Demam berdarah: Apakah akan kita tunggu menjadi sejuta korban?

252 Orang Meninggal Akibat DBD
Sebanyak 252 orang dilaporkan meninggal dunia selama Januari- Februari 2007 akibat wabah Deman Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, sedangkan jumlah kasusnya mencapai 15.005 kejadian, demikian Depkes, Jumat.

Memuakkan! Hanya itu yang bisa Kang Kombor teriakkan menghadapi kenyataan bahwa bangsa kita ini tidak bisa apa-apa. Bayangkan saja, pada periode Januari - Februari 2007 sudah ada 252 orang yang meninggal akibat demam berdarah. Apa strategi nasional yang dimiliki untuk membebaskan Indonesia dari demam berdarah? Kang Kombor mulai mengenal penyakit ini sejak di SMA dulu, dan itu berarti tahun 1990 - 1993. Ambillah tahun 1992 sebagai awal munculnya demam berdarah (bisa saja lebih awal dari itu) maka sampai 2006 sudah 14 tahun kita bergaul dengan demam berdarah. Ibaratnya remaja sudah masuk masa puber dan sudah mulai berubah fisik dan pola pikirnya. Tapi kita sebagai sebuah bangsa ini sudah bergaul dengan demam berdarah selama 14 tahun dan tidak bisa berbuat apa-apa?

Thesis Kang Kombor mengenai pemerintah yang tidak bisa ngurus apa-apa bisa terbukti kalau begini.

Mari kita sebut sebagian dari urusan-urusan itu:

Membebaskan Indonesia dari demam berdarah
Prestasi nol besar. Seperti Kang Kombor sebutkan sebelumnya pemerintah kita ini reaktif. Tindakan yang bisa diambil untuk mengatasi demam berdarah hanya meminta rumah sakit-rumah sakit menyediakan kapasitas lebih untuk merawat pasien demam berdarah. Adakah yang pernah mendengar atau memiliki strategi Departemen Kesehatan untuk membebaskan Indonesia dari demam berdarah. Kalau ada yang punya, Kang Kombor ingin tahu kapan targetyang ditetapkan Departemen Kesehatan sebagai tahun bebas DBD.

Memberantas habis korupsi
Prestasi nol kecil. Memberantas korupsi itu tidak bisa evolutif melainkan harus revolutif. Kalau evolutif, sampai 200 tahun juga nggak bakalan terberantas wong evolusi itu makan waktu jutaan tahun.

Menyediakan lapangan kerja
Prestasinya? Halah... males mbahasnya.

Mencegah flu burung
Prestasi nol besar. Kita semua tahu pemerintah sangat tidak terorganisir. Depkes jalan sendiri, Deptan jalan sendiri. Kayaknya satu kabinet tapi kok seperti dua perusahaan yang saingan di pasar yang sama. Malah yang diurusin itu bisnisnya. Misal: beli obat dari Cina. Yang paling baru apa coba? MoU yang baru saja ditapakastani Bu Menteri itu... Soal mencegah flu burung ini kita keok sama Vietnam. Bahkan kita tinggal tunggu korbannya seperti demam berdarah. Kalau sudah menjadi rutinitas nggak perlu dicegah lagi.

Memberantas illegal logging
Prestasi nol besar. Illegal logging ini nggak usah dibasmi. Nanti juga akan berhenti sendiri kalau sudah tidak ada lagi hutan yang bisa dirampok.

Mengatasi banjir tahunan di ibu kota
Prestasi makin memburuk. Hari-hari ini kita semua sedang merasakan banjir sehingga nggak usahlah dibahas.

Memelihara fakir miskin dan anak telantar
Prestasi nol besar. Nggak ada kelihatan sama sekali kalau fakir miskin itu dipelihara oleh negara. Fakir miskin itu dipelihara sesama orang miskin.

Ngurusin bisnis haji
Kalau yang ini prestasi 100% berhasil. Haji dibisnisin sama pemerintah. Bayangin aja, setiap tahun bisa dikatakan ada 200.000 orang naek haji. Tiap orang dikutip sepuluh ribu perak saja ada duit 2M yang bisa disikat dari jamaah haji. Tapi ngutip kok hanya sepuluh ribu perak... malu-maluin. Pasti lebih dari itu. Kalau nggak, dari mana Depag punya Dana Abadi Ummat?

