Kekerasan di sekolah-sekolah SOK MILITER!!!

Catatan: Tulisan ini merupakan request dari dr. Dani Iswara

Lagi!!! Kekerasan Di lingkungan Pendidikan, itu yang ditulis oleh layudhi. Sayang tidak ada pendapat dia di posting tersebut karena dia tidak tahu mau berkomentar apa lagi.

Saya sengaja memberi judul komentar ini dengan Kekerasan di sekolah-sekolah SOK MILITER!!! karena memang sekolah-sekolah SOK MILITER-lah yang menghasilkan anak didik yang gemar melakukan kekerasan sampai membunuh. Mari kita coba ingat-ingat, sebelum kekerasan di STTD ini, kita sudah disuguhi kekerasan di STPDN. STPDN dan STTD keduanya kalau tidak salah merupakan sekolah kedinasan. Yang satu di lingkungan Departemen Dalam Negeri, yang satu dari Departemen Perhubungan. Ajaib toh..., sekolah kedinasan bukannya menciptakan calon pelayan rakyat, pengabdi negara yang adidaya melainkan menciptakan tukang jotos yang bisa membunuh sesama calon pengabdi negara. Tanya ken..napaaaa...


Pendidikan ala militer adalah penyebabnya

Dalam pengamatan saya yang ngawur ini, hal utama yang menjadi penyebab sekolah-sekolah kedinasan itu menghasilkan sebagian mahasiswa (di STTD disebut taruna, di STPDN disebut praja) tukang jotos dan bisa membunuh adalah karena mereka menerapkan sistem yang SOK MILITER. Dalam pendidikannya mereka:
  1. menerapkan sistem senior - junior
  2. menempatkan senior sebagai penguasa di lingkungan pendidikan
  3. menerapkan disiplin ala militer
  4. mahasiswa sok tahu cara-cara militer menghukum juniornya
Di Akademi Angkatan Bersenjata (Akmil, AAU, AAL) dan Akpol memang diterapkan sistem senior - junior. Senior memiliki fasilitas yang lebih daripada junior. Ada hukum tidak tertulis di akademi-akademi itu yang berbunyi: (1) Senior selalu benar (2) Junior selalu salah (3) Kalau ada senior salah, lihat peratiran nomer 1. Senior ditempatkan sebagai penguasa dan tidak boleh dilawan oleh junior. Kalau junior kelihatan membandel, sok melawan atau tindak-tanduknya tidak mrenani ing penggalihe senior, maka si junior itu akan menerima pembinaan dari senior-seniornya. Jangan harap kata pembinaan ini memberikan arti yang positif...

Wujud Pembinaan ala militer

Kata pembinaan mungkin diasosiasikan dengan sesuatu yang baik. Dibina bisa berarti dibentuk (dilatih, dinasehati) untuk menjadi lebih baik. Itu yang ada di kepala kita. Akan tetapi, di kepala para taruna junior, kata pembinaan bisa berakibat pada cideranya anggota badan, atau, paling berat bisa berakibat nyawa melayang.
Pembinaan yang dilakukan oleh para senior bisa dilakukan dengan cara:
  1. memanggil junior untuk datang menghadap
  2. menculiknya malam-malam dari baraknya
Saya yakin banyak yang akan membantah hal ini tetapi, itulah yang sebenarnya terjadi di lingkungan pendidikan itu. Senior akan memanggil junior untuk menghadap. Junior yang dipanggil menghadap bisa satu saja atau dalam rombongan tergantung si senior ingin berapa orang junior yang dipanggil. Nah, dalam acara pembinaan itu, ada beberapa hal yang bisa diterima oleh junior:
  1. dimaki-maki oleh senior
  2. kena pukulan tiga setengah kancing alias pukulan tepat pada ulu hati
  3. pukulan dan tendangan dari para senior
  4. melakukan sikap-sikap tobat
  5. memakan makanan baru sampai makanan basi, bisa juga memakan hal-hal yang tidak layak dimakan.
Kalau junior hanya dimaki-maki saja lalu disuruh memijit, itu adalah karunia yang tiada tara karena mereka tidak akan mendapat cidera fisik. Kalau lebih dari itu, si junior mungkin bisa saja hanya mengernyit kesakitan, memar-memar, sampai patah tulang. Biasanya tulang iga yang patah karena dipukul pakai tangan kosong atau pakai benda tumpul (kalau di akademi angkatan bersenjata biasanya popor) atau tendangan dengan kaki bersepatu.

Selain dipukul atau ditendang, bisanya junior juga diminta memperagakan sikap-sikap tobat. Sikap tobat ini bentuknya macam-macam. Yang paling ringan adalah angkat kaki sebelah. Lalu ada pula kayang, ada pula yang disuruh membuat bentuk dengan kedua tangan berpegangan dipunggung dan kepala ditempelkan di lantai lalu pantat diangkat tinggi-tinggi dan kaki lurus. Sikap terakhir ini kalau dilakukan dalam waktu lama cukup menyiksa juga.

Ada juga sikap tobat yang dilakukan dengan melentangkan kedua tangan di antara dua lemari yang didekatkan. Karena lemari itu cukup tinggi, otomatis badan akan menggantung dengan topangan dua lengan kanan dan kiri yang masing-masing diletakkan di lemari. Pasti pegel banget...

Makanan... ya, makanan. Senior entah sengaja atau tidak ada kalanya menyimpan kudapan mereka sampai basi. Mungkin memang otak para senior itu disesaki dengan pikiran untuk mengisengi juniornya sehingga mereka sengaja membasikan kudapan untuk dijejalkan ke mulut junior yang sedang dibina. Senior akan sangat bahagia melihat juniornya melalap semua makanan basi itu sampai muntah-muntah. Kalau belum muntah, akan lebih banyak lagi makanan basi yang dijejalkan ke mulut junior.

Oh ya, selain dipanggil baik-baik. Ada kalanya senior menculik junior dari baraknya pada waktu malam. Pada tahun 1993 Pra Akmil yang waktu itu sedang seleksi untuk masuk AKABRI dan bertetangga dengan Kotakta C (kotakta = komando taktis taruna) pernah akan menculik seorang teman Kang Kombor dari barak kami. Untung agenda penculikan itu bocor sehingga para Pra Akmil bodoh itu tidak menuai hasil ketika akan menculik teman Kang Kombor yang saat ini sudah menjadi perwira polisi. Pra Akmil adalah mereka-mereka yang mendaftar untuk menjadi Taruna AKABRI tetapi secara akademik belum memenuhi persyaratan sehingga perlu dibina di Akmil selama setahun untuk mengikuti seleksi lagi pad atahun berikutnya. Tahun 1993 itu selain Pra Akmil ada juga Pra AAU yang jumlahnya sedikit. Tidak seperti Pra Akmil yang sok jagoan (mungkin karena kalah saingan menggaet cewek-cewek Magelang), para Pra AAU itu lebih bersahabat.

Perbaikan Sistem Kuncinya

Pemecatan taruna-taruna pembunuh seperti yang dilakukan oleh pimpinan STPDN atau pun pimpinan STTD bukan merupakan obat paling mujarab untuk menghentikan tindakan-tindakan tidak edukatif itu. Sistem senior - junior yang diterapkan harus ditinjau ulang. Penerapan cara-cara mendidik seperti yang dilakukan di akademi-akademi angkatan bersenjata harus dihentikan. Sekolah-sekolah kedinasan itu dididirikan untuk menghasilkan para pejabat-pejabat sipil yang terampil di bidangnya, bukan untuk mencetak pejabat-pejabat yang mengerti taktik tempur atau pun membunuh lawan dengan singkat. Dalam Peratran Dinas Dalamnya, sebaiknya dituliskan dengan tegas jenis-jenis hukuman yang bisa diberikan oleh pengajar kepada taruna/praja dan senior kepada junior sesuai dengan bentuk-bentuk kesalahan yang ada.

