Ziarah Ke Magelang

Arti Ziarah.

1. kunjungan ke tempat yg dianggap keramat atau mulia (makam dsb); 2 v cak berziarah;
ber·zi·a·rah v berkunjung ke tempat yg dianggap keramat atau mulia (spt makam) untuk berkirim doa;
men·zi·a·rahi v mengunjungi makam (tempat keramat dsb) sambil mengirim doa; berziarah ke; melakukan ziarah ke;
pe·zi·a·rah n orang yg berziarah; orang yg gemar berziarah;
pen·zi·a·rah n peziarah;
pen·zi·a·rah·an n proses, cara, perbuatan menziarahi

Sumber.

dua sarjana hukum sedang berdebat

Kegiatan Kang Kombor hari ini adalah ziarah ke Magelang. Bukan ziarah ke makam atau tempat keramat. Kang Kombor kurang suka ziarah ke tempat-tempat seperti itu. Untuk ziarah, Kang Kombor memilih ziarah ke tempat orang yang masih hidup. Tujuan ziarah ke Magelang tadi adalah ziarah ke rumah Bang Bul, demikian ia sering dipanggil oleh yang mengenalnya. Kang Kombor sendiri kadang manggil Bul, kadang manggil Mbah Bul, bergantung mana yang sedang enak untuk diucapkan.

Kang Kombor tidak sendiri tetapi bersama Dang Junai. Orang Bengkulu yang sudah menetap di DIY sejak lulus SMA dan sekarang sudah beranak pula di DIY. Beranak sudah, pinaknya belum.

Sebenarnya kencan untuk ziarah itu disepakati minggu lalu tetapi Dang Junai masuk angin akibat telat makan sehingga muhibah ke Magelang diundur ke hari ini. Kang Kombor okenya Minggu karena Sabtu kemarin ada acara dicipok.

bakso-hizbullah

Bang Bul ini punya gerai Bakso Granat Pak Kumis di Sanggrahan, Magelang. Lokasi tepatnya adalah di Jl. Soekarno – Hatta antara Canguk dan Kebon Polo, di seberang SMK Adipura. Gerai satu lagi di Jetis, di Jl. Kalimas. Jalan alternatif dari Magelang menuju Secang lewat Tegalrejo. Dinamai Bakso Granat karena baksonya besar dan isinya pedas. Kang Kombor pernah ke gerai Bakso Granat Pak Kumis itu, baik yang di Sanggrahan maupun Jetis, tetapi belum pernah makan bakso granatnya. Hehehe… ada bagian tubuh Kang Kombor yang tidak bisa diberi makan yang pedas-pedas.

Minggu lalu sejatinya kami mau ke gerai Bakso Granat Pak Kumis yang di Jetis. Sayang Dang Junai masuk angin sehingga tidak jadi. Hari ini Bang Bul minta ditemui di rumahnya saja. Hehehe… nasib Dang Junai tidak dapat menikmati bakso granat.

Jalan menuju Magelang saat ini sudah mulus dan lebar. Tahun 2010, ruas Blabak – Magelang masih sempit dan merupakan ruas leher botol. Pada saat lebaran, kemacetan Jakarta bisa pindah ke ruas jalan di Magelang ini. Syukurlah semua sudah mulus. Di Kali Putih sudah tidak ada lagi pembelokan arus. Pembangunan jembatan sudah selesai. Kini ada dua jembatan di atas sungai putih, yaitu di jalur menuju Magelang dan di jalur menuju Yogyakarta, masing-masing jalur punya jembatan sendiri. Pekerjaan yang dilakukan di sekitar jembatan kali putih adalah menggali aliran sungai agar lurus melewati bawah jembatan Kali Putih, tidak berbelok seperti alur Kali Putih selama ini, yang mengakibatkan pasir dan bebatuan membanjiri Jl. Raya Yogya – Magelang pada saat Kali Putih dipercaya oleh Gunung Merapi untuk mengalirkan lahar dingin.

Magelang sekarang memiliki pusat konsumsi baru, yaitu ARTOS. ARTOS atau Armada Town Square ini adalah sebuah town square yang dibangun oleh konglomerat Magelang, yaitu Armada Group yang dulu dikenal dengan perusahaan karoseri New Armada tetapi belakangan mengembangkan usaha ke bisnis properti dan eceran. Untuk yang eceran ini melalui bendera Armada Swalayan.

ARTOS masih dibangun tetapi ada bagian yang sudah selesai dan sudah dapat dikunjungi. Sudah ada donat JCo di sana, juga hipermarket Carrefour. Siap-siap saja pasar tradisional sepi pembeli…

Kang Kombor ke rumah Mbah Bul di kawasan Tuguran daerah belakang SECABA TNI AD lewat kota. Sampai di Alun-Alun Magelang terjadi kemacetan. Jalan di depan Masjid Agung ditutup. Saat macet itu Kang Kombor baru ingat kalau hari ini adalah Minggu Pahing. Setiap Minggu Pahing memang ada pengajian di Masjid Agung Magelang sehingga jalan pasti ditutup. Coba ingatnya saat di rumah, tentu Kang Kombor akan lewat terminal Soekarno – Hatta saja. Eh tapi untunglah Magelang bukan Jakarta sehingga macetnya juga nggak panjang dan nggak lama. Arus dibelokkan ke kiri persis di sebelah Masjid Agung dan kemacetan hanya terjadi di lokasi pembelokan arus itu. Lepas dari sana jalanan lancar kembali.

