Perjalanan menuju 20 tahun lalu? Hmm… judul yang terlalu dibuat-buat. Mosok ada perjalanan menuju ke suatu saat di masa lalu?
Hehehe, itu memang benar. Judul itu terlalu Kang Kombor buat-buat. Sebenarnya, kiriman ini akan berkisah mengenai perjalanan menuju ke sebuah desa di Kabupaten Magelang. Sebuah desa yang berisi kenangan yang tidak akan dapat dilupakan sepanjang hayat. Desa itu bernama Pirikan, tempat di mana berdiri dengan megahnya sebuah kampus yang dikelilingi oleh lima buah Gunung - Merapi, Merbabu, Menoreh, Sindoro dan Sumbing -di mana pada waktu itu 281 orang anak berusia remaja dari seluruh penjuru Nusantara datang untuk menempuh pendidikan SMA mereka. SMA itu bernama SMA Taruna Nusantara Magelang. SMA yang telah menjadi kawah chandra dimuka bagi para siswanya. SMA yang menjadi wadah pengembangan karakter para siswanya untuk menjadi Manusia Indonesia yang berwawasan Kejuangan, Kebangsaan dan Kebudayaan. SMA yang menggunakan pola 3A, yaitu Asah, Asih dan Asuh sebagaimana pola pendidikan a la Ki Hadjar Dewantoro, pendiri Perguruan Taman Siswa.
Pada 17 - 18 Juli 2010, para alumni SMA Taruna Nusantara Magelang menyelenggarakan Reuni Akbar 20 Tahun SMA Taruna Nusantara sehingga ribuan alumni SMA TN termasuk Kang Kombor melakukan perjalanan ke Magelang untuk menghadiri hajatan akbar tersebut. Kang Kombor berjalan darat bersama Indra Jaya Kesuma, Putra Sumatera Selatan yang saat ini berkantor di Menara Bidakara dan Wawan Herawan, Putra Ciamis yang memngabdikan diri sebagai pengajar. Hari Jumat pagi 16 Juli 2010 pukul 09:00 WIB Kang Kombor menjemput Indra Jaya Kesuma di BSD kemudian menjemput Wawan Herawan di Gedung Fedex Cipinang. Rencananya kami akan menyusuri Jalur Pantai Utara Jawa sampai Cirebon kemudian beralih ke tengah untuk pindah jalur ke Jalur Selatan Jawa Tengah.
Pukul 12:00 WIB kami berhenti di Pondok Pesantren Darussalam di Indramayu untuk sholat Jumat. Perjalanan belum lagi menempuh sepertiga perjalanan tetapi sholat Jumat tetap kami tunaikan karena sepanjang jalan masjid bertebaran. Pondok Pesantren Darussalam kami pilih semata-mata karena kami ingin menyangkilmangkuskan waktu yang kami miliki. Setelah sholat Jumat kami langsung melanjutkan perjalanan karena Indra Jaya Kesuma dan Wawan Herawan ingin makan di daerah Banyumas.
Seiring perjalanan kami, ada alumni lain yang juga sedang melakukan perjalanan menuju ke Magelang. Mereka adalah Yulpri Handri dan Wepi Ismail. Keduanya berada dalam satu mobil bersama keluarganya. Yulpri akan mengejar acara makan malam pukul 19:00 WIB di Magelang tetapi menurut Kang Kombor, mereka telah berangkat kesiangan, sangat tipis kemungkinan bisa mencapai Magelang pukul 19:00 WIB sedangkan pukul 12:30 WIB mereka masih berada di Indramayu. Perkiraan Kang Kombor, pukul 21:00 WIB mereka baru akan tiba di Magelang. Yulpri hanya tahu jalur Pantai Utara Jawa sehingga saat sampai di tol Cirebon rombongan Kang Kombor berhenti dulu di tempat istirahat untuk menunggu mereka. Lumayan, ada kira-kira waktu setengah jam sampai empat puluh lima menit yang kami habiskan di tempat istirahat tersebut.
