Parade AD Australia, 1 Armd Regt, di Robertson Barracks |
#1 Jangan Percaya Begitu Saja kepada Obama
Kang Kombor yakin, penempatan 2500 pasukan marinir Amerika Serikat di Darwin itu tidak semata-mata seperti yang disampaikan oleh Obama. Kang Kombor yakin hal itu ada hubungannya dengan:
- Kekuatan China yang semakin berpengaruh di dunia dan sudah menjadi hegemoni baru di wilayah Asia
- Renegosiasi kontrak Freeport yang sudah beberapa kali disampaikan oleh Pemerintah Indonesia
- Amerika Serikat ingin mengamankan energi di Celah Timor
Freeport adalah kepentingan Amerika Serikat di Papua. Saat ini situasi sedang tidak bagus di area Freeport di mana para pekerja sedang mogok menuntut upah dinaikkan. Selain itu, sudah beberapa kali Pemerintah Indonesia menyampaikan akan melakukan renegosiasi kontrak karya Freeport. Dalam pandangan Kang Kombor, Amerika Serikat sedang menggertak Indonesia agar tidak macam-macam dengannya.
Selain kedua hal di atas, Kang Kombor yakin Amerika Serikat juga ingin mengamankan sumber energi yang terdapat di Celah Timor. Amerika Serikat adalah negara yang tidak segan melakukan apa saja untuk mengamankan pasokan energi mereka seperti meluluhlantakkan Irak demi menguasai minyak dan menghancurkan Libya. Bukan tidak mungkin sumber energi yang harus diamankan berikutnya adalah Celah Timor. Apalagi di Laut China Selatan juga ada sumber energi yang saat ini masih diperebutkan oleh beberapa negara di Asia dan Asia Tenggara.
#2 Indonesia Harus Mengimbangi dengan Menempatkan Pasukan Tempur di Papua dan NTT
Darwin terletak di sebelah Utara benua Australia. Dari posisi ini, Pasukan Marinir AS dengan F-22 Raptor akan mudah menjangkau Jakarta, Timika dan Kepulauan Spratley. Secara logis Amerika Serikat memang tidak mungkin menempatkan pasukan marinirnya di bagian Selatan Benua Australia karena tidak ada potensi ancaman ataupun aset yang harus di amankan di Kutub Selatan. Australia pun menganggap potensi ancaman bagi Negara Kangguru itu hanya berasal dari Utara baik dari Indonesia atau pun China.
Australia memang lebih baik posisinya daripada Indonesia karena negara itu dapat berkonsentrasi hanya ke Utara. Sedangkan, Indonesia harus mewaspadai setiap arah mata angin karena dari semua arah ancaman berpotensi datang. Akan tetapi, guna menjawab penempatan pasukan marinir AS di Darwin tersebut, Indonesia sudah selayaknya menempatkan pasukan penyeimbang baik di NTT maupun Papua. Di NTT dapat ditempatkan pasukan marinir di Skalac atau Toineke. Sedangkan, di Papua ditempatkan pasukan TNI AD di sekitar Merauke. Artileri anti pesawat udara pun perlu ditempatkan di pantai selatan NTT dan Papua.
Tujuan penempatan pasukan TNI AD di sekitar Merauke bukan untuk menghadang pasukan marinir AS apabila mereka bergerak melainkan untuk masuk ke Benua Australia apabila marinir AS bergerak ke Jakarta atau Timika. Medan pertempuran harus kita pindahkan ke Australia, jangan sampai wilayah kita dijadikan lokasi peperangan karena kerusakannya sudah pasti.
Posisi Darwin |
Dunia Tidak Pernah Berhenti Berperang
Dunia tidak pernah berhenti berperang. Perang selalu saja terjadi. Hanya medan pertempurannya saja yang berpindah-pindah lokasi. Kita sudah melihat Irak dua kali dijadikan medan pertempuran oleh Pasukan Multinasional pimpinan Amerika Serikat. Afghanistan pun demikian. Lebanon di hajar Israel walaupun Israel tidak dapat memenangkan perang melawan Hizbullah. Yang paling mutakhir, Libya dijadikan ajang pamer persenjataan tentara NATO. Bukan tidak mungkin, medan perang akan berpindah ke wilayah kita atau di sekitar wilayah kita, misalnya di Laut China Selatan.