Tidak banyak yang Kang Kombor bicarakan di sana. Kang Kombor banyak diam mendengarkan debat antara dua Sarjana Hukum itu. Dari dulu sampai sekarang, kalau dua Sarjana Hukum itu bertemu pasti ada debat yang terjadi. Kang Kombor heran mengapa dua orang itu nggak bosan berdebat macam siapa pun yang diundang ke acara perbincangan di televisi. Kang Kombor sendiri sudah bosan berdebat. Mending mulut dan lidah ing Kang Kombor olahragakan dengan mengunyah marning dan hidangan lain yang disajikan.

Mbah Bul mengajak ziarah ke makam Bupati pertama Kabupaten Magelang di daerah Payaman. Untung Dang Junai nggak tertarik sehingga tidak jadi ke sana. Kang Kombor sendiri ke Magelang tujuannya menemani Dang Junai ziarah ke tempat Mbah Bul. Nggak lucu kalau malah ziarah ke makam, tar siapa yang ngabisin hidangan?

Lepas ashar kami memutuskan pulang. Saat mau pulang inilah inti kedatangan kami ke Magelang baru disampaikan oleh Dang Junai ke Mbah Bul. Hahaha… Dang Junai ini walaupun asli Bengkulu tapi sudah menyerab budaya Jawa. Jadi, kalau berkunjung, basa-basinya dibanyakin. Intinya dikeluarkan dengan modifikasi, yaitu diutarakan pada saat mau pulang. Orang Jawa biasanya mengutarakan maksudnya apabila setelah basa-basi tuan rumah menanyakan maksud sesungguhnya kedatangan tamunya. Eh, lagipula Mbah Bul yang asli Sumatra Selatan itu juga nggak menanyakan maksud kedatangan kami berdua sehingga pantas juga apabila inti kedantangan kami ke Magelang disampaikan pada saat mau pulang. Modifikasinya jadi batal deh…

Setiba di kediaman Kang Kombor kembali, Dang Junai menggalah rambutan untuk dibawa pulang. Kang Kombor menyuruh Dang Junai menggalah sendiri karena Dang Junai sama Kang Kombor sudah seperti keluarga sendiri. Berapa banyak yang mau dibawa kan Dang Junai sudah tahu sendiri. Kalau dipetikin takutnya malah terlalu sedikit atau terlalu banyak.

Itu cerita Kang Kombor hari ini. Apa cerita Kawan-Kawan?

Komentar

  1. Kalo ceritaku hari ini, kena demam. Mungkin karena kurang istirahat, "ngoprek" si kompie yang mulai ngadat...

    BalasHapus
  2. Hemmm....

    kayane enak baksone kuwi ya Kang.? Gak adoh seka terminal Canguk khan..?

    Ngebahas ARTOS sebenarnya kok dua tahun lalu ku lewat Magelang setelah sekitar 5 tahun gak menyambanginya malah jadi kaget karena gelisah ya kangg, pasalnya sekarang di pinggir2 jaan itu dah jadi pager beton semua..
    Padahal dulu pas aku kecil ikut nenek di Malangan Magelang (seberang radio GKL) tiap minggu slealu jalan2 ato minimal sepedaan keliling Canguk jalan tembus Mbarakan, Kb Klapa muter Karang Gading masuk Mager sari keluar Ahmad Yani nyampai ujung alyun-alun Kauman n balik lewat Pager harjo Wates sehat wal afiat n udaranya seegr lhooo..

    Sekarang..? hemmm #sedih
    eh kok aku dadine malah crita yaa.. hihi, mangaappp...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemajuan itu namanya, Maz. Saya senang pada jalan yang bertambah lebar sehingga tidak macet lagi.

      Hapus
  3. waktu dengerin pengajian pembicaranya keturunan Arab, istilah ziarah memang untuk mengunjungi yang masih hidup. sedangkan silaturahmi berkaitan dengan hubungan nasab atau perkawinan.

    Ceritaku sih hari Minggu ke lapangan sofbol UGM dekat sunmor. pulang latihan ototknya kaku semua, sudah setahun lebih gak latihan. mau dirutinin lagi latihannya, biarpun banyakan istirahatnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kesenanganku ziarah pada yang hidup sudah sesuai dengan pembicara Arab itu dong ya...

      Sampeyan pa isih isa mlayu kaya biyen, 10 putaran lapangan sepak bola? Nek aku wis, rasah wae...

      Hapus
  4. itu baso urat granatnya ngeri banget namanya kang hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bakso Granat karena bisa meledak di mulut, Mas Goyang...

      Hapus

Posting Komentar