Entah mulainya dari mana, para senior di sekolah-sekolah seperti itu (juga di akademi angkatan bersenjata) sangatlah gemar mencari-cari kesalahan junior. Sekolah harus mengikis habis pikiran sesat itu. Para taruna/praja disekolahkan untuk menjadi pelayan publik, bukan menjadi jago interogasi atau menjadi detektif.

Stop pendidikan ala militer! Sekolah-sekolah kedinasan bukan sekolah militer. Oleh karena itu, hentikanlah cara-cara sok militer yang selama ini diterapkan di sekolah-sekolah kedinasan. Tidak perlulah junior menghormat senior seperti di akademi angkatan bersenjata. Toh, kalau lulus sekolah pun mereka akan menemui lingkungan di mana mereka tidak perlu hormat pada atasan seperti tentara menghormat atasannya atau mereka yang berpangkat lebih tinggi.

Jangan pisahkan senior dan junior di asrama. Akan lebih baik apabila dalam satu barak bisa terdapat senior dan junior. Hal ini akan menjadikan suasana yang berbeda. Senior dan junior akan menjadi akrab dan saling bantu dalam kebaikan. Kalau dipisah, pembinaan ala militer oleh senior kepada junior akan selalu terjadi.

Pertunjukan ala pendidikan militer yang lain

Keluarga korban terbunuh akan diberitahu kalau anggota keluarganya meninggal karena sakit. Sudahlah... tidak usah dibantah. Selama ini memang seperti itu kok yang terjadi di lingkungan pendidikan militer atau sekolah sok militer itu. Kalau ada yang terbubuh karena disiksa senior atau tewas ketika latihan (misalnya mati kena granat yang gagal dilempar atau tenggelam waktu latihan renang) maka kepada keluarga korban akan diinformasikan bahwa anggota keluarganya meninggal karena sakit. Ingat... biasanya peti mati tidak boleh dibuka sehingga keluarga korban tidak tahu yang di dalam peti mati itu korban atau sebuah guling... Hmm, maksudnya gini, supaya keluarga korban tidak menemukan kelainan-kelainan pada mayat korban.

Apakah di SMA Taruna Nusantara ada hal-hal seperti itu?

Hmm... sayangnya, dalam skala-skala yang lebih rendah zaman saya dulu ada. Tidak tahu kalau sekarang. Memang pemukulan-pemukulan terhadap adik kelas bisa dikatakan mendekati nol. Pukulan tiga setengah kancing meniru Sersan Mayor Taruna memukul Prajurit Taruna dulu sempat terjadi. Yang paling jamak terjadi di lingkungan SMA Taruna Nusantara adalah meminta adik kelas memakan kudapan sampai teler. Bukan kudapan basi melainkan kudapan baru. Tapi, kalau kudapan satu barak dikumpulkan semua untuk dimakan dua sampai tiga orang tentunya akan klenger juga.
Saya merupakan siswa yang anti terhadap segala bentuk pembinaan kakak kelas kepada adik kelas. Apalagi, para kakak kelas itu memang sangat terlihat sekali belajar dari para taruna AKMIL mengenai cara-cara senior membina junior. Untuk yang mau masuk akademi angkatan bersenjata, mungkin hal itu dipandang sebagai latihan kalau-kalau mereka nanti dibina oleh senior atau membina junior. Well... saya katakan waktu itu, kita ini SMA dan tidak semua orang mau masuk AKABRI.
Mudah-mudahan, acara-acara biadab sekecil apa pun bentuknya sudah benar-benar hilang di lingkungan SMA Taruna Nusantara.

Pesan:
Mohon maaf kalau terlalu apa adanya. Saya yakin banyak yang tidak suka dengan tulisan apa adanya ini, terutama bagi mereka yang mempraktekkan apa-apa yang saya tulis di atas.

Komentar

  1. Jane karep-pe sopo toh kang acara gituan itu. Kok kayaknya gak mikir, apa falsafahnya yang dianut itu bener2 patut untuk dianut. Lah wong kalau ada kesalahan itu yang melakukan bukan pada fisik kok fisik sing di hukum atau dihajar habis2 an.

    BalasHapus
  2. kontrol thd 'sekolah' [masih bs disebut sekolah ngga ya..] tsb kayak apa ya..spt fenomena gunung es..yg muncul [ketauan] kasusnya kecil..yg menangis mungkin lbh banyak..

    org tua mungkin sdh menyadari apa yg akan 'diperoleh' putranya saat akan masuk 'sekolah siksaan' tsb..tp mungkin jg berharap terlalu banyak..ada perjanjiannya kah saat masuk 'sekolah' tersebut..bahwa risikonya dpt spt itu [peti mati gak bole dibuka].. :(

    apakah doktrinnya spt ini:
    'agar tahan banting saat tertangkap musuh, jd gak cepat mengaku, gak cepat menyerah'

    → makasi ya kang tulisannya..yg begini kan gak mungkin dimuat di koran2 nasional.. :D

    BalasHapus
  3. terus terang saya sangat tidak suka dengan sekolah yang sok militer, salah satu penyebabnya ya hal seperti ini. semoga hal seperti ii segera bisa dihentikan. daripada buka sekolah semi militer, kenapa gak seklian aja jadiin sekolah militer yang full.

    BalasHapus
  4. Betul sekali...
    Stop Premanisme + Kekerasan di Sekolah.
    Sepertinya petinggi-petingginya Tutup mata dengan kejadian2 seperti itu.
    Kalaupun kebablasan (korban sampe mati di siksa), paling dibilang saja klo si anak itu Sakit. Dan ini juga yang terjadi dengan korban di STTD. Oleh petinggi STTD, anak tersebut dikatakan suka mabuk di sekolah dan akhirnya sakit karena kelebihan menegak Alkohol. Jenazahnya langsung dikubur tanpa menunggu keluarganya datang.

    Penyebab kematiannya terungkap setelah pihak keluarga membongkar kuburannya untuk di mandikan ulang. Disitulah terlihat bekas lebam diseluruh sekujur tubuhnya + luka jahitan dikepalanya

    Seperti itulah wajah pendidikan kedinasan di Indonesia

    BalasHapus
  5. iya deh, yang angkatan pertama ... gak pernah ngerasain jadi yunior, jadi senior melulu. ya kayak gini nih, gayanya ... selalu merasa benar ... nggak percaya? lihat pasal pertama :))

    BalasHapus
  6. saya waktu lihat video stpdn dulu kok serem banget .. tak terasa air mata meleleh di pipi.. halah.. hehehe.. pokoknya menyedihkan dah.. ngaku2 calon penerus bangsa kelakuan siksa siksaan tak lebih bermoral dari preman jalanan

    BalasHapus
  7. Kang kalau di sekolah militer katanya udah ngerti mukul di mana yg ga bahaya, maksudnya ga bikin mati gitu, bener apa kang?

    BalasHapus
  8. eh kang kombor ini tentara gt*pertanyaan bloon mohon di jawab*hehe

    BalasHapus
  9. penegakan disiplin tidak selalu berarti penggunaan kekerasan. kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan yang lainnya lagi.

    BalasHapus
  10. @Pak Guru:
    Jujur saja, itu bukan karepe pendiri sekolah. Pasti mahsiswa-mahasiswanya saja yang sok tahu, kopipas yang dia denger-denger dari lembaga pendidikan militer.

