KISAH HOROR: DIIKUTI HANTU PENGHUNI SUDUT RUMAH

Kejadian ini belum lama. Baru sekitar tahun 2019.

Suatu malam sekitar jam delapan Kang Darmo memanggilku.

"Ada apa Mas?" Tanyaku.

"Tolong ke rumah sebentar. Ada yang aneh di rumah." Katanya mengajakku ke rumahnya.

Akupun berjalan ke rumahnya yang hanya bersebelahan dengan rumahku.

Kang Darmo mengajakku ke sebuah sudut di dalam rumahnya. Di sudut itu berserakan sepatu dan beberapa barang lain.

Kang Darmo menenteng Boni, kucing jantan berwarna orens miliknya.

"Sudut ini aneh. Boni ketakutan dengan sudut ini. Kalau dilempar ke sudut ini Boni akan langsung melompat dan lari menjauh." Kang Darmo menerangkan keanehan yang terjadi di sebuah sudut di dalam rumahnya itu.

"Masa sih?" Aku tidak percaya.

"Ini buktinya," kata Kang Darmo sambil melemparkan Boni ke sudut itu.

Benar saja, begitu kakinya menyentuh lantai, Boni langsung melenting tinggi dan lari menjauh.

Hal itu diulang berkali-kali dan Boni tetap begitu. Akupun ikut mencoba melemparkan Boni dan kucing orens itu tetap berlaku seperti itu.

"Hmm... Ini ada makhluk halus yang berada di sudut ini." Kataku pada Kang Darmo.

"Mungkin juga sih karena Boni gak biasanya begitu. Dulu juga biasa saja dia di sudut itu." Kata Kang Darmo.

Lalu akupun memandang ke arah sudut itu dan berkata, "He kowe sing neng kono. Omah iki dudu panggonmu. Kowe minggato seko kono. Iki krajane kakangku dudu krajanmu. Minggat timbang taktundung!" Aku mengusir makhluk halus itu dengan ucapan bahasa Jawa.

"Minggato kowe iblis timbang tak tundung." Kataku sekali lagi.

Setelah itu aku berkata kepada Kang Darmo, "Sudah biarkan saja. Dia pasti akan pergi. Kalau tidak pergi nanti akan aku usir lagi."

Selesai berkata itu aku pulang ke rumah. Waktu berjalan pulang itu tengkukku terasa berat sekali.

Badanku tiba-tiba meriang.

Aku masuk rumah dan bilang ke istriku, "Badanku tiba-tiba panas ini. Aku mau tidur dulu."

Akupun langsung masuk ke dalam kamarku. Kamar tidurku berukuran 3m kali 4m. Ada sebuah dipan berukuran king di tengah membujur dari utara ke selatan. Aku biasa tidur di sisi barat sambil berbaring ke kanan atau menghadap ke barat.

Suhu badanku panas sekali tapi aku menggigil.

"Astaghfirullohal adhim. Apakah ini ada hubungannya dengan sesuatu yang baru kukerjakan di rumah Kang Darmo tadi?" pikirku.

Aku langsung berpakaian rangkap dua, mengenakan jaket dan berbaring. Tubuhku kututupi selimut. Aku membaca alfatihah, alfalaq, annas dan alikhlas masing-masing tujuh kali. Kemudian akupun membaca doa akan tidur.

Aku tidak memikirkan apa-apa dan langsung tidur. Akan tetapi tidurku sangat gelisah. Berulang kali aku terbangun karena badanku masih panas.

Lalu ketika aku tidur lagi aku bermimpi. Posisi tidurku menghadap ke kanan dan aku berada di tepi ranjang. Mataku bisa melihat lantai di bawahku.

Dalam mimpi itu aku bermimpi melihat sebuah pocong tidur di bawahku. Matanya menatapku.

"Astaghfirullohal adhim!" Aku tergagap dan terbangun.

Pocong itu masih berada di lantai. Aku baca ayat kursi. Berulang-ulang kubaca ayat kursi itu. Pocong itu kemudian menghilang. Aku merasa lega.

Tapi tak lama muncul sosok jin perempuan yang pernah menindihku. Aku pernah menceritakan itu di kisah horor didatangi penunggu wanita cantik. Makhluk jahanam itu tidak datang dengan wajah cantiknya tapi langsung muncul dengan wajah menyeramkannya. Dia hanya berbaring di lantai dengan mukanya menghadapku.

"Astaghfirullohal adhim..." Akupun membaca ayat kursi lagi berulang-ulang. Setelah bacaan ketujuh iblis betina itu menghilang. Aku merasa lega. Badanku masih panas sekali.

Ketika aku mau tidur lagi, muncul sosok lain lagi. Kali ini suster ngesot. Dia ngesot-ngesot di lantai dari depan lemari pakaian ke arah depanku. "Astaghfirullohal adhim." Ini lagi, pikirku. Mengapa ada suster ngesot segala? Bukannya itu hanya ada di dalam film?

Tapi itu memang suster ngesot! Aku kembali membaca ayat kursi berulang-ulang. Selesai bacaan ketujuh, suster ngesot itu menghilang.

"Astaghfirullohal adhim. Apalagi yang mau datang menjengukku?" tanyaku dalam hati. Ini benar-benar keterlaluan. Aku di kamarku didatangi makhluk-makhluk jahanam.

Aku tunggu beberapa saat. Tidak ada yang datang. Akupun menarik selimutku untuk tidur lagi karena badanku masih sangat panas.

Saat aku mau memejamkan mata. Muncul si jahanam genderuwo merah. Ia berdiri di depanku berbaring. Mukanya menyeringai-menyeringai menatapku. Makhluk penuh rambut berwarna merah itu hanya berdiri di depanku. Ia tidak bisa mendatangiku untuk mendudukiku lagi seperti yang pernah dilakukannya dulu di kisah horor ditindih genderuwo merah.

"Ternyata Kamu," desisku. "Kamu memang jahannam. Minggat sana!" Kataku padanya.

Makhluk itu hanya menyeringai. Dia tetap berdiri di tempatnya dan tidak segera pergi.

"Baiklah kalau kamu tidak mau segera pergi." Aku lalu memnaca ta'awudz dan kemudian membaca ayat kursi. Kubaca terus berulang-ulang ayat kursi. Kali ini selesai bacaan ketujuh genderuwo merah itu belum pergi.

"Jahanam Kamu!" Kataku. Aku lalu membaca lagi berulang-ulang ayat kursi. Entah berapa banyak kubaca. Aku sampai lelah dan tertidur. Seingatku ketika tertidur itu genderuwo merah itu masih berdiri di tempatnya. Dia memang cuma berdiri dan menyeringai-menyeringai tapi itu sudah cukup mengganggu.

Tidurku sangat lelap. Entah aku sudah tidur berapa lama. Tiba-tiba aku terbangun. Badanku basah kuyup oleh keringat. Seluruh pakaianku basah kuyup. Bahkan kasur tempatku tidurpun ikut basah. Tapi, badanku sudah tidak panas lagi bahkan terasa segar.

Genderuwo merah itu sudah tidak ada di tempatnya. Kuraih hapeku dan kulihat penunjuk waktu. Jam duabelas malam.

Alhamdulillah panasku sudah turun dan badanku sudah segar. Aku bangun dan duduk di tepi ranjang. Kulihat lantai di depanku. Di tempat itulah sebelumnya ada beberapa makhluk jahanam mengunjungiku. "Kurang ajar." Kataku dalam hati.

Aku kemudian bangun dan berganti pakaian. Kulepas semua pakaianku yang basah dan kuganti dengan pakaian yang kering. Aku kemudian ambil air wudu dan mendirikan salat malam.

Esok lusanya kutanya Kang Darmo apakah Boni masih ketakutan dengan sudut rumah itu.

"Sudah tidak." Kata Kang Darmo. "Setelah kamu pulang, Boni tidak ketakutan lagi."

"Ya pantas Boni nggak takut lagi. Makhluknya ikut aku pulang." Kataku.

Jahanam benar makhluk itu. Diusir malah ikut aku pulang.

Komentar