Sudahlah. Kalau mau diterus-terusin, nggak akan ada yang ketemu beres. Paling-paling yang akan kita dengar dari pemerintah adalah sanggahan. Pemerintah itu bukan pegawai. Pegawai kalau salah bisa dipecat. Pemerintah, kalau salah... rakyat yang jadi korban. Makanya pemerintah nggak boleh salah.

Sorry saja. Ini bukan nggrundhel atau berkeluh-kesah. Kata Aa Gym yang sudah mulai sepi orderan kita ini harus mulai dari diri sendiri. Diri sendiri sudah mulai. Halah... kalau diri sendiri mulai tapi pemerintah nggak berbuat apa-apa yo podho wae sami mawon nggak ada gunanya.

Komentar

  1. Mau nulis lagi, dah keduluan, lengkap, tajam.
    Target Demam Berdarah ada Kang. Indikator Indonesia Sehat 2010 untuk Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue adalah 2 per 100.000 penduduk per tahun. Kalau sejuta 20, kalau 250 juta berarti 5000 penderita pada tahun 2010. impossible
    Strateginya ? Klasiklah: "project oriented"
    Tautan:
    http://www.depkes.go.id/index.php?option=com_downloads&Itemid=50&func=fileinfo&parent=category&filecatid=61

    Saya geram baca berita Kaltim Post edisi Jum'at, 9 Pebruari 2007. Kasus DBD di Kaltim Januari 2007, sekali lagi Januari 2007 berjumlah 1.022. Meninggal 23 orang.
    Ada gambar pejabat Fogging, menurut saya fogging-foggingan, semonial doang.
    Kesimpulan saya sama Kang, nggak serius.

    BalasHapus
  2. Kang Kombor aku juga turun prihatin atas semua yang terjadi di tanah air. Apa sebenernya yang salah, kok begitu banyak program ga jalan, Organisasi sepertinya sudah ada department terkait yang harus memikirkan dan membuat program yang JELAS.. masalah demam berdarah dan flu burung itu sudah jelas masalah epidemiology menahun, tp depkes sendiri tidak ada tindakan yang jelas untuk menangani kasus suatu program PRECEDE-PROCED untuk health promotion planning and evaluation tapi depkes aja ga tahu program apa itu (aku juga baru tahu setelah belajar disini). Permasalahannya saling mengait dan rumit, menurutku mungkin harus diserahkan pemerintah daerah pendekatannya dan pemecahannya, karena rakyat Indonesia ini bener2 beragam, setiap daerah karakternya beda2 dan biasanya yang di denger penguasa daerah.
    Wah udah kepanjangan coment-nya

    Aku seneng tulisan panjenengan bagus kang..aku ga seberani itu masih samar dan malu2 kalau mau teriak...

    BalasHapus
  3. negara terlalu sibuk buat mengenyangkan perut para pejabat makanya bukannya tidak bisa kok tp merem

    BalasHapus
  4. Saya sudah nulis komen pertama panjang lho Kang.
    Kena jaring akismet kali, karena saya sertakan link.
    :D

    BalasHapus
  5. memang susah kang mbersihin yang udah berkerak. Kalo udah nempel, susah dilepasinnya

    BalasHapus
  6. @Cak Dokter:
    Cak, tahanan aki si memet sudah dibebaskan. Oalah, kalau Indikator Indonesia Sehat 2010 Kang Kombor dah punya sejak tahun 2005. Hahaha... tapi cuma dibaca sekilas apa yang bisa dibikin proposal. Hahaha... Proyek... proyek...

    Sebenarnya kalau pembebasan Indonesia dari DBD ini ada manajemen proyeknya, akan bagus juga loh. Asal proyek beneran, bukan proyek seperti yang kita pikirkan bersama.