    @dr Dani:
    Tentu nggak ada perjanjian bahwa peti mati nggak boleh dibuka. Perjanjian anaknya bisa mati setahu saya juga nggak ada. Nggak tahu kalau di lembaga pendidikan militer.

    @Yudhis:
    Setuju. Premanisme + kekerasan di sekolah harus dihapus, termasuk tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa.

    @Wikan:
    Aku angkatan pertama tetapi tidak pernah memanggil adik kelas untuk dibina dalam arti seperti tulisan di atas.

    @Roffi:
    Kalau preman jalanan kan nggak berpendidikan dan tidak disiapkan untuk jadi pamong praja. Lah... praja-praja STPDN itu kang akan jadi pangreh projo... Memangnya menjalankan tugasnya kalau sudah lulus nanti mau dengan gaya preman? Ya nggak?

    @Bu Dokter:
    Ya seperti itulah, Bu. Di sekolah-sekolah militer itu diberi latihan Bela Diri Militer. Bela diri ini didesain agar seefektif mungkin melumpuhkan lawan dengan cepat, beda dengan pencak silat yang banyak kembangannya, BDM ini nggak pake kembangan. Pokoke, kalau bisa sekali jotos mati, ya lebih baik.

    Karena tahu wilayah-wilayah yang mematikan, mereka mungkin mengimplementasikannya dengan mematahkan tulang iga atau tulang selangka juniornya, hahaha.... Yang penting nggak mati.

    @Mbak Mei:
    Waduhh... yang tentara itu saya di dunia paralel sana. Kalau di dunia yang kita diami bersama ini, saya hanya rakyat jelata, bukan Warga Negara Kelas Pertama seperti tentara-tentara itu. Makanya, kalau mengendarai sepeda motor saya masih make helm, nggak berani masuk jalur busway. Beda sama tentara, kalau naik motor nggak pake helm, jalur busway dimasukin, kalau distop polisi, polisinya dipukulin satu peleton.

    @Kang Dee:
    Setuju. Makanya waktu ke SMA Taruna Nusantara April 2006 yang lalu kepada adik-adik saya himbau agar tradisi-tradisi yang ditinggalkan kakak-kakak kelasnya yang tidak baik segera distop.

    BalasHapus
  11. Semua berawal dari TRADISI, Kang. Masalahnya untuk menghilangkan tradisi ini yang sangat sulit. Bahkan bisa dengan cara ekstrim seperti misalnya meniadakan satu generasi (3 angkatan) dengan tidak menerima taruna baru selama 3 tahun. Baru setelah itu menerima lagi tetapi dengan penanaman tradisi baru.

    Tapi saya yakin cara ini sangat sulit dilakukan. Cara gampang ya seperti yg ada di TV. Yang melakukan pemukulan dipecat atau dipidana. Tapi itu kan represif ? Bukan kuratif apalagi preventif....

    BalasHapus
  12. Kenapa sih begitu, apakah sekolah berasrama harus identik dengan seperti itu. Padahal kan kita tau, dengan sekolah seperti itu, akan meningkatkan kemandirian bagi anak2. apakah SMA Tarnus juga menganut pola seperti itu. Kan SMA Tarnus melahirkan anak2 yang berkualitas, kenapa pakai acara seperti itu.
    Kasih info dong, apakah SMA Tarnus menganut pola seperti itu

    BalasHapus
  13. @Fertob:
    Kalau mau ekstrim memang harus potong generasi. Tapi nggak perlu 3 tahun. Cukup 2 tahun saja. Karena, dengan 2 tahun saja sudah cukup bagi kelas 12 untuk tidak punya adik kelas di kelas 10 dan 11.

    Tidak usah se-ekstrim itu, yang penting reward and punishment ditegakkan dengan benar.

    @Mrs. Novina Haswaty:
    Jangan salah. SMA Taruna Nusantara tidak menganut pola seperti itu. Di SMA Taruna Nusantara, pemukulan terhadap siswa lain itu hukumannya sangat berat, yaitu dikeluarkan dari sekolah.

    Kalau pun ada intrik-intrik yang terjadi di sana, itu bukan merupakan kebijakan sekolah melainkan semata-mata dilakukan oleh siswa/i di sana. Oleh karena itu, siswa/i yang perlu disadarkan untuk memutus apa yang disebut oleh Fertob sebagai tradisi itu. Yang perlu dilakukan pihak sekolah adalah memperketat pengawasan.

    BalasHapus
  14. Hwoooa!!!!

    moga" aja di TN g ad kyak gituan lgi...
    klo msi ad,,, g niat lgi msuk TN...

    BalasHapus
  15. ntar kalo aku dipukul langsung mati gmana ?
    penguburannya dia yang bayar ??

    maiiang
    (aku udha jadi Casis 2007 lho)

    BalasHapus
  16. hiks..kang!!!!
    takut la kalo sekolahnya kayak gitu,,
    bagus bagus kok ngebunuh!!

    BalasHapus
  17. Waduh postingan om Kombor ini rada ngeri
    ternyata SMA TN sama kaya sekolah keras lainya
    padahal tinggal ngumpulin arsip buat masuk TN
    gara2 baca postingan ini saya tidak berminat lagi
    Lebih baik masuk SMA asrama lainya aja deh
    Mau mandiri malah mati

    BalasHapus
  18. Buat Calon Adek-adek ku..
    ketakutan itu cuma ada di pikiran kalian
    kalau kalian belum merasakannya..
    Jaman sekarang sudah tidak seperti dulu,
    pembinaannya sudah lain..
    jadi untuk calon adik2ku ..
    Jangan KepLe.. KuAT jeLas..!!

    BalasHapus
  19. ahk...!eyas!bedanya apa?!makin kesini kok indonesia makin bobrok!salah satunya ini!semua serba premanisme!alumni tai kaya lw!!!

    BalasHapus
  20. Rizky_Raito (Casis TN 2007)Senin, Maret 26, 2007 12:17:00 AM

    waaaaa

    tp g harus masuk akabri kan?
    skrg mah saya percaya dah g ada gituan lg
    kata spupu saya yg dsana
    tdnya g mau masuk tn, kyknya serem
    tp klo mikir masa depan kayaknya trjamin, iya g kang?
    lepas lah impian saya untuk nerusin k sma3 bandung
    buat nongkrong2 ato pacaran lagi ky pas smp
    tp saya percaya pasti TN kualitasnya bagus bgd
    coz uda perna ksana wktu itu sekali
    iya g?
    masi ragu neh?
    masalahnya bsok hrus nentuin jd ap ngga nerima beasiswa masuk sana
    klo disiksa dmi disiplin mah... no comment

    BalasHapus
  21. @Nandra, Mayang, Ayie, Oddie:
    Di SMA TN belum pernah ada yang terbunuh seperti di STTD. Kan saya tulis:
    Hmm… sayangnya, dalam skala-skala yang lebih rendah zaman saya dulu ada

    Itu di zaman saya, tahun 1990 - 1993 yang lalu. Untuk yang paling mutakhir, Eyas dan sepupu Rizky Raito telah mengatakan di SMA TN tidak ada lagi kekerasan oleh senior pada junior.

    @Rizky:
    Lulus SMATN tidak harus masuk Akademi Angkatan Bersenjata atau Akpol.

    BalasHapus
  22. militer memeng dibutuhkan orang tangguh dan misinya menyelamatkan kedaulatan bangsa dan mempertahankan dengan kesetian...!!membunuh atau terbunuh!!disiplin militer juga baik...tp militerisasi sipil tanpa sesuatu kosep maka yang ada manusia arogan!!stop militerisasi!!yes militer!! tanpa militer kita tidak punya negara tp bergaya dalam kosep pendidikan sipil mengarah militerisme adalah kebelinger.