Kita harus selalu siap. Ya, kita harus selalu siap. Oleh karena itu, Kang Kombor sangat tidak suka pada pejabat pemerintah, Anggota DPR maupun LSM yang tidak suka apabila Indonesia mengembangkan alutsista baik melalui pengadaan dari dalam negeri maupun belanja dari luar negeri. Kekuatan alutsista Indonesia saat ini tidaklah kuat. Australia jelas lebih kuat. Malaysia, Thailand dan Singapura lebih kuat dari kita. Khusus Singapura, negara itu memiliki pesawat tempur yang paling banyak di antara Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Postur militer yang besar dan kuat bukan untuk menyerang negara lain. Akan tetapi, postur militer yang besar dan kuat itu akan mampu memberikan efek penggentar bagi negara-negara tetangga kita untuk melecehkan Indonesia. Postur militer yang besar dan kuat akan membuat negosiator kita semakin percaya diri dan negosiator negara lain tidak berani memaksakan posisinya kepada kita. Bahkan, Malaysia pun akan berpikir seribu kali untuk mencoba-cobai mengganggu kita seperti yang selalu dilakukan sejak Pak Harto tumbang.
Kita harus selalu siap sehingga apabila kita diserang kita bisa bertahan dan membalas serangan, bukan kita baru gelagapan belanja alutsista. Saat serangan terjadi, baru belanja alutsista adalah tindakan bodoh yang sangat terlambat! Belanja alutsista tidak seperti beli sabun mandi atau mi instan di supermarket di mana kita bisa membawa keranjang dan mengambili sabun dan mi instan dan langsung dibawa ke kasir. Belanja alutsista prosesnya panjang. Apalagi apabila alutsista yang kita beli harus diproduksi atau dibangun dulu. Semoga Anggota DPR yang mengatakan kita tidak akan berperang, buat apa beli senjata bisa tersadar dan terbuka matanya bahwa apabila kita tidak mempersiapkan diri, pada saat ada yang menyerang kita maka kita hanya dapat gelagapan.
Ya ya yaa...
BalasHapusPemikiran yang sangat wisantara byanget ik...
Butuh banyak dukungan untuk itu kang, dan aku sebagai anak bangsa ini juga akan mendukung...
Kita harus kuat...
Tapi kekuatan kita juga tak bisa hanya dititik-beratkan pada keadaan dunia (negara) luar. Anak bangsa inipun musti kita lihat kekuatan haknya juga. Saudara-saudara kita di Papua musti kita berikan kemerdekaan agar mereka juga mampu mencintai tanah air pertiwi ini, yaitu dengan memberikan kekayaan yang sebenarnya mereka miliki. Bukan malah kekayaan itu kita biarkan dikasih ke negara lain melalui "lanjutan kontrak kerja yang SALAH" sementara keuntungan hanya milik para pejabat baik daerah pun pusat.
Pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur sudah semestinya dipikir n direalisasikan. Itu tantangan kedalam buat kita semua, utamanya birokrasi negeri ini. Jangan begitu ada demo n tuntutan warga dikit2 trus mikirnya 'gerakan separatis..!"
Tentang tantangan dunia luar,
sekali lagi teramat setuju dengan pokok bahasan kang Kombor. Kita harus kuat segalanya, termasuk militer kita serta segala perlengkapannya.
Kalau harus mendengarkan omongan yang ada disenayan tak jarang kita justru malah mundur kebelakang, bagaimana tidak 'wong orang sudah terkena bencana saja masih disalahkan dengan alasan tinggal dipulau jee..!'
Akan tetapi, lain dari itu pihak punggawa negeri ini sudah selayaknya juga musti kita tuntut KETEGASANNYA. Bukan malah kegiatannya nyanyi 'menye-menye' dan bikin album, bisa tegas hanya saat ngadepin para demonstran doang, sementara ngadepin negeri tetangga yang terbukti jail malah sok mengambil sikap "DAMAI"... duhhh :(
Wis ahhh , aku kok malah mabok komentar apatis ya iki kangg...
ben ahh.. #ndableg
maaf kepanjangan komentaree.. :)
semoga ini bukan sinyal buruk untuk terjadinya hal2 yang menjurus pada peperang dan konflik lagi.
BalasHapusJangan takut ama AS..
BalasHapusSalam kenal kang!!
Maztrie setuju wis karo awakmu. Eh, ning infrastruktur di Papua, yang seperti apa yang mau dibangun? Kalau berupa jalan raya, pemakai jalannya kan sedikit di sana...
BalasHapuspanduan belajar blog bisa jadi AS sedang memindahkan lokasi konflik.
hargponsel Gimana agar nggak takut sama AS? Salam kenal kembali.
Nice info. Thanks for sharing.
BalasHapus