Kadang-kadang kita melihat kehidupan pengusaha itu enak. Punya banyak perusahaan, punya banyak rumah, punya banyak mobil, bisa pergi ke mana-mana dengan mudah baik untuk melakukan perjalanan di dalam negeri maupun di dalam negeri. Akan tetapi, kadang-kadang kita lupa bahwa dalam perjalanan menggeluti usahanya, tidak sedikit pengusaha yang jatuh bangun dalam mengembangkan bisnisnya. Tidak semua pengusaha langsung berhasil dengan usaha yang digelutinya. Ada yang harus berganti-ganti jenis usaha sampai mendapatkan sebuah usaha yang nampaknya kimianya sama dengan kimia sang pengusaha sehingga ada saja jalan untuk berhasil dalam usaha itu. Kemudian, dari pergaulan dengan banyak pengusaha di tempat-tempat lain dengan bidang usaha yang berbeda-beda, ia dapat mengembangkan usaha yang lain. Mental tidak pernah putus asa itu yang harus kita tiru untuk dapat berkarya di tengah karunia kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tak jarang, ketika bisnisnya mulai berkembang, seorang pengusaha menemui keadaan yang sulit. Usahanya bangkrut sampai semua harta benda yang pernah dikumpulkan harus digunakan untuk melunasi hutang. Akan tetapi, seorang entrepreneur tidak putus asa. Ia akan mulai lagi merintis usaha untuk menegakkan kehormatannya sebagai pengusaha. Bisa dalam usaha yang sama, atau berganti bidang bisnis yang lain.
Selain tidak mengenal putus asa, seorang wirausahawan adalah orang yang jeli dan mampu melihat peluang. Sebuah peluang tidak pernah datang dua kali. Ia melintas di depan mata kita dan hanya kembali kepada kita akan menangkap peluang tersebut atau tidak. Seorang pengusaha, terutama yang sudah berpengalaman, dapat lebih jeli dari kita dalam melihat peluang. Apa yang kita anggap bukan sebagai peluang yang mampu menghasilkan laba, di mata pengusaha yang berpengalaman merupakan sebuah peluang yang menguntungkan. Ia akan segera menangkap peluang tersebut dan mengusahakannya. Ada kalanya kita pun dapat melihat peluang tersebut tetapi karena kita tidak memiliki sifat yang dimiliki oleh pengusaha, maka kita melewatkan peluang tersebut.
Sifat yang Kang Kombor maksud pada kalimat terakhir paragraf keempat di atas adalah keberanian mengambil risiko. Tentu saja tidak semua risiko diambil oleh seorang pengusaha. Ia mampu memperhitungkan risiko-risiko yang akan dihadapinya sehingga dengan demikian risiko tersebut merupakan risiko yang sudah diperhitungkan atau Kang Kombor sebut sebagai risiko yang terukur. Bahasa kerennya mungkin adalah calculated risk.
Pengusaha akan mengambil risiko seberapa pun besarnya apabila risiko tersebut sudah diperhitungkannya. Kita sering mendengar bahwa risiko yang tinggi akan memberikan keuntungan yang tinggi. Mungkin saja. Akan tetapi, apabila risiko tersebut tidak terukur, adalah konyol apabila kita nekad mengambilnya.
Pertanyaannya, apakah semua risiko akan kita ambil? Tentu saja tidak. Dalam bergaul dengan risiko, hanya risiko-risiko yang mampu kita tanggulangi saja yang sebaiknya kita ambil. Selebihnya, sebaiknya kita serahkan kepada pihak lain untuk menanggungnya. Cara menyalurkan risiko kepada pihak lain misalnya dengan asuransi atau dalam dunia pasar uang dikenal adanya hedging. Nah, kalau memang risikonya tidak terukur, tidak ada pihak lain yang mau menanggung dan tidak bisa di-hedge (kalau bentuknya finansial) maka sebaiknya risiko tersebut kita hindari. Seni bergaul dengan risiko itu yang disebut dengan management risiko atau risk management.
Eh, tidak terasa bahwa dalam waktu sebentar ini kita telah mengenal tiga sifat atau ciri wirausahawan, yaitu: tidak mengenal putus asa, jeli dan mampu melihat peluang serta berani mengambil risiko. Tentu masih ada ciri-ciri wirausahawan yang lain. Kebetulan saat ini Kang Kombor sampaikan saja yang tiga itu dulu karena Kang Kombor ingin masuk ke bagian yang lain agar tulisan ini sesuai dengan judulnya. Nggak apa-apa ya?
Nah, kalau pengusaha tidak kenal putus asa maka Kang kombor nggak ada matinya. Dalam hal apa? Dalam hal mencoba menampilkan adsense di blog ini. Kang Kombor pernah menggunakan pupuk EN yang sepertihalnya dalam pertanian, menyuburkan tanaman, dalam hal adsense pupuk itu juga menyuburkan dolar yang masuk. Akan tetapi, Kang Kombor mendapat surat cinta agar tidak mengunakan itu lagi. Memang di luaran sana masih banyak yang memakai pupuk EN. Nggak usah Kang Kombor sebutkan karena Kang Kombor dulu juga pernah memakai. Bisa jadi mereka belum mendapat surat cinta dari Google. Untuk yang sudah mendapat surat cinta seperti Kang Kombor tentu segera berhenti memberikan pupuk itu ke sawah-ladangnya.