    BalasHapus
  23. Saya setuju jika pendidikan seperti itu diberlakukan di kalangan militer (TNI) saja tapi tidak jika diberlakukan di kalangan selain militer (TN, STPDN, atau yang lain). Karena menurut saya tentara itu harus tahan banting baik fisik maupun mental dalam keadaan apapun. Kalo nggak begitu ya namanya bukan TENTARA githuuuuuuu...............................

    BalasHapus
  24. Mendengar cerita kang kombor memang tidak berbeda dengan cerita teman saya yang sekarang menjadi TNI, sewaktu pendidikan mereka disuruh makan-makanan yang tidak layak dimakan, satu hari menerima 10 pukulan dari seniornya saja katanya sudah sangat beruntung, dipanggil seniornya untuk berkenalan tahu-tahu dimasukkan ruangan dan dipukuli sampai babak belur. Memang sangat tragis kalau didengar, tapi itulah yang seharusnya mereka terima sebagai bentuk pembentukan seorang prajurit TNI yang tugasnya memang selalu berhubungan dengan hal-hal yang keras, apa adanya (makan seadanya) asalkan bisa bertahan hidup, dan berhadapan dengan musuh yang kejam. Tapi lain halnya jika pendidikan seperti itu diberlakukan dikalangan pelajar di luar militer. Hal itu sebenarnya tidak perlu dilakukan karena tugas mereka nantinya tidak sama dengan para prajurit TNI.

    BalasHapus
  25. KULO MBOTEN GADAH KOMENTAR NOPO2, KULO MANUT BAE LAH.............................................

    BalasHapus
  26. aduh kang kejadian lagi di IPDN.. :(

    BalasHapus
  27. Iya Dok. Saya lihat di Liputan 6 SCTV tengah malam tadi. Baru mau saya tulis lagi.

    BalasHapus
  28. menanggapi pernyataan2 kang kompor, aku juga pernah mengalaminya, walau sekarang aku masih SMA, aku crita2 dikit deh tentang pengalaman aku pas jadi Capas(calon paskibra), aku masuk Paskibra di skul pas kelas1 SMA, kelas1 masih menjadi capas, nah, hari2 neraka udah dimulai walaupun ga sekeras di akademi2 militer, tiap pagi kumpul buat "Turun"(push up), kalo 1 orang ga dateng, turunnya nambah banyak, jadi masuk kelas keringatnya gobyos, tapi kalo cuma turun sih biasa, lain lagi kalo ada kesalahan waktu upacara, ato malu-maluin satuan kami, siang pulang sekolah ngumpul, disitu kita dikumpulin di tengah lapangan, dijemur, disuruh turun di tengah lapangan yg "Mblonyot" dengan berbagai macam gaya turun, abis itu kita dibawa ke belakang sekolah, disitu kita dikasi "Tahu isi"(pukulan di perut" bagi yg putra, en "kipas"(tamparan) bagi yg putra en putri, en kadang2 juga disuruh push up berantai..
    Sekarang aku udah kelas3, udah ga megang capas kelas1, karena yang megang anak kelas2, tapi setidaknya aku pernah ngerasain jadi Senior yg memberi tahu isi ke adik2 capas, emang ceritaku ga sedasyhat yg dituturkan oleh bang kompor, tapi aku cuma mau berbagi pengalaman pendidikan ala militer, setelah lulus SMA, aku mau masuk AKPOL karena ayah dan kakakku juga lulusan sana, semoga aku bisa menghadapi hari2 nanti disana, setidaknya aku punya pengalaman dididik ala Militer... :) :) :)

    BalasHapus
  29. [...] Kekerasan di sekolah-sekolah SOK MILITER!!! untuk melihat kekerasan apa saja yang bakal dihadapi anak Sampeyan kalau masuk sana. No [...]

    BalasHapus
  30. Jadi pada dasarnya TN telah mengalami dua paradigma yang berbeda, yaitu Paradigma Lama dan Paradigma Baru. Saya sebagai salah satu anggota TN XII yang merupakan angkatan yang benar-benar mengalami pergeseran atau transisi dari kedua paradigma tersebut, menyampaikan bahwa saat ini insyaallah sudah tidak ada lagi tradisi-tradisi kekerasan seperti itu. TN XII menurut saya sudah tidak lagi mewariskan nilai-nilai kekerasan kepada adik-adik kami. Sistem pembinaan siswa yang dilaksanakan di SMA TN saat ini menurut saya sudah jauh lebih baik. Disiplin yang diterapkan saat ini bukanlah Disiplin Kucing melainkan lebih pada Disiplin Pribadi yang ditanamkan melalui proses pembinaan dan pengasuhan yang dilakukan oleh para pembina. Hubungan antar siswa yang dikembangkan lebih pada Hubungan Abang-Adik yang saling Asah, Asih, dan Asuh bukan hubungan Senior-Junior yang kaku. Pola hierarki yang diterapkan adalah agar para adik dapat memiliki rasa menghormati, menghargai, dan rasa persaudaraan dengan abang-kakaknya bukan untuk membuat para adik takut kepada abang atau kakaknya.
    Yang terakhir dengan tidak mengurangi rasa hormat , saya himbau kepada semua pihak agar tidak mengeluarkan pernyataan atau pendapat yang bersifat subjektif dan tidak berdasarkan pada fakta yang terjadi di lapangan (Hard Fact), hal ini agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi Calon-calon penerus kita (Casis SMA TN). The New Paradigm is different.
    Bagi yang ingin bertanya kirim ke azulgrana_14@yahoo.com

    BalasHapus
  31. Wahh..mas arif ini saya sangat prihatin sekali ,dari dulu sering saya dengar itu pasti ada yg mati.
    Cocoknya itu sekolah bisa di sebut sekolah luar biasa ,karena sudah biasa bunuh teman satu sekolah.
    kalau boleh usul nih mas..suruh masuk muri saja kali ya..mas..

    BalasHapus
  32. Dalam hidup ini ada selalu seleksi alam, jujur saya pernah mengalami hal-hal tersebut diatas. Saya terima itu karena itu memang tuntutan untuk tugas ke depan saya untuk mempertahankan keutuhan negara tercinta ini. Tapi untuk yang bukan militer, jangan pernah mencoba-coba karena anda memang tidak di takdirkan untuk itu dan hal itu tidak akan anda aplikasikan dalam tugas anda ke depan. anda hanya akan menjadi jago kandang jadi...... JANGAN PERNAH MENCOBA DI RUMAH....

    BalasHapus
  33. Kang Kombor,

    Anakku pinter, punya prestasi segudhang, udah diterima di SMA buagus berbea siswa full 2 tahun dan aku yakin bisa jadi full 3 tahun. Leadershipnya juga tampak, sejak SD. Bahasa asingnya cas-cis-cus, karena waktu kecil ikut bapaknya ke LN. Cita-citanya 'agung', pengin jadi diplomat, syukur-syukur bisa mewakili bangsanya di PBB. Positif thinking, aku sarankan dia coba ke TN, agar wawasan ke Indonesiaan-nya semakin kental. Kan TN 'katanya' tempat untuk kaderisasi calon-calon pemimpin bangsa, setidaknya, itu persepsiku. Tapi aku pesan dia, seandainya diterima di TN, dan cara-cara premanisme kotor diterapkan, sederhana saja solusinya. Kusuruh dia tilpun Bapaknya, and besoknya kupindahkan ke sekolah yang berbudaya. Mudah-mudahan ini hanya kekawatiran orang tua yang miris melihat calon pemimpin bangsa di IPDN mati sia-sia... Insya Allah tidak terjadi di TN ya kang.

