Boleh. Kita boleh menyebutnya sebagai bencana. Bencana gunung meletus. Itu fakta yang ada di depan kita mengingat korban yang ditimbulkannya cukup banyak, orang yang harus mengungsi sangat banyak, tanaman dan ternak mati, rumah banyak yang rusak dan bahkan habis terbakar, kegiatan ekonomi terhenti, listrik juga padam.
Akan tetapi, setelah Merapi berhenti dengan hajatannya itu, kehidupan akan mulai lagi. Tanaman akan tumbuh. Tanah setelah abunya melapuk akan menjadi lebih subur. Ternak bisa dipelihara kembali. Batu kali dan pasir dapat ditambang baik untuk memulai kehidupan atau untuk membangun kembali rumah atau bangunan-bangunan yang rusak.
Begitulah yang selama ini terjadi. Orang sadar bahwa Merapi itu gunung paling aktif di dunia yang sewaktu-waktu dapat meletus dan menimbulkan bencana. Bahkan, setiap 2 - 3 tahun Merapi menggelar hajatnya. Hajat yang tidak besar. Untuk hajat besar, kita bisa mengingat tahun 1994, 2006 dan kini 2010. Orang sadar bahwa Merapi menyimpan potensi bahaya. Akan tetapi, tetap saja orang-orang di lereng Merapi tidak akan mau apabila diminta pergi. Tanah lereng Merapi terlalu subur untuk ditinggalkan. Merapi memberi kehidupan untuk masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Itu juga fakta.
Oleh karena itu, dari sisi lain bolehlah kita melihat bahwa saat ini Merapi sedang menebar rejeki untuk penduduk yang tinggal di sekelilingnya.
Nice info. Thanks for sharing.
BalasHapus