Nah, Kang Kombor nggak ada matinya. Kang Kombor mencoba berkontemplasi untuk mencari cara menampilkan adsense di blog ini. Kang Kombor sudah bercerita pada posting ini dan ini. Nah, sekarang sudah lebih maju lagi. Kang Kombor mengkombinasikan beberapa cara itu menjadi satu. Mungkin ada yang sudah mengetahui cara ini, mungkin juga ada yang belum. Rasa-rasanya kok pantas saja ya kalau Kang Kombor ingin menularkan cara ini dengan sedikit penghargaan atas hasil olah pikir Kang Kombor. Nanti apabila cara ini berhasil, Kang Kombor akan menulis sebuah ebook singkat dan menjualnya. Hehehe…
Untuk yang ingin membongkar cara yang Kang Kombor pergunakan, silakan lihat source code halaman ini. Ada yang namanya section targeting. Mungkin ada yang akan menemukan iframe dan mungkin tidak. Mengapa? Karena dengan cara terbaru Kang Kombor, iframe bahkan tidak perlu disisipkan di dalam kode HTML halaman ini. Risikonya hanyalah iklan yang muncul bisa saja iklan yang tidak relevan dengan tulisan kita apabila memang tidak ada iklan yang relevan. Namun, PSA tidak akan muncul.
Mudah-mudahan Sampeyan dapat mengurai cara ini supaya Kang Kombor tidak perlu menuliskannya dalam sebuah ebook singkat dan menjualnya.
jadi pengusaha itu tidak mudah, karena itu tidak banyak orang yang menjadi pengusaha.
BalasHapusGA support WU asik...
BalasHapusmudah jika kita mau berusaha ayo semangat
BalasHapusSeger banget artikelnya kang...oya kang, di luar sana pelatihan wirausaha dengan bahasan yang HAMPIR SAMA PERSIS dengan artikel akang yaitu mengenai kualitas kewirausahaan mahal lho...jadi harusnya artikel akang harus kita bayar untuk bisa dibaca...wekekekek...
BalasHapussalam kenal kang, dari Andika tuan rumahnya andikapunya.com
wah kang pusing saya liat source code nya :D bikin aja ebooknya kang tapi gratisan :mrgreen:
BalasHapusDimana kang liat codenya???
BalasHapusDi blogku juga gak ada pupuk en, tapi kadang2 muncul, tapi cuma bentar :D hehehehehe
Maaf sedang pakai perangkat genggam jadi tidak bisa balas satu per satu:
BalasHapus@KSEH:
Setuju, Pak.
@free software:
Ya, Kang Kombor juga dah dapat emailnya tapi belum tertarik untuk menulisnya.
@Andika:
Jadi Sampeyan mau bayar berapa, Mas? Hehehe...
@jimmy:
Hahaha, emang source kode blog ini ruwet, Om. Kang Kombor nggak jago php atau HTML sehingga source code-nya pasti ruwet.
@cakwin:
Kalau pakai FF, klik View > Page source.
Kalau pakai chrome, klik kanan lalu klik View page source.
Mudah-mudahan nggak seperti Om Jimmy di atas.
Mari kita sma2 berlomba2 jadi pengusaha untuk memajukan indonesia tercinta ini.
BalasHapuskang, pengusaha beda ya sama wiraswasta?
BalasHapusEntahlah, Om. Kalau wiraswasta, banyak kenalan Kang Kombor yang berdagang bakso, mi ayam, soto, dll. yang pada KTP-nya menyebutkan wiraswasta sebagai pekerjaanya.
BalasHapusKang Kombor sendiri lebih suka mendekatkan pengusaha dengan wirausahawan sebagai padanan.
Wah kalo liat page source tetep gak ngerti kang. Mending bikin ebook tutorialnya aja kang. Kalo udah jadi, hubungi aku kang, oke..?
BalasHapusMemang, apabila dilihat pada page source halaman ini, yang terlihat adalah kode adsensenya karena Kang Kombor tidak menyisipkan iframe di sana, hehehe.
BalasHapusayolah kang dishare gimana caranya? :(
BalasHapusaku kepengin nih, hehe
Sabar Mas Cipto... Sabaaarr.... masih ada iframe di sana kok. Coba klik Ctrl + F (pada page source) lalu cari iframe. Masih ada iframe kok. Jawaban pada Mas Firanza di atas salah. Diralatnya di sini saja ya.
BalasHapuskeren kang :D
BalasHapusbesok kita mudah2an ketemu di donda
Nice info. Thanks for sharing.
BalasHapus