    BalasHapus
  34. @Okky:
    Semoga bisa masuk AKPOL dan berjanji untuk jadi polisi yang baik. Jangan adigang adigung adiguna kalau sudah jadi perwira polisi.

    @Dhan:
    Terimakasih sudah mengkonfirmasi.

    @Bli Made:
    Kalau di SMATN belum pernah ada yang mati karena dipukuli.

    @Mocil:
    Yang seperti dialamai Wahyu Hidayat dan Cliff di STPDN dan IPDN itu bukan seleksi alam melainkan cacad alam. Kecacadan yang disebabkan oleh praja-praja senior sok hebat itu.

    @Dr. Dwi:
    Sepanjang pengetahuan saya di SMA Taruna Nusantara belum pernah ada yang mati karena dipukuli. Dhan sudah mengkonfirmasi bahwa pada zamannya tidak ada lagi kekerasan senior pada junio.

    BalasHapus
  35. [...] Kekerasan di sekolah-sekolah SOK MILITER!!! (kombor.com) [...]

    BalasHapus
  36. makasih mas atas blognya entry ini yg "memberitahukan" kepada umum, atas isi sma2 yg berbau militer. Tapi masalah pukul memukul, dan senior junior kan sebenernya bukan cuman monopoli skolah militer. SMA negeri juga banyak yg kayak gitu, SMA labschool dan PL juga seperti itu. Bedanya kan cuman, yg di STPDN, ada yg "ketauan" mati. :(

    Emang ada yg salah dengan negeri ini.

    BalasHapus
  37. Mungkin langkah supaya tradisi kekerasan ala militer di sekolah-sekolah tersebut hilang, 1 generasi harus "dihapus" dulu. Jangan terima mahasiswa baru sampai semua mahasiswa yang ada sekarang lulus. Nanti ketika semua yang kuliah adalah mahasiswa baru, mulai deh program "cuci otak" yang baru; tekankan bahwa pendidikan ala militer (kekerasannya) tidak benar. Salam kenal.

    BalasHapus
  38. kalo yg mati di sekolah militer beneran jadi boleh?

    ada yg punya datanya?

    BalasHapus
  39. @Pak aRdho:
    Memang ada yang salah, Pak. Buktinya kita tidak bisa menghentikan tawuran antar sekolah di Jakarta. Generasi tawuran ini membawa budaya tawuran di sekolahnya sampai ke tingkat universitas. Lihat saja tawuran di Universitas Trisakti yang sangat sering berlangsung.

    @Pak Tedytirta:
    Setuju dengan Sampeyan. Salam kenal juga, Pak.

    @Bung Enda:
    Wah, kalau yang di institusi pendidikan militer lebih susah lagi mencari datanya. Lembaga militer kan yang paling rapih menyimpan hal-hal semacam ini.

    Waktu dulu saya sekolah di SMA, pernah mendengar cerita Taruna AKMIL yang meninggal tapi bukan karena dipukuli oleh senior melainkan meninggal waktu belajar renang di kolam renang Pisangan. Lalu pernah juga ada yang meninggal waktu latihan melempar dinamit. Kalau yang meninggal karena dipukuli seniornya saya belum pernah mendengar. Paling-paling tulang rusuk patah atau gendang telinga pecah karena dipukuli seniornya. Tapi nggak sampai mati.

    BalasHapus
  40. Wah, kang (begini kan manggilnya?),jadi pengen curhat nih :)
    Saya juga lulusan sekolah semimiliter yang "katanya dulu berkiblat ke TN". Dan pada angkatan saya, nilai2 kekerasan juga sudah bergeser, karna tuntutan orangtua yang sudah berpartisipasi dalam pembiayaan sekolah.

    Memang tradisinya keras, tapi membawa makna tersendiri. Bukan bullying-nya. Tapi kebersamaan yang timbul. Juga karna di-kasari senior, jadi mikir,"Besok kalo jadi senior jangan begitu..."

    Setau saya, tingkat kekerasan di sekolah berbasis semi/militer sudah makin turun. Alasan dipilihnya sistem semi/militer karna pada masa itu(sekitar '96) sistem ini yang paling cocok. Dan nyatanya sekolah ini memang mencetak lulusan terbaik untuk ukuran propinsi, bahkan nasional.
    Sekarang, ya beda lagi. Beda jaman, beda pendekatan.

    Makanya, seperti yang saya bilang di milist alumni, saya tidak setuju bullying alias penindasan. Mendidik itu perlu, tapi jangan kebablasan.

    Ah, kepanjangan ya? Salam kenal saja, Kang! :)

    BalasHapus
  41. [...] Jump to Comments Membaca beberapa tulisan tentang IPDN, disini, sini, dan ada lagi walau sedikit beda saya jadi ingat cerita jaman dulu itu, ketika masih [...]

    BalasHapus
  42. dulu saya pernah kepingin masuk TN waktu masih gratis. untunglah terbentur syarat postur tubuh (walaupun belum ada yang mati dipukuli, tapi disuruh makan kudapan sampe mblenger saya juga ndak mau), hehehehehehehe. jadinya masih bisa menikmati piala dunia prancis dengan tenang di rumah (saya lulus smp pas pertengahan 98) :D

    BalasHapus
  43. Salam kenal.
    Saya pada th 2004 pernah meneliti di SMU TN Mgl utk keperluan penelitian tesis S2 Psikologi UI & menemukan bahwa tidak ada korelasi antara pendidikan disiplin yang diterapkan di SMU TN dengan kecenderungan timbulnya agresivitas. Tetapi banyak data menarik yg saya dapatkan & blm kepake krn akan saya pakai buat persiapan penelitian S3, insya allah th ini.
    Saya mengharapkan kalau2 ada masukan yang berguna buat keperluan penelitian nanti. Trims.
    Oh ya, suami saya adalah lulusan TN angk ke-3 (Mufti Arifin, ST, MT).

    BalasHapus
  44. disini gw jg dukung. bubarin IPDN!!

    BalasHapus
  45. akang tu dari TNI AD?
    saya taun ini lagi test akmil kang..
    lagi nunggu sidang pusat..
    jadi ngeriiii...
    katanya kalo sebelum taun 2000 emang kayak gitu kang..masih jahiliyah..
    tapi setelahh thn 2000 yang notabene werving "legowo" yang gak mau nurunin tindakan2 berat yang mereka rasa menyakitkan kpd juniornya..waktu itu danmenkoor nya kan Agus Yudhoyono..

    tapi stetlah tahun 2000 byk yang bilang dari alumni nya kalu akmil skrg memble..
    respek junior nol..bablas..karena skrg "katanya" lebih mengutamakan kedewasaan..sampe2 taruna bisa merasakan tidur siang di akmil..
    jadi gaweannya makan,molor,belajar,latihan,begitu seterusnya..

    gimana nih pendapat akang??

    BalasHapus
  46. Saya terus terang bingung kang ngeliat banyak banget sekolah kedinasan yang berbau militer.

    Saya kebetulan salah satu alumni sekolah kedinasan, yg alhamdulillah jauh banget dari kesan militer. Kita sama sekali ga pernah pake istilah senior-junior. Sama kakak tingkat pun malah akrab dan kongkow2 bareng. Dan kita juga dikampus disebutnya "mahasiswa", ga pake istilah "taruna" apalagi "praja" (yg terakhir emang khusus buat STPDN/IPDN)

    Dulu waktu masih kuliah, kita pernah ngebentuk forum kerohanian islam antar sesama sekolah kedinasan. Dan dari yg saya liat, anggotanya (sekolahnya) hampir 80 persen yg berbau militer, (kalo ga salah STPDN baru bergabung di forum ini tahun 2001).

