KISAH HOROR: HANTU MENYAMAR MENJADI MANAJERKU

Kisah ini terjadi waktu aku bekerja di Jakarta sekitar tahun 2004.

Aku tinggal di dekat Perumahan Citra Raya Tangerang dan bekerja di Jakarta. Kantorku terletak di pemukiman di belakang Plasa Gajah Mada di Jalan Gajah Mada, Jakarta. Kantorku itu berupa sebuah rumah dua lantai. Umur bangunan rumah yang dijadikan kantor itu sudah cukup tua.

Kantor di Gajah Mada itu hanya dipergunakan oleh tim admin jaringan, tim teknisi dan tim penjualan. Tim admin jaringan dan tim teknisi menempati lantai satu kantor.

Aku, dua orang temanku dan manajerku menempati lantai dua bangunan kantor. Di lantai dua ini terdapat ruang manajer yang ditempati manajerku, sebuah ruang rapat dan ruang terbuka yang dipakai olehku dan dua orang temanku. Kami ini adalah tim penjualan. Yang kami jual adalah layanan sambungan internet korporat.

Lantai dua bangunan kantor ini tidak mendapatkan asupan cahaya dari luar ruangan. Penerangan di siang maupun malam hari mengandalkan lampu neon. Tahu sendiri kan lampu neon itu cahayanya bergetar tidak seperti lampu pijar. Jadi walaupun diberi penerangan dengan lampu neon, tingkat terangnya tidak sesempurna apabila mendapat asupan cahaya matahari. Lampu pijar yang sinarnya tidak bergetar bisa menyinari lebih baik dibanding lampu neon.

Ruang rapat yang terdapat di lantai kami sangat jarang dipergunakan karena manajemen perusahaan menempati kantor yang berada di Jalan MH Thamrin. Pintu ruang rapat selalu tertutup.

Di dalam ruang rapat terdapat sebuah meja pertemuan yang besar dan sekitar sepuluh kursi rapat yang mengitari meja besar itu. Suasana ruang rapat apabila lampu tidak dinyalakan lumayan gelap.

Pertama kali memasuki ruang rapat itu aku merasakan hawa yang angker. Terdapat perasaan aneh saat berada di dalamnya. Seperti ada puluhan pasang mata yang mengawasi aku yang masuk ke dalam ruang rapat itu tetapi mereka semua yang mengawasiku tidak dapat kulihat. Aku cuek saja. Sudah sering aku berada di ruangan-ruangan yang berhawa angker. Justru karena hawanya yang angker itu, ruang rapat itu malah selalu kugunakan untuk solat. Apalagi kantorku itu tidak memiliki ruang musola khusus.

Suatu hari saat aku salat maghrib di ruang rapat, manajerku memanggil-manggil namaku. Aku mendengar panggilan manajerku itu. Tentu saja aku tidak menyahut karena aku sedang salat.

Selesai salat aku keluar dari ruang rapat dan menemui manajerku di ruangannya. Manajerku terkejut melihatku.

“Ada apa Bos?” tanyaku pada manajerku.

“Oh nggak. Nggak ada apa-apa.” Kata manajerku.

Aku agak heran karena manajerku tampak terkejut dan mukanya menyiratkan adanya rasa takut. Rasa heranku makin bertambah karena tiba-tiba manajerku keluar dari ruangannya dan buru-buru mau pulang padahal biasanya ia mengajakku dan seorang temanku untuk menemani dia sampai ke Terminal Blok M untuk menghindari tri in wan.

Beberapa hari setelah kejadian itu. Mungkin kira-kira lima hari, aku masih bekerja di kantor. Waktunya menjelang maghrib. Aku hanya sendiri di lantai dua karena manajerku dan dua temanku sedang keluar kantor.

Oh ya, meja dan tempat dudukku persis menghadap pintu ruang rapat. Jadi, siapapun yang keluar masuk ruang rapat itu pasti kulihat apabila aku sedang berada di mejaku.

