lebih banyak mana produk perusahaan nasional atau perusahaan asing yang sehari-hari kita temui di sekeliling kita?

Itu baru yang dikonsumsi oleh manusianya. Belum untuk kendaraannya. Produk otomotif jelas sekali hampir semuanya adalah merek asing. Suku cadang, pelumas, minyak rem, dll. sebagian besar juga merek asing. Mungkin hanya bahan bakar saja yang sampai saat ini masih dikuasai keluaran produsen dalam negeri melalui Pertamina. Beberapa tahun ke depan entahlah… Petronas dan Shell sudah banyak buka gerai stasiun pengisian bahan bakar. Bisa jadi nanti setelah BBM subsidi tidak ada lagi, pompa bensin Pertamina pun akan berganti cat dan logo…

Masih belum cukup?

Masih ingat cerita pabrik-pabrik sepatu yang membuat sepatu-sepatu bermerek asing seperti Nike, Reebok, Adidas… Berapa banyak pabrik sepatu yang membuat sepatu-sepatu bermerek asing dan berorientasi ekspor itu yang masih berdiri? Lalu bandingkan dengan pabrik sepatu asal Ceko, yaitu Bata yang sejak tahun 1960-an masuk Indonesia dan membuat pabrik di Pasar Minggu (tolong koreksi apabila salah). Pabrik sepatu mana yang lebih bertahan lama? Yang menerima pesanan merek asing dan menjual sepatu hanya untuk ekspor atau perusahaan asing yang membuat pabrik sepatu di Indonesia untuk memberi alas kaki untuk kaki-kaki orang Indonesia?

Mari kita semua sadar bahwa nusantara ini dapat mandiri. Ekonomi tidak usah berorientasi ekspor. Bahkan pihak asing saja membuat pabrik barang remeh-temeh macam sabun mandi di Indonesia kok… Masa kita sendiri tidak mau melihat potensi pasar yang luar biasa itu.

Komentar

  1. I like this a lot. Thank you for sharing. I’m always looking for upcycles like this. In the end, you don’t know it was a shipping pallet to begin with!

    BalasHapus

Posting Komentar