    Terus terang, dulu sehabis lulus SMU, yg saya kejar cuma sekolah kedinasan. Maklum, saya dari keluarga ga berada, dan saya dulu cuma mikir nyari sekolah yg keluar/lulusnya bisa langsung kerja. STPDN dulu pilihan pertama, karena jujur aja, STPDN di kampung saya terkenal banget, dan yg paling penting lulus langsung kerja. Tapi Alhamdulillah saya ga lulus tes. Dan dengar2 juga emang perlu "pelicin". Maaf, kata Alhamdulillah diatas baru saya ucapkan pas liat rekaman video kekerasan di SCTV pasca meninggalnya Wahyu Hidayat. Saya merasa bersyukur sekali Allah memberikan jalan yang lebih baik yang harus saya lalui.

    Saya aja sampai2 nelpon sahabat saya yang kebetulan Alumni STPDN hanya buat ngucapin berterimakasihlah dengan yg di atas, sudah dikasih kesempatan bisa lulus dengan selamat dan tetap sehat.

    Mudah2an kekerasan di IPDN bisa berhenti selama-lamanya. Ga perlu kekerasan juga bisa kerja kok. Kalo mau jadi PNS, saya juga jadi PNS tanpa pernah ngalamin kekerasan sekalipun. Kalo kerja golongan kita juga sama. Lingkungan kerja kita saja yang berbeda..

    Salam damai selalu,

    Wassalam

    BalasHapus
  47. [...] Kekerasan di sekolah-sekolah SOK MILITER!!! (kombor.com) [...]

    BalasHapus
  48. di akademi militer,aal,aau tidak ada pendidikan pembunuhan dari senior ke yunior yang saya tahu memang ada pemukulan dari senior ke yunior yaitu dari sersan mayor taruna ke prajurit taruna namanya pemukulan perkenalan senior tp kami tahu batas-batasnya tidak kayak IPDN/STTD yang sampai tewas,pemukulan di akademi militer di bawah hulu hati dan di atas kemaluan,tendangan hanya di lakukan oleh komando ke taruna,tidak ada senior yang berlebihan.taruna akademi militer tewas karena terkena peluru pada saat latihan tempur,memanjat tebing.selain itu tidak ada lg.jangan komfirmasi tentang militer ke publik.tewasnya praja IPDN/taruna STTD tidak ada sangkutan kepada akademi militer.merasakan dahulu baru berbicara,berpendat,bersaran.terima kasih atas konfirmasinya.jalasela.jaya indonesia

    BalasHapus
  49. saya setuju dengan abang sersan mayor taruna akmil,begitu juga akpol tiada taruna-taruni tewas karena dipukuli oleh seniornya,klo di akpol sudah dilarang keras oleh bapak gubenur akpol pemukulan terhadap adik tingkat(yunior)di akpol persaudaranya sudah erat begitu juga akmil.bedanya akmil sama akpol iyalah porsi latihannya berbeda sekali,klo kami sering teori di dalam ruangan tetapi akmil banyakkan prakteknya ketimbang teorinya makanya dari itu tidak ada perbedaan antra senior yunior
    tetapi tugasnya TNI/polri sama menjaga kelestarian indonesia.aku tiada dicari aku ada di hina aku sukses di carcimaki.memang itu tugas polisi hidup bhayangkara bersatu demi indonesia.saya danru salah satu regu

    BalasHapus
  50. ass..
    Madya Praja Galih ijin berbicara!
    pertama saya sangat tertarik dengan judul komentar ini. Saya sangat sedih atas apa yang terjadi di Ksatriaaan kami IPDN. Tetapi yang saya sesalkan kenapa karena adanya "nila setitik rusaklah susu sebelanga"??
    Kehidupan Dinas dalam kami begitu kompleks dibalik secuil keburukan yang dilakukan oleh oknum2 menutupi apa semua segi positif yang bena2r kami punyai yang jika dibanding tentu lebih jauh frekuensinya bila dibandingkan dengan keburukan yang secuil tadi yang ada diluar koridor sistem pendidikan IPDN. Saya sekarang juga masih sebagai Juunior, namun saya sadar akan pentingnya hub. senior-junior namun secar kolegial yang kami terapkan dalam sistem. Namun semuanya kami serahkan kepada bangsa Indonesia, kami yakin suatu saat Bangsa Indonesia paham dan mengerti arti dan peran kami dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.. Bahwa semua hal negatif yang dilimpahkan kepada kami itu hanyalah ulah segelintur oknum..
    kalau boleh saya sedikit bercerita, pasca kejadian ini IPDN menggelar beberapa acara ekstern yang mengundang banyak pihak2 luar baik mahasiswa, pelajar, tokoh agama, hingga toko2 pimpinan negeri ini, namun apa yang dikatakn mereka setelah masuk bergabung dengan kami di ksatriaan IPDN ini mereka berkata, " Wah ternyata seperti ini IPDN, tidak seperti papa yang ada diberita, ternyata seluruh Civitas akademika sangat WElcome serta jauh dari semua pemberitaan negatif yang ada dimedia..". Sekali lagi bukan maksud saya mangadakn pembelaaan diri, namun hanya keinginan saya menyampaikan apa yang saya dengar, lihat, dan rasakan. Terimakasih! BHINNEKA NARA EKA BHAKTI!

    BalasHapus
  51. Andry Morin S, Amd LLAJSenin, Juli 16, 2007 5:38:00 PM

    Kalau STPDN/STTD sekolah sok militer, maka yang menulis adalah MANUSIA SOK TAU.

    BalasHapus
  52. sekolah kedinasan tidak semua,menganut sistem kekerasan...from Sekolah Tinggi Perikanan-jakarta

    BalasHapus
  53. semua sekolah kedinasan tidak menganut kekerasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apanya?senior gaplok junior senior mukul wulu ati junio.senior nyuruh junior makan kaos kaki bukan kekerasan?

      Hapus
  54. asal dikau tau sma tn no kekerasan
    apa lagi tonjok-tonjokan dah kayak STPDN
    (Sekolah Tingkat Preman Disembunyikan Negara)
    disana ada sistem yang namanya asah, asih, dan asuh. Disana pun tak ada istilah YUNIOR and SENIOR adanya ABANG dan ADIK.
    kalo adik salah abang tak berhak menghukum paling banter negur dan yang berhak hukum itu guru alias pamong

    BalasHapus
  55. apa yang diomongin kalian tentang hal2 negatif di akademi tni atau akpol n tarnus sama kali TIDAK RELEVAN dengan fakta aktual. kalo adik2 mo masuk tarnus ga usah takut tidak ada kekerasan dlm pendidikan spt yang terjadi di ipdn. itu hanya euforia semata yang tidak bisa disamaratakan. bs dibilang itu hanya btk aspirasi emosional aja. ga pernah tau fakta, ga pernah merasakan, hanya dengar obrolan basi dari jaman suharto. teguhkan tekadmu dik, tentukan pilihanmu, yakinkan dlm dirimu. sy bisa ngomong krn sy sdh lewati itu semua dan kata2 sinis nan provokatif itu tidak terjadi lagi. jgn memble km hrs tangguh demi kejayaan bangsa!!