Saat Yulpri tiba kami langsung melanjutkan perjalanan. Sampai di pintu tol Kanci kami memilih untuk masuk Bakrie Toll menuju Pejagalan. Jalur tol yang baru ini mengarahkan kami menuju bagian tengah Jawa Tengah. Sampai di Pejagalan kami memilih arah kanan menuju ke Purowkerto. Arah kiri adalah arah ke Tegal dan Semarang. Arah ini sengaja Kang Kombor hindari karena jalur Pantai Utara di Tegal sedang diperbaiki. Kemacetan sedang terjadi di jalur menuju Tegal. Di Magelang banyak kawan yang bercerita bahwa mereka macet di Tegal.
Bakrie Tol adalah jalan tol baru yang menurut Kang Kombor dibangun kurang profesional. Semua jembatan yang ada di sepanjang jalan tol tersebut memiliki patahan yang kasar. Laju kendaraan harus dikurangi sampai sangat pelan agar tidak terguncang saat melewati jembatan. Kang Kombor sudah pengalaman melalui jalan tol di seputaran Jakarta, jalan tol menuju Merak dan jalan tol Cipularang dan Purbaleunyi. Akan tetapi, di jalan tol selain Bakrie Toll, jembatan tidak memiliki patahan seperti Bakrie Toll. Yang membuat Kang Kombor heran, di jalan tol yang masih baru tersebut sudah ada perbaikan-perbaikan. Wow! Menakjubkan. Rajin sekali pengembangnya ya, hahaha…
Sekitar pukul 18:30 WIB kami telah melewati Gombong. Yulpri yang mendahului kami di jalur menuju Purwokerto terus saja menuju ke Purwokerto padahal sudah Kang Kombor pandu melalui telepon agar menuju ke arah Purwokerto kemudian melalui Wangon terus ke Gombong dan terus sampai Purworejo lalu ke arah Magelang. Rombongan Kang Kombor yang mengorbankan makan siang akhirnya memilih untuk makan Bakmi Nyemek. Itu adalah makanan khas daerah Banyumas. Dalam perjalanan ini kami memang sekaligus ingin mencari makanan khas di lokasi makan kami. Saat di Bakrie Toll, Kang Kombor menceritakan mengenai bakmi nyemek itu. Indra dan Wawan tertarik untuk mencoba bakmi nyemek. Untung saja Kang Kombor sempat membeli roti marie susu dua bungkus sebagai pengganjal perut sampai diketemukannya warung bakmi nyemek.
Selesai makan bakmi nyemek kami melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta. Ya, kami menuju Yogyakarta, bukan Magelang, karena kami memang akan bermalan di rumah Kang Kombor di Sleman. Selain itu, kami ingin bertemu kawan-kawan kami yang pada malam itu melakukan reuni pemanasan dengan makan malam di Seturan. Kami memasuki perbatasan wilayah Jateng -DIY pukul 21:00 WIB. Kendaraan kami arahkan ke Kota Yogyakarta untuk menemui kawan-kawan. Sayang, pukul 22:00 WIB saat kami memasuki Kota Yogya, acara makan malam sudah selesai. Kami langsung menuju Wisma MM UGM yang menjadi tempat menginap banyak alumni Angkatan I SMA TN. Di sana kami bertemu dengan Kompol Dani Hamdani, Kapolsek Ciracas, dan Dr. T. Faisal Fathani, putra Aceh yang menjadi Dosen Teknik Sipil UGM. Kawan-kawan yang lain meneruskan untuk melihat Kota Yogya di waktu malam. Akhirnya, karena Kang Kombor sudah penat setelah mengemudi mobil seharian tanpa digantikan, Kang Kombor memutuskan untuk menuju rumah Kang Kombor di belakang SMP 1 Sleman. Tepat tengah malam Kang Kombor parkir di halaman rumah di Sleman itu.
Satu potong perjalanan menuju 20 tahun lalu sudah diselesaikan. Alhamdulillah.
Nice info. Thanks for sharing.
BalasHapus