    @Bu Dokter:
    Pemberantasan DBD ini nggak bisa terpisah-pisah, Bu melainkan harus terintegrasi, simultan dan berkesinambungan. Halah... bahasanya sudah kayak calon menteri.

    BTW, Bu Dokter, Kang Kombor teriak karena muak sudah sampai puncak.

    @Bu Guru:
    Negara itu adalah sebuah makhluk imajiner, Bu, makanya nggak bisa mengenyangkan perut pejabat. Yang bisa mengenyangkan perut ya pejabat-pejabat itu sendiri.

    @Neeya:
    Sulit bukan berarti nggak mungkin, kan, Dhik?

    BalasHapus
  7. artikel yang bagus, menambah semangat buat yang muda2 untuk membangun negeri..

    BalasHapus
  8. ngga habis2 PR kita Kang ya..

    apa berhubungan dgn 'budaya' semua ya..

    BalasHapus
  9. saya beserta rakyatku ini sudah sering dijanji, terus dibohongi lagi, dijanjikan lagi, dibohongi kembali, dijanjikan lagi kemudian dibohongi lagi. lagi dan lagi.
    kata - kata apa yang akan kusampaikan pada rakyatku, aku sudah kenyang dengan janji2, rakyatku pingin bukti.
    maka kumaklumatkan kepada rakyatku, kalau negara sudah tidak mampu menolong kita. mari kita tolong diri kita sendiri, kita berusaha sendiri, kita bangun kademangan ini sendiri. kalau negara mau nulungi sukur, kalau hanya punya janji ya gpp. kita bangkit sendiri sambil sesekali menggandeng negara untuk selamat ..... itu pun kalau negara mau diselamatkan ....

    BalasHapus
  10. hallah bos..capek mbahas endonesyah!
    gak rampung2!
    belom lagi punya DPR yg gak punya hati nurani!
    tau gak berita tadi pagi?
    katanya ada "segerombolan" DPRD yg menolak revisi PP37 tentang pencabutan kembali PPt ersebut! dan menolak mengembalikan uang rakyat yang berjutajuta itu!!!

    hah.......
    makan tape di pondok gede
    cape deeeee.....

    BalasHapus
  11. @roffi:
    Atau malah sebaliknya, membuat semakin apatis pada negara

    @Kang Dani:
    Mungkin memang sudah budaya kita nggak bisa membuat program yang bisa dijalankan. Buktinya program-program selama kampanye, begitu yang kampanye kepilih programnya nggak ada yang dijalankan.

    @adipati kademangan:
    Memang nggak ada gunanya minta tolong pada negara. Negara itu hanya makhluk imajiner yang berisi penguasa-penguasa. Negara-nya imajiner tetapi penguasanya nyata.

    @diditjogja:
    Anggota DPRD yang nolak revisi PP37 itu harus kita minta supaya di-recall semua ke partainya. Perampok rakyat buat apa dipiara.

    BalasHapus
  12. Haduuuh, jangan diterusn pakkk... Bisa nangis darah kita...
    Opo pindah negara saja??

    BalasHapus
  13. Di dunia ini sepertinya binatang sudah tidak bisa berdamai dengan manusia. Salah siapa ini, apa salah pejabat..?? apa salah negara?? Hayoo salah siapa..???

    BalasHapus
  14. @manusiasuper:
    Mosok pindah negara? Secara saya lahir di sini dan besar di sini. Gara-gara manusia nggak becus kok saya yang harus pindah. Hehehe... ngomong sih gampang. Kalau saya lebih pinter berkarya daripada ngomong, mungkin saya yang jadi menteri. Ya nggak? Ya nggak?

    @micokelana:
    Mosok negara salah? Apa pun tindakan negara, negara nggak pernah salah. Makanya, yang memberlakukan DOM di Aceh nggak akan pernah minta maaf sama rakyat Aceh. Yang tidak memberlakukan DOM-lah yang minta maaf.

    BalasHapus
  15. Salah PAK!

    Yang pintar bekerja ga bakalan jadi mentri, justru yang pinter ngomong kerja kagak yang bakal jadi mentri di Indonesia..

    Betul Tidaaa..?

    BalasHapus

Posting Komentar