    BalasHapus
  56. hehe elo elo pada semua sok tau dengan apa yang terjadi di Akabri ... buat kang gombor apa elo yakin kekerasan gak ada di mahasiswa sipil? mungkin kekerasan iya gak ada tapi HAMIL DILUAR NIKAH BANYAK ujung ujungnya ABORSI hehe sadisan mane kang? dipukul atau ditindak paling gitu gitu aja tapi aborsi? pikir itu kang

    BalasHapus
  57. Di skul Akademi Maritim kami kekerasan senior thd yunior jelas memang ada krn sudah mrupkn tradisi, tpi klo 1 yg sampe mebunuh sangat dilarang keras dari TNI AL.memukul thd yuiorpun hanya sbtas di bagian gasper/sabuk aja bkn di ulu hati,mukul prut boleh tpi di bagian pusara.nendang jg boleh ypi di bag kaki bkannya kmaluan ato dada.dmi mejaga kslmatan yunior. di akademi maritim memang semi militer tpi bkn utk membunuh.sya jga prnah dipukuli komandan kelasq tpi stlah ada kegiatan basis polisi taruna q ikut smpai akhrnya qlulus N jadi PROVOOST TARUNA. saling membalas memang ada thd yunior tpi hrus pke aturan supaya tdk menyebabkan kematian. dlu cita2q pngen jdi marinir jee.. tpi krn smua usha gagal yasudahlah jadi maritim aja. "jalessu bhumyamca jayamahe" justru dilaut diudara maritim tetap jaya. JALESVEVA JAYAMAHE dilaut kita jaya didarat kita buaya.......

    BalasHapus
  58. sya anak kelahiran thn 1978, tpi dlm benak htiq memang teranam yg sedalam mngkin tetang hobby militer. namun akan tetapi yg namanya sekolah yg brbasis semi militer tak ada undang2nya yg tertulis utk memukuli yuniornya sampe tewas.bagiq itu sangat berdosa kepada tuhan. bapak presiden suharto pun tdk mengijinkn hal spt ini.tapi kok klo skul yg berbasis semi militer itu meh di hapus sya sbg keluarga besar anggota maritim menolak tentang sekolah semi militer itu dihapus.bagi sya klo gag suka ya gag usah skul di maritim kuliah aja di kmpus2 lain yg maunya hnya demo2 trus btuu.... sbnarnya yg memancing masalah ya para pendemo itu.... coba aja klo mhsw2 non semi militer itu gag demo mna mungkin akan trjdi kekerasan. harusnya anak2 itu perlu di basis dulu di kmpus2 semi militer.klo dikapal kkrasan pasti ada,tpi jka tak ada bekal mampus sejak awal.hormat kpd perwira yg lbh tnggi itu wajib bagi seorang maritim.dengan bekal kerasnya menimba ilmu di skul akademi maritim bagi sya adalah awal dari trcapainya kesuksesan di dunia maritim. sya akan bina para maritim dg disiplin militer tanpa adanya korban kmatian. buat kakak2q yg di militer kpdmu,dan sya hormat kpd yos2 di AAL. sya bangga ats kbranian kmodor yos sudarso dmi prjuangan utk negara. dan beliau alm.ir.sukarno,anuerta jendral tni suharto,dan yg terakhir beliau Bapak jendral susilo bambang yudoyono,akan kami tiru semangat prjuanganmu dlm sgla hal. maju terus pantang menyerah. Amiin. GBU

    BalasHapus
  59. AK SETUJU DENGAN ADESMILE DAN POSPIT.
    KALIAN SEMUA MMG PROVOKATOR2 YG MERUSAK NEGARA DGN FITNAH2NYA

    MAJU TERUS AKADEMI!!

    MMG BNYK YG IRI KARENA BERBAGAI ALASAN.
    TAPI KITA JADIKAN ITU SEBGAI PEMICU SEMANGAT KITA MENGABDI KEPADA NEGARA INDONESIA.

    BalasHapus
  60. Kalau gitu sama dengan dunia bola, sarat dengan kekerasan. Ga heran kalau kita punya juara dunia dari cabang tinju..

    BalasHapus
  61. menurut saya tidak semua di sekolah kedinasan ada kekerasan,contohnya di stan dan stis disana harus menonjolkan kepintaran dan iQ yang tinggi begitu juga diAKMIL,disana tidak ada kekerasan yang ada hanya untuk kekuatan fisik agar fisik para taruna akmil harus kuat dan tidak mudah lemah.saya harap jangan membuat berita yang berklebihan tentang kekerasan di sekolah ikatan dinas karena semua itu pasti ada maksud tertentu.

    BalasHapus
  62. Yang jelas, kalau stan memang pintar-pintaer, kenapa harus takut ikut tes cpns lagi?
    takut ketahuan kalo ga kompeten?
    atau...?
    katanya lebih baik dari ptn ato pts, tapi qo komentarnya seperti tersimpan nada ketakutan yahh..
    lihat komentar-komentar kalian di atas?
    benar kah pintar?
    dasarnya darimana dong?

    perhatikan kenyataan ini.

    ptn atau pts ketika menerima mhsiswanya ada tes, ketika mhswanya lulus, dia mau ngikut jadi pns, di tes juga.

    lalu bandingkan dengan ini..

    ptk, termasuk stan juga sama, tes jadi mhs di tes. tapi ketika lulus tidak di tes lagi.. hayooo...
    kalaupun ada dpjtk2, tesnya mudah qo, anak sma saja bisa.
    jangan bohong deh, aku juga lulusan stan 2006, skg penempatan di kpp pratama manado.

    intinya begini.

    sungguh ironis saya melihat rekan2 stan sekarang jadi pada sombong, hanya karena tidak perlu tes cpns. jadi arogan seolah-olah mereka paling pintar.
    ini mengecewakan..
    pantas saja mpr dan dpr menilai alumni kita yang sekarang tidak punya kompetensi yang kuat.

    sedangkan bagi ptn pts, saya akui benar ada ketimpangan dalam hal ini.
    kami yang berjiwa santai, yang sebenarnya dalam hal iq, banyak yang kurang, telah menyerobot kesempatan teman-teman ptn dan pts.
    aku akui kerjaan kami di kpp pajak, tidak lebih dari kerjaan anak sma.
    gaji kami besar, tapi kami ngotot minta gaji besar.

    jadi ingat ade2 stan, kalian harus menghargai teman-teman ptn ato pts non kedinasan.
    perjuangan, pengorbanan, penikiran, etos kerja, dan kemauan untuk bersaing sangat tinggi.

    sebenarnya, aku juga kuatirm seandainya stan harus ikut tes cpns seperti rekan ptn atau pts, banyak yang gugur..
    secara pribadi, saya mengakui hal tersebut..

    jadi mari kita objektif saja..
    apa stan sekarang takut bersaing?
    atau ptn dan pts yang lebih mampu untuk bersaing?

    saya berharap jalur penerimaan pegawai di semua departemen, tidak di dominasi hanya dari ptk terkait.
    negeri ini milik rakyat, seharusnya tidak ada pengecualian, tidak ada keistimewaan.
    hal seperti ini justru akan membawa kepada kehancuran.
    terimakasih untuk membacanya..]
    mari kita berharap agar pemerintah memperbaiki kinerja dan sdm aparatur negara kita. dimulai dari recruitment pns secara adil, tanpa peduli apakah dia lulusan sekolah kedinasan, ptn atau pts.
    negara ini milik rakyat.
    kembalikan pada rakyat.
    jangan ada lagi rejim yang otoriter.

    jika sekolah kedinasan memang lebih unggul dala \m semua hal, kenapa penyelenggaranya takut jika mahawiswanya harus ikut tes cpns lagi seperti rekan lain?
    apa mereka takut ketahuan karena outputnya ngaco?
    lantas kenapa harus takut..

    bagi anak didik sekolah kedinasan juga jangan sok, jngn ngoyo, kita sudah bersyukur bisa mendapatkan sekolah gratis.
    itu sudah lebih dari cukup.
    kenapa harus menuntut untuk di jadikan pns lagi?
    kenapa harus takut jika harus tes cpns lagi?

    berhati-hatilah...
    takut itu tanda tak mampu...
    dan sebagai penutup, bertanyalah pada hati nurani kalian masing2..
    apa yang terjadi jika lulusan sekolah kedinasan, harus mengikuti tes cpns seperti ptn atau pts lainnya?
    INILAH YANG MEMBUKTIKAN APAKAH SEKOLAH PUNYA OUTPUT YANG BAGUS ATAU JUSTRU PTN PTS YANG MENGHASILKAN OUTPUT SDM YANG KOMPETEM.