Sore itu aku sedang menyiapkan surat-surat penawaran untuk prospek-prospekku. Aku sangat asyik bekerja. Tiba-tiba terdengar pintu ruang rapat dibuka. Aku melihat ke arah ruang rapat. Orang yang keluar juga tidak ada. Ya tentu saja tidak ada karena di lantai dua itu aku hanya seorang diri. Teman-teman yang berada di lantai satu hampir tidak pernah naik ke lantai dua. Aku melihat Seperti ada orang yang masuk ke ruang rapat tapi tidak kelihatan. “Ah masa bodoh lah.” Kataku.

Aku kembali bekerja.

Tidak lama setelah itu, pintu ruang rapat kembali dibuka. Aku melihat ke arah pintu ruang rapat lagi. Kali ini ada yang keluar dari ruang rapat. Manajerku!

“Hah, bagaimana mungkin?” tanyaku dalam hati. “Manajerku kan tidak ada di kantor. Dia keluar sejak siang tadi dan sampai saat ini belum kembali. Bahkan, dia pasti langsung pulang ke rumahnya dan tidak kembali lagi ke kantor.” Walaupun merasa aneh, aku tetap melihat manajerku itu.

Manajerku keluar dari ruang rapat lalu melangkah pelan-pelan ke ruangannya. Jaraknya tidak jauh. Mungkin sekitar tiga meter saja. Manajerku itu melangkah pelan. Mataku mengikuti langkah manajerku itu.

Yang membuat aku bengong adalah manajerku itu masuk ke ruangannya tanpa membuka pintu ruangannya. Ia masuk ke ruangannya menembus pintu.

“Kurang ajar!” Aku berteriak. “Hey Kamu, keluar lagi sini! Kurang ajar sekali. Tahu ada orang sedang bekerja Kamu sangat tidak sopan memamerkan atraksi tidak lucu. Ayo keluar lagi!”, Aku berteriak pada makhluk itu. Tentu saja aku sangat kesal. Saat aku sedang kerja sendiri, makhluk itu berani-beraninya menampakkan diri di depanku.

Makhluk itu tidak keluar lagi. Aku berdiri dan berjalan ke arah ruang manajerku. Kubuka pintunya dan kulongokkan kepalaku ke dalam ruang manajerku. Kusapu seluruh isi ruangan dengan pandangan mataku. Tidak ada siapa-siapa. “Kurang ajar huh!”, aku mendengus. Lalu aku berbalik arah dan berjalan menuju ke ruang rapat. Kubuka pintu ruang rapat. Aku masuk ke ruang rapat dan aku berkata, “Hey kalian kalau ada yang di dalam ruang ini, tampakkan diri kalian!”. Aku menunggu beberapa saat. Tidak ada satupun makhluk menampakkan diri.

“Kampret! Kalian pikir aku takut?”, kataku pada isi ruangan.

Karena tidak ada yang menampakkan diri, aku kembali ke tempat dudukku dan kembali bekerja. Aku bersikap masa bodoh. Aku sudah berniat kalau manajer jadi-jadian itu berani lewat lagi maka aku akan menangkapnya dan memukulinya.

Keesokan harinya aku bertanya ke manajerku. “Bos, kapan hari waktu gua salat dan Lu manggil-manggil gua itu ada apa kok selesai gua salat Lu buru-buru pulang?”

“Sori banget. Gua gak tahu kalau Lu salat. Gua lihat ada yang berjalan ke tangga di pojok itu dan naik ke atas mau ke ruf top. Gua perhatiin itu Elu makanya gua panggil-panggil. Eh ternyata Lu keluar dari ruang rapat. Gua takut. Gua pasti lihat hantu waktu itu. Makanya gua buru-buru pulang.” Manajerku memberikan jawaban yang cukup panjang.

“Sialan Lu Bos! Kemarin sore waktu Lu di luar kantor, ada yang mirip Lu keluar dari ruang rapat lalu masuk ke ruangan Lu tanpa buka pintu. Pintunya ditembus!” Aku balas memberi tahu manajerku bahwa aku kemarin sore melihat sosok mirip dia keluar dari ruang rapat dan masuk ke ruangannya dengan menembus pintu.

“Hah! Banyak setannya lantai ini. Aku mau bilang ke manajemen kalau sebaiknya kita pindah saja ke Thamrin.” Kata Manajerku.

“Terserah Lu sih Bos. Kalau gue sih gak masalah tetap di sini. Gue gak takut.” Kataku pada manajerku.


Komentar