Pagar Hidup

Kang Kombor ingin memagari kebun keluarga di belakang rumah. Sudah ada pondasi di sana tetapi kalau harus membuat pagar bumi, biayanya lumayan juga. Mending biaya itu untuk membiayai kebutuhan yang lain yang lebih penting. Sebagai solusi, Kang Kombor membuat pagar hidup.

Rencana awalnya, pagar hidup akan dibuat dari tanaman bambu pagar. Kang Kombor sudah memesan bambu pagar lebih dari dua minggu yang lalu tetapi sampai saat ini, belum sebatang pun bakalan bambu pagar yang dikirim kepada Kang Kombor.

Berhubung pagar lama yang terbuat dari bambu sudah pada rubuh, kebutuhan membuat pagar hidup itu sudah sangat mendesak. Karena rusaknya pagar, kebun dimasuki pemulung dan barang-barang bekas yang diletakkan di belakang rumah sudah habis diambili pemulung. Maaf saja, Kang Kombor bilang sih mereka bukan pemulung tetapi maling karena masuk kebun oran tanpa ijin dan mengambil barang-barang yang ada di belakang rumah. Pemulung biasanya hanya mengambil dari tempat sampah, bukan mengambil dari kebun orang.

pohon dadap

Nah, karena kebutuhan akan pagar itu sudah mendesak, Kang Kombor tidak mau menunggu sampai bambu pagar dikirim karena Kang Kombor sudah ketemu dengan penerima pesanan bambu pagar dan mengatakan belum ada kawan untuk mengambil bambu pagar pesanan Kang Kombor. Sebagai gantinya, Kang Kombor gunakan pohon dadap srep. Kebetulan di bagian lain kebun juga ada pohon dadap srep sebagai pagar. Kang Kombor potong pohon dadap serep itu pada ketinggian sekitar 2,5 meter dan batang dan dahan yang terpotong Kang Kombor potong-potong lagi untuk Kang Kombor tanam sebagai pagar hidup.

Pohon dadap srep ini dapat ditanam dengan cara stek sehingga memudahkan untuk memperbanyak. Bahkan, kayu yang digeletakkan di tanah saja juga bisa tumbuh asal tanahnya mengandung cukup air.

Kemarin, pada saat Kang Kombor menanam batang-batang dadap srep itu, hujan turun dengan lebatnya. Karena baru sebatang saja yang Kang Kombor tanam dari sekitar 20 batang yang akan ditanam, Kang Kombor teruskan menanam batang-batang dadap srep itu di bawah guyuran hujan yang bagai ditumpahkan dari langit. Kang Kombor tentu saja basah kuyup tetapi karena bekerja di bawah hujan itu, Kang Kombor tidak merasakan lelah dan haus saat bekerja. Malamnya baru terasa betapa badan Kang Kombor lelah sekali sehingga bakda maghrib Kang Kombor sudah tertidur dan bangun lagi menjelang tengah malam.

Pohon dadap srep banyak manfaatnya. Selain dapat dipergunakan sebagai tanaman pagar atau peneduh, daun dan kulit kayu dadap srep juga berkhasiat untuk obat. Silakan baca di sini apabila ingin tahu khasiat daun dan kulit kayu dadap srep itu. Kang Kombor tidak akan mengulas lagi.

Tadi siang Kang Kombor melanjutkan lagi penanaman pagar hidup dari pohon dadap srep itu. Bagian Utara sudah selesai 90 persen. Tinggal memasang bambu-bambu bekas pagar yang lama agar pagarnya tidak diterobos pemulung lagi.

Selesai bagian Utara, bagian Barat – Selatan yang harus dipagari. Di bagian Barat – Selatan ini sudah ada pagar hidup dari pohon serut pagar tetapi tidak rapat bagian bawahnya sehingga bisa diterobos masuk. Bagian ini akan Kang Kombor ganti dengan kombinasi pohon dadap srep dan bambu pagar. Kebetulan, ada tetangga yang punya rumpun bambu pagar di depan rumahnya yang menawarkan bambu pagarnya untuk Kang Kombor beli tetapi Kang Kombor harus mengambil sendiri. Yah, lumayanlah. Paling tidak ada sekitar 20 batang bambu pagar yang bisa Kang Kombor ambil dan itu sudah cukup untuk memagari bagian Barat – Selatan. Untuk bagian Utara, sebenarnya Kang Kombor pesan 40 batang bakalan bambu pagar. Sayang pengirimannya nggak jelas, hehehe…

Kalau kebun sudah terpagar rapat, rencananya Kang Kombor akan piara kambing dengan sistem umbaran. Kang Kombor akan umbar kambing itu di kebun. Kandang akan dibuat tetapi hanya sekedar untuk berteduh si kambing saja. Nanti di area kebun ditanami juga tanaman yang dapat dimakan oleh kambing seperti rumput gajah dan rumput kalanjana. Selain itu, di dekat pagar juga dapat Kang Kombor tanami pohon ceresede yang daunnya dapat dipergunakan untuk pakan kambing. Lumayanlah, tidak perlu angon kambing dan mencari rumput seperti jaman Kang Kombor SD dan SMP dulu.

Komentar

  1. wealaahhh... mantaapp tuuh kang..
    tar kalo kambingnya tumbuh sehat and beranak banyak. bagi cah ayu juga yaa :D
    hehe..
    salam kenaL dari ku:

    http://www.facebook.com/NoormaFitrianaM.Zain.Kesesi.Pekalongan

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau kambingnya tidak sampai beranak sudah dipotong oleh tukang sate bagaimana? hehehe... mau bagian apanya?

      piara kambing umur bawah setahun oke loh...

      salam kenal kembali dari sleman

      Hapus
  2. saya masih setia pake pagar bambu, ada yg roboh eh..sapi deh yang masuk pekarangan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga sebenarnya mau setia sama bambu. kan awalnya saya mau pakai bambu pagar, jeng :)

      hanya saja, kalau bambu mati tar roboh melulu. kalau bambu hidup kan awet, bambunya malah nambah terus.

      Hapus
  3. nanti kl lebaran haji di potong ya kang kambing nya :p

    BalasHapus
  4. kalau kambingnya ga mau berteduh gimana.,?? hehe,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita sediain payung saja, boss... biar kalau keliaran di kebun bawa payung

      Hapus
  5. lagi mbayangin betapa luasnya kebun kang kombor... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebun saya hanya 400 meter persegi kok. kalau ditambah punya dua saudara yang lain hanya sekitar 1200 meter yang berupa kebun. kan lumayan juga untuk ngumbar kambing...

      Hapus
  6. Weh...
    akhire dadi bahan tulisan juga taa..
    :P

    BalasHapus
  7. Wah ntar kalo ada orang nekat masuk, bisa gatal2 Om,,, ^^

    BalasHapus
  8. Kang Kombor, ada foto yang lebih lebar penampakan pagarnya? Kalau bisa buat miara ternak harusnya rapat-rapat ya hasilnya? Terima kasih

    BalasHapus
  9. Kang Kombor, ada foto yang lebih lebar penampakan pagarnya? Kalau bisa buat miara ternak harusnya rapat-rapat ya hasilnya? Terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar