KISAH HOROR: DITAMPAKI POCONG SAAT MENCARI AYAM SETELAH MAGHRIB

Ini kisah belum lama. Baru terjadi pada tahun 2021.

Ceritanya, setelah maghrib ada seorang tetangga bernama Gandung bersama anak laki-lakinya mendatangi rumah Kang Darmo. Kang Darmo sedang tidak di rumah. Yang ada di rumah adalah istri Kang Darmo.

Gandung menyampaikan maksudnya untuk mencari ayam jantannya di pekarangan belakang. Sudah tiga hari ayam jantannya yang katanya berwarna merah itu tidak pulang ke kandang.

Memang sudah umum di kampung-kampung, apabila ayam sudah beberapa hari tidak pulang ke kandang maka para pemiliknya akan mencari ayam mereka itu. Begitu juga dengan Gandung itu. Ia mencari ayam jantannya yang sudah tiga hari tidak pulang.

Istri Kang Darmo mempersilakan Gandung untuk mencari ayam jantannya ke belakang. Gandungpun segera ke pekarangan belakang bersama anaknya.

Tidak lama, Kang Darmo pulang. Istri Kang Darmo memberi tahu bahwa ada Gandung yang sedang mencari ayam di pekarangan rumah.

Kang Darmo heran mengapa Gandung berani pergi ke pekarangan belakang yang gelap mencari ayamnya. Karena itu Kang Darmo menyusul ke pekarangan belakang. Kang Darmo tidak tahu kalau Gandung ke pekarangan belakang bersama anaknya.

“Ndung! Ndung!” Kang Darmo memanggil-manggil Gandung.

“Woi… Aku di sini!”, Gandung menjawab sambil mengacungkan senternya. Dia ada di pojokan timur utara pekarangan belakang.

“Ayamnya sudah ketemu atau belum?” Tanya Kang Darmo kepada Gandung.

“Belum.” Jawab Gandung singkat.

Kang Darmopun lalu ikut mencari. Dengan berbekal lampu sorot pada hapenya ia mencari-cari ayam Gandung di pekarangan belakang. Kang Darmo mencari dari tengah lalu kea rah utara dan memutar ke barat. Ia tidak menemukan ayam itu. Gandung pun belum menemukan ayamnya.

Lalu Kang Darmo menuju ke pohon melinjo yang terdapat di sisi utara agak ke tengah sedikit. Kang Darmo menyoroti bagian bawah pohon melinjo yang ditumbuhi rumput semak-semak. Ia sibakkan rumput semak-semak itu tetapi di sana tidak ada ayam yang dicari.

Kang Darmo lalu mencari di atas pohon melinjo. Siapa tahu ayam itu nangkring di atas pohon melinjo.

Pohon melinjo itu sebenarnya tidak tinggi karena pernah ditebang. Tinggi batang utamanya hanya sekitar dua meter. Selebihnya ada tiga cabang baru yang juga belum terlalu tinggi.

Kang Darmo menyoroti batang pohon melinjo itu dari bawah ke atas. Matanya sibuk mencari-cari apakah ada ayam nangkring di pohon melinjo.

Sambil menyoroti pohon melinjo dengan lampu sorot hapenya, Kang Darmo melihat ke arah daun-daun so atau daun melinjo. Tiba-tiba di depannya muncul sosok pocong melotot ke arahnya. Kang Darmo terkejut. Ia memandang pocong itu. Tangannya bergetar hebat lalu hapenya jatuh. Kang Darmo memungut hapenya dan kembali menyorot ke pohon melinjo itu. Tidak ada apa-apa. Sekujur tubuh Kang Darmo merinding. Karena merindingnya, pori-pori kulit tangannya sampai bintik-bintik seperti kedinginan. Rambut-rambut halus di tangannya berdiri.

“Ndung! Ndung! Sini!”, Kang Darmo memanggil Gandung. Gandung segera datang bersama anaknya.

“Apa Mo? Ketemu ayamnya?” Tanya Gandung.

“Tidak NDung. Tapi lihat ini.” Kata Kang Darmo sambil menyoroti tangan kirinya. Tampak kulit tangan Kang Darmo bintik-bintik besar dan rambut-rambut halusnya bergiri.

“Kenapa itu Mo?” Tanya Gandung.

“Tadi aku lihat sesuatu di sini?” Kata Kang Darmo?

“Apa Mo?” Tanya Gandung.

“Lemper putih.” Kata Kang Darmo.

“Hah… pocong! Ayo kita cepat pergi dari sini!” kata Gandung mengajak Kang Darmo meninggalkan pekarangan belakang.

“Tapi ayammu belum ketemu.” Kata Kang Darmo.

“Sudah biarkan saja. Besok saja kalau siang.” Kata Gandung sambil menyeret anaknya pergi.

Gandung memang terkenal sangat takut sama hantu.


Komentar