Kebon Nganggur dan Bihun Godhog Pak Cip

Sudah seminggu Kang Kombor berada di Sleman. Jujur, Kang Kombor belum sempat bersilaturahmi ke Kawan-Kawan yang tinggal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kang Kombor masih berkutat di seputar rumah. Setelah beres-beres rumah, Kang Kombor merangsek ke kebun di belakang rumah yang semak-semaknya tumbuh bebas seenaknya. Semak-semak itu harus Kang Kombor bersihkan agar kebun menjadi bersih dan nyaman untuk dikunjungi setiap saat. Di samping itu, tanaman yang sengaja ditanam tidak perlu berebut makanan dengan semak-semak liar itu.

Kebun yang seperti hutan
 Lihat penampakan kebun di belakang rumah yang seperti hutan itu. Entah Kang Kombor butuh waktu berapa hari untuk membersihkannya. Kang Kombor sudah tiga hari membersihkan kebun itu, masing-masing satu jam waktu yang dialokasikan kecuali hari Minggu kemarin yang Kang Kombor alokasikan waktu selama empat jam.


Pembersihan Kang Kombor mulai dengan memotongi blungkang kering atau pelepah daun kelapa kering yang sudah jatuh dari pohon kelapa dan berserakan tidak karuan di bawah setiap pohon kelapa. Ada lima batang pokok kelapa yang sudah produktif menghasilkan blungkang dan kelapa. Dua hari pertama alias waktu dua jam Kang Kombor pergunakan untuk memotongi blungkang kering itu. Menyisiki blarak keringnya dan mengumpulkannya jadi satu. Blungkang dan blarak itu dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar untuk menggantikan gas elpiji yang harus dibeli. Lumayan sebenarnya apabila Yu Kombor bisa masak menggunakan dhingkel atau tungku kayu bakar. Hehehe, sayangnya Yu Kombor hanya bisa masak menggunakan kompor minyak tanah atau kompor gas. Padahal, selain blungkang dan blarak ada juga sepet atau sabut kelapa yang sudah kering. Cukup bagus untuk kayu bakar.

Setelah selesai berurusan dengan blungkang, Kang Kombor baru berurusan dengan semak-semak. Untuk membersihkannya Kang Kombor menggunakan bendho (golok) dan arit lenthuk (sabit untuk memotong rumput) karena semak-semak itu sulit dicabut dengan tangan kosong. Waktu empat jam hanya bisa membersihkan semak-semak di areal seluas kurang lebih 100 meter persegi. Benar-benar tidak wangun.

Hehehe, mau bagaimana lagi, biasanya Kang Kombor berurusan dengan tuts komputer, kemarin berurusan dengan bendho dan arit lenthuk. Telapak tangan saja sampai pada melepuh. Selain itu, karena tidak biasa bekerja seperti itu, boyok (pinggang) Kang Kombor juga jadi sakit. Pagi ini masih sakit dan bahkan jari-jari tangan kanan pada kaku dan sakit apabila dikepalkan. Organ tubuh Kang Kombor  masih pada kaget untuk kerja fisik yang agak berat. Hehehe, Kang Kombor tidak dapat membayangkan apabila Kang Kombor langsung berurusan dengan pacul (cangkul), bisa-bisa boyok Kang Kombor patah dibuatnya.

Semak-semak yang dibereskan baru sekitar 100 meter persegi. Artinya, masih ada sekitar 1100 meter persegi lagi yang harus dibersihkan. Waduh...

Berhenti dulu deh bicara semak-semak di kebun itu. Nggak bakalan selesai sehari kalau dikerjakan Kang Kombor sendiri. Lebih baik mari bicara warung bakmi godhog yang dulu beberapa kali Kang Kombor kunjungi waktu baru lulus SMA. Namanya Bakmi Godhog Pak Cip. Lokasinya di sebelah utara Pasar Tempel di Jalan Tempel - Turi.

Bakmi Godhog Pak Cip itu lumayan dikenal orang pada saat itu. Di malam hari sering ramai. Kang Kombor sendiri mengenal warung bakmi godhog Pak Cip itu dari putranya Pak Dhe Kamijo yang bersama teman-teman kerjanya sering makan bakmi di sana. Ada bakmi godhog, ada pula bihun godhog. Dimasaknya a la bakmi Jawa yang lain. Masaknya dulu pakai anglo menggunakan arang sehingga bakmi atau bihun godhog berasa sangat nikmat.

Nah, pada malam Rabu di minggu yang lalu, Kang Kombor mengajak Yu Kombor makan bakmi godhog di tempat Pak Cip. Penanda waktu di ponsel Kang Kombor menunjukkan waktu pukul 20:15 WIB. Warung Bakmi Godhog Pak Cip nampak sepi. Kang Kombor dan Yu Kombor masuk dan memesan sepiring bakmi godhog untuk Yu Kombor dan sepiring bihun godhog untuk Kang Kombor. Minumnya masing-masing segelas teh manis. Sambil menunggu bakmi dan bihun dimasak, Kang Kombor melihat-lihat ke dalam ruang tamu rumah Pak Cip yang kelihatan dari dalam warung. Ada gambar raja-raja Mataram di ruang tamu Pak Cip. Mungkin itu gambar para Sultan di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Mungkin ya... Soalnya Kang Kombor tidak tanya gambar siapa saja itu.

Tidak berapa lama pesanan kami siap. Sepiring bakmi godhog, sepiring bihun godhog dan dua gelas teh manis. Ternyata teh manis dibuat dengan gula batu, bukan gula pasir. "Wah, tentu nikmat.." pikir Kang Kombor sambil membayangkan teh poci dengan gula batu yang sering Kang Kombor nikmati di Mardi Grass, Citra Raya Tangerang.

Bihun godhog Pak Cip

Saat Kang Kombor dan Yu Kombor mulai menyantap, parkirlah sebuah mobil di depan mobil yang Kang Kombor bawa. Ternyata ada dua orang yang masuk juga ke warung bakmi godhog Pak Cip. Memang, biasanya di atas pukul sembilan malam para pembeli baru berdatangan.

Kang Kombor dan Yu Kombor tidak lama-lama berada di warung Bakmi Godhog Pak Cip karena Dhenok menunggu di rumah. Yang pasti, kapan-kapan Kang Kombor akan ke sana lagi menikmati bakmi atau bihun godhog Pak Cip yang menurut Kang Kombor cukup nikmat itu.

Komentar

Posting Komentar