    KEADILAN..
    DIMANAKAH KEADILAN...
    DEMI SELURUH RAKYAT INDONESIA, TEGAKKAN KEADILAN DI BUMI PERTIWI.
    SEMUANYA SEDERAJAT, TIDAK ADA LAGI KEISTIMEWAAN.

    BUKTIKAN DALAM TES CPNS..

    SIAPA YANG BERANI????

    SAYANGNYA SEKOLAH KEDINASAJN BELUM PERNAH MENGIKUTI TES CPNS, SEHINGGA TIDAK PERNAH KETAHUAN, APAKAH BENAR OUTPUTNYA BAGUS ATAU TIDAK..


    KEADILAN, DEMI KEMAJUAN BANGSA INDONESIA.
    DEMI ANAK CUCU KITA..

    BalasHapus
  63. kekerasan:?kalau mau jadi preman sekalian aja, jangan tanggung-tanggung. percuma.......kalau ngga,,,,jadi banci aja sekalian ....banci ya banci.......

    BalasHapus
  64. dulu waktu q di akmi q pernah dihajar bagian perut sampai muntah(kejadian setelah makan)

    BalasHapus
  65. KALAU TIDAK KERAS BANCI.. ada yang bilang begitu.
    YANG MENULIS INI BANCI ?

    BalasHapus
  66. saya setuju kang kombor...
    pola pembinaan senior junior harus dalam koridor yang benar.
    saya pun alumni sekolah kedinasan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks, Mbak, sudah setuju. Waktu sekolah dulu mengalami hubungan senior -junior yang penuh kekerasan atau tidak?

      Hapus
  67. klo gak dikerasin malah jadi tempe lembek n lemah!!yang cuman bisa manggut2 kayak ayam...hahahaha..yg nulis anak mami yg masih suka nyari empeng

    BalasHapus
  68. Demi ALLAH saya benar-benar yakin dan percaya angka goib MBAH RINGGO telah saya buktikan juga kemarin saya dapat,awalnya saya ragu tapi saya mencoba meghubungi lgi dan meminta angka juga sama MBAH RINGGO 3D SGP akhirnya tembus juga usaha 85 juta, sekarang sya sudah buka toko pakaian dan melunasi semua utang saya yg ada di bank, trimaksih MBAH RINGGO jasamu takkan kami lupakan, ini bukan janji tpi bukti silahkan bergbung dengan MBAH RINGGO DI (085205213777)

    BalasHapus
  69. Artikel yang menarik walau sudah usang... paradigma seperti apa yang digambarkan sudah jauh berbeda. itu adalah paradigma lama.... untuk paradigma baru dalam pendidikan Akademi Militer sudah jauh berbeda. Pendidikan Militer adalah pendidikan yang sifatnya KERAS tetapi bukan KEKERASAN.. jangan salah persepsi arti keras disini adalah kerja, belajar, latihan dengan keras, untuk menjadi Prajurit yang TANGGUH di MEDAN TUGAS. Tidak ada legalitas dan dilarang keras untuk melaksanakan KEKERASAN antara SENIOR dan YUNIOR, SENIOR bertindak sebagai MENTOR kepada YUNIOR, untuk membimbing dan memberikan contoh bagaimana terbaik bagi kehidupan AKADEMIS, KAMPUS, Hubungan SENIOR dan YUNIOR bernuansa kekeluarga dengan disiplin kemeliteran. Tindakan KEKERASAN SENIOR kepada YUNIOR jika terjadi adalah tindakan OKNUM dan tidak dibenarkan oleh Lembaga Pendidikan MILITER. Sanksi yang diterima adalah sudah banyak TARUNA yang DIKELUARKAN ataupun TURUN TINGKAT. Akademi Militer melarang dengan keras TINDAKAN KEKERASAN SENIOR kepada YUNIOR.

    Kejadian pada Akademi lainnya dengan bergaya seolah-olah mencontoh tindakan yang berlaku di Akademi Militer seperti pernah terjadi saat ini adalah mengada-ada.

    Lah Wooong... di Akademi Militer saja dilarang dan sanksinya BERAT... Kok dilaksanakan seolah-olah mencontoh Tindakan yang ada di Akademi Militer.

    Ini untuk menjadi renungan kita semua, bagaimana menumbuhkan sikap Disiplin kepada Pemuda kita, untuk selalu taat kepada aturan, disiplin dan kode etik masing-masing, sehingga akan menjadi PEMIMPIN-PEMIMPIN yang tangguh bagi Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    BalasHapus

  70. Hallo. Maaf nih, utk hal spt ini jgn meliar-lebar di dunia maya, jgn menyebut nama instansi pendidikan spt di atas, nanti bisa menyinggung para penghuninya. SMA TN, yg saya tau aman2 aja. Kalopun ada yg bertindak kriminal itu tdk dpt dikaitkan dg pendidikannya, SMA TN sudah terbukti berkualitas, mungkin itu yg anarkisme adl bawaan dr individu tadi. Tks.

    BalasHapus

  71. Hallo. Maaf nih, utk hal spt ini jgn meliar-lebar di dunia maya, jgn menyebut nama instansi pendidikan spt di atas, nanti bisa menyinggung para penghuninya. SMA TN, yg saya tau aman2 aja. Kalopun ada yg bertindak kriminal itu tdk dpt dikaitkan dg pendidikannya, SMA TN sudah terbukti berkualitas, mungkin itu yg anarkisme adl bawaan dr individu tadi. Tks.

    BalasHapus
  72. sehebat apapun,sekuat apapun,setinggi tinggi apapun.tetap saja di tembak satu peluru tetap MATI.seharusnya didik lah para mental junior untuk menjaga NKRI tercinta.jika terus ada kekerasan,maka yanh muncul hanya dendam

    BalasHapus
  73. Semoga sistem pendidikannya bisa diubah tanpa kekerasan namun tetap menekankan kedisiplinan

    BalasHapus
  74. Trimakasih artikelnya, sangat membantu dan bermanfaat.

    BalasHapus
  75. HOT PROMO : TOGEL ONLINE TERPERCAYA
    ▶ Bonus New Member 10Rb dengan syarat Minimal Deposit 50rb
    ▶ BONUS Setiap DEPOSIT 2%
    ▶ Referal Terbesar : 2% !! Seumur Hidup
    ▶ Discount terbesar dari 29% – 66%
    ▶ Roda Keberuntungan ( Bonus Spin dari Total Betting ) NEW

    ▶ Pin BBM : D1A279B6/7B83E334(Full)
    ▶ Skype : Poin.4D
    ▶ WhatsApp : +85598291698
    ▶ Wechat : +85598291698
    ▶ Line : +85598291698
    poin4d.com

    BalasHapus
  76. STTD bukan sekolah dari departemen dalam negri, tapi dari departemen perhubungan

    BalasHapus
  77. STTD bukan sekolah dari departemen dalam negri, tapi dari departemen perhubungan

    BalasHapus
  78. Thank you for the report. I have read through it and find that it is written well and answers the question posed. I must recommend your website to friends. Good Luck

    BalasHapus

Posting Komentar