Sebelumnya, Nokia pernah memproduksi ponsel Android. Kalau ingat Nokia X, Nokia X+ dan Nokia XL, semua produk itu memakai sistem operasi Android walaupun untuk toko aplikasi tidak memakai Google Play tetapi membuat sendiri Nokia Store dengan aplikasi android berformat APK. Nokia juga pernah memproduksi tablet Andoid yaitu Nokia N1 yang diperkenalkan pada November 2014, tablet android tanpa konektivitas seluler.
Menarik memang mengamati persaingan di bisnis smartphone itu. Nokia yang di era feature phone menjadi pemimpin pasar ternyata tenggelam karena tidak mau mengikuti perubahan teknologi di mana pasar meminati ponpin (telepon pintar) dengan sistem operasi Android maupun iOS. Blackberry pun yang juga sempat merasakan menjadi pemimpin pasar ponpin kini tertatih-tatih untuk kembali merebut pangsa pasar. Blackberry terpaksa mengubur Blackberry OS dan memproduksi ponpin Android. Sebuah usaha yang sampai saat ini belum menampakkan hasil yang cemerlang.
Anak-anak jaman sekarang mungkin tidak tahu dulu ada handphone merek Ericsson yang kemudian dijual ke Sony menjadi Sony Ericsson dan kini bahkan tidak ada lagi. Motorola masih ada walaupun kehadirannya antara ada dan tiada. Nokia masih tertolong dengan feature phone yang masih banyak beredar di pasar low end. Siemens yang kemudian jadi Benq. Banyak merek handphone era 1990-an sampai awal 2000-an yang kini hanya tinggal sejarah. Itulah kerasnya persaingan bisnis. Siapa yang kuat, itulah yang akan bertahan hidup.
Apakah Nokia akan langsung bisa diterima pasar atau seperti Blackberry yang belum juga berhasil mememangkan pasar? Kita masih harus menunggu. Menurut Kang Kombor, kalau Nokia langsung membuat ponpin kelas atas seperti Blackberry, kemungkinan akan menghadapi pasar yang sulit dimasuki. Apalagi, Nokia Android yang sebelumnya yaitu Nokia X, X+ dan XL tidak membuat pasar tercengang dengan kehadirannya.
kayak nya udah kluar ini kak
BalasHapus