Spanduk I Love Kopassus, I Love Polri, Basmi Preman, dan lain-lain dukungan bagi TNI dan Polri untuk memberantas preman yang bertebaran di Yogyakarta sungguh mewakili perasaan Kang Kombor. Jujur saja, preman sangat menakutkan bagi Kang Kombor pribadi. Kemungkinan, warga masyarakat yang lain juga ngeri kepada preman.
Di rumah, di sekolah, di tempat ibadah, kita semua diajari agar hidup kita menjadi manfaat untuk sesama dan bahkan alam. Para preman, jauh dari itu semua. Alih-alih memberi manfaat kepada sesama, preman justru merugikan. Atau, paling tidak memberikan perasaan tidak nyaman dan ketakutan.
Banyak yang bilang bahwa adanya preman karena keadaan ekonomi yang sulit, di antaranya karena tidak tersedianya cukup lapangan pekerjaan sehingga banyak pengangguran. Menurut Kang Kombor tidak otomatis begitu. Apabila hal itu yang menjadi sebab, tentu semua pengangguran menjadi preman. Buktinya, masih lebih banyak pengangguran yang tidak menjadi preman daripada yang menjadi preman. Dan di lapangan, tidak semua preman itu pengangguran.
Jadi orang baik atau tidak baik itu pilihan. Diri kita yang menentukan. Tentu saja, peran keluarga dan lingkungan juga berperan. Oleh karenanya, apabila kita sudah menjadi orang tua, bimbing dan asuhlah anak agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab pada dirinya dan selalu ajarkan untuk menjadi manusia yang bermanfaat pada sesama dan alam. Pantau pergaulan anak-anak kita. Kadang anak-anak kelihatan baik dan taat saat di rumah tetapi kala di luar rumah bisa menjadi sebaliknya.
Preman harus diberantas. Karena itu, mari kita dukung upaya pemberantasan preman itu. Dari sisi kita sebagai rakyat, minimal kita mencegah timbulnya preman-preman baru dengan membimbing dan mengasuh anak-anak kita dengan sebaik-baiknya.
bakar
BalasHapusapane sing bakar? grameh?
HapusNice info. Thanks for sharing